Siap bekerja

Winda melangkah cepat menuju mobil yang sudah menantinya di lobi. Ia menghela nafas lega begitu telah memasuki mobil itu.

"Jalan Pak," perintahnya pada sopir yang sudah siap di belakang kemudi.

"Baik Nyonya," balas sopir itu, kemudian melajukan mobil perlahan keluar dari area rumah sakit.

Winda menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil dengan perlahan. Matanya melihat ke arah luar jendela namun tatapannya terlihat kosong.

Pikirannya kembali teringat pada sosok gadis perawat bernama Amara itu lagi. Entah magis apa yang dia miliki hingga gadis itu berhasil membuat lidahnya terasa kelu.

Jangankan mengancam, untuk memperingatkan saja Winda tak sampai hati. Bola mata yang bening, senyuman tulus yang menghiasi wajah, serta perilaku ramah yang menghangatkan hatinya.

Gadis apa adanya yang selalu berbuat baik tanpa kepura-puraan, benar-benar sesuai dengan apa yang puteranya ceritakan.

Pertemuan mereka kali ini benar-benar merubah pandangan buruk Winda pada Amara. Ia semakin mengerti mengapa Juan tergila-gila dan tetap bertahan mencintai gadis itu meski hanya dalam diam.

Winda malah merasa dirinya sangat jahat karena membiarkan Gladys mengganggu gadis yatim piatu itu tanpa berusaha mencegahnya.

Namun dirinya juga tak memiliki keberanian untuk mengatakannya pada sang putera. Karena dia masih ingin selamat. Namun ia juga merasa lega, setidaknya ia meyakinkan sendiri gadis itu dalam keadaan baik-baik saja.

"Mama dari mana saja?" pertanyaan Juan menyambut kedatangan Winda yang baru saja melangkah memasuki rumah.

"Mama baru ada urusan sebentar." Winda menjawab hangat pertanyaan puteranya. Ia melangkah mendekati Juan yang tengah duduk dengan santai di sofa ruang tengah. "Kamu kok sudah di rumah? Nggak kerja?"

"Aku sengaja pulang cepat Ma, pengen istirahat. Kepalaku pusing." Juan menjawab sembari tersenyum. Namun pandangannya kembali fokus pada ponsel di tangannya.

"Emmm, Kasihan ,,," ujar Winda sambil memijat kepala putranya. "Kalau pusing kenapa nggak tidur? Sudah minum obat?"

"Belum," Juan menggeleng lemah. "Tapi ini aku mau hubungi Amara dulu, mau tanya obat yang harus aku minum itu apa."

Mendengar nama Amara disebut seketika membuat Winda terkejut takut. Tanpa sepatah kata, ia menarik diri memilih menjauh dari puteranya.

Dengan mengendap-ngendap Winda melangkah keluar dari sana, dan bersembunyi di balik tembok, sekiranya masih bisa mendengar suara Juan dari tempatnya.

Suara Juan bahkan terdengar jelas di telinganya. Entah apa yang dibicarakan, hingga Juan bahkan tersenyum, tertawa, bahkan mengejek gadis di seberang sana dengan begitu akrabnya. Sepertinya hanya obrolan ringan yang terjadi di antara mereka.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Winda yang tiba-tiba muncul sesaat setelah Juan memutuskan sambungan.

"Cuma tanya masalah obat," Jawab Juan singkat. Namun sedetik kemudian ia menoleh dan menatap sang mama dengan mata menyipit seperti menyelidik. "Tumben Mama kepo, biasanya kan nggak peduli?"

"Kamu ini maunya apa si? Mama bersikap acuh, salah. Kepo juga salah. Heran ,,," gerutu Winda dengan nada kesal, lantas berlalu pergi meninggalkan Juan.

Tak ingin berdebat, Juan hanya mengekori langkah sang mama melalui pandangan sambil berdecak heran.

Winda merebahkan tubuhnya diatas ranjang untuk melepaskan segala penat serta pening di kepala untuk sejenak. Menatap langit-langit kamar, pikirannya kembali berputar pada kejadian tadi, serta rasa bersalah pada Juan yang tak berani ia akui.

Tubuh yang tengah terlentang itu langsung melenting bangun saat mengingat sesuatu. Tangannya bergerak meraih tas yang tegerletak di sisi sebelum kemudian mengeluarkan obat pemberian Amara. Ia hampir membuka obat itu andai saja tidak ingat akan pesan Amara agar meminumnya setelah makan.

Winda bergegas berhambur keluar dari kamar dan melangkah menuju ruang makan. "Juan! Sudah makan belum? Makan bareng yuk!" teriakannya keras hingga membuat Juan terkejut.

"Apaan sih, Ma? Kenapa teriak-teriak!"

"Ayo makan siang bareng Mama! Sekalian Mama mau omongin hal penting sama kamu."

"Hal penting?" gumam Juan bertanya-tanya.

"Juan!"

"Iya, Ma, bentar!" balas Juan dengan nada tinggi, lantas beranjak menghampiri sang mama.

***

Pagi ini entah kenapa Amara merasa malas untuk bangun. Tak seperti pagi-pagi biasanya, gadis itu bahkan kembali tarik selimut usai menunaikan shalat subuh. Bukan untuk kembali tidur, tapi hanya sekedar bermalas-malasan di bawah gulungan selimut hangat. Rasa lelah dan lemas akibat kurang tidur membuatnya tak bersemangat memulai hari ini.

Semua persiapan telah selesai ia lakukan. Ia hanya perlu mandi dan bersiap, lalu menunggu seorang sopir yang akan datang untuk menjemput. Amara sudah mengetahui hal ini, sebab Dokter Khanza telah memberitahunya kemarin saat memanggil untuk mempertanyakan keputusan.

Ia betul-betul harus mempersiapkan mental dan fisiknya untuk menghadapi tantangan ini. Entah siapa dan bagaimana orang yang akan ia rawat nanti, sebab Dokter Khanza benar-benar tak mau memberi sedikitpun gambaran mengenai pasien itu.

Baru membayangkan akan berhadapan dengan pasien gangguan mental sudah membuatnya merasa down duluan, lalu bagaimana nanti setelah berhadapan? Bayangan fisik yang menyeramkan bahkan sudah memenuhi isi kepalanya. Ia bahkan tak yakin bisa bertahan lama bekerja di sana. Namun bukankan untuk bisa tahu seseorang perlu mencobanya dulu?

Suara klakson mobil membuyarkan lamunan. Ia bergegas bangkit dan menarik koper berisi barang-barangnya, kemudian melangkah mendekati mobil mewah berwarna hitam itu.

"Selamat pagi. Dengan Nona Amara, ya?" Lelaki paruh baya yang keluar dari mibil itu pun bertanya dengan ramah.

"Betul Pak, saya Amara," jawab Amara sembari tersenyum.

"Saya sopir yang ditugaskan menjemput Nona. Mari silakan masuk," sopir itu tersenyum, tangannya mengarahkan Amara pada pintu mobil yang sudah terbuka lebar.

"Terimakasih, Pak," Amara menganggukkan kepala sebelum akhirnya masuk kedalam mobil.

Sopir itu menutup pintu mobil lalu berjalan menuju bagasi untuk memasukan koper Amara di sana. Setelahnya ia berjalan menuju sisi pintu pengemudi dan masuk.

"Nama bapak siapa? Biar saya enak manggilnya," tanya Amara saat mobil mulai melaju.

"Nama saya Muhammad Ibrahim Al Idrus Bin Jailani Al Musthofa, Non."

Itu beneran nama Bapak sendiri? Nggak ada yang nyewa nama tetangga, gitu? Kalau ada yang manggil dengan nama lengkap diaminin saja ya, Pak. Pasti orang tua Bapak memberi nama baik itu bukan tanpa sebab, tapi demi kebaikan putranya, batin Amara.

"Hehe, panjang amat ya pak," Amara tersenyum geli. "Jadi manggilnya harus lengkap, ni?"

"Orang-orang biasanya manggil dengan Mamad saja, Non. Kalau lengkap banyakan lupanya," sahut Mamad sambil tertawa geli.

Amarapun tertawa kecil menanggapi. "Kalau gitu saya panggilnya Pak Mamad juga, ya. Biar sama dengan yang lain."

"Iya Non."

"Bapak manggil saya Amara saja. Jangan pakai Nona ya, sayanya jadi nggak nyaman." Jelas Amara kemudian.

"Iya Mbak Amara."

"Bagus," balas Amara sambil tersenyum senang.

***

Setelah beberapa lama menempuh perjalanan, akhirnya mobilpun berbelok memasuki gerbang besar sebuah rumah yang sangat mewah.

Rumah berlantai tiga itu dikelilingi tembok tinggi sebagai pembatas dengan area luar. Halamannya juga luas dengan taman bunga yang kian memperindah.

Beberapa kolam ikan mini yang yang rancang dengan apik yang kian mempercantik taman itu sendiri. Yang dihuni oleh ratusan ekor ikan koi berwarna-warni.

"Mari masuk Mbak Amara," ajak Pak Mamad sembari melangkah mendahului Amara menuju pintu masuk utama. Amara pun mengikutinya di belakang.

Seorang wanita paruh baya yang sepertinya sudah tak asing bagi Amara datang menyambut mereka.

"Selamat datang Nona Perawat," sapa Eli sambil mengulurkan tangannya untuk menyalami.

"Assalamualaikum Bi Eli," Amara mengucapkan salam sambil tersenyum. Sementara tangannya bergerak menyambut uluran tangan Bi Eli.

"Waalaikumsalam. Udah siap bekerja?" tanya wanita dengan celemek terpasang di badan itu untuk memastikan.

Amara tersenyum. "Insyaallah siap," jawabnya mantap.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Eny Budi Lestari

Eny Budi Lestari

pak Mamad aku boleh manggil pak Ibal aj g? biar beda sama yang lain😁

2021-03-26

0

Rahmalia Nurodin

Rahmalia Nurodin

bagus ceritanya

2021-01-12

0

sella surya amanda

sella surya amanda

visual nya thor

2020-12-29

0

lihat semua
Episodes
1 Kecelakaan
2 Yatim piatu
3 Jomblowati
4 Bisik di telinga
5 Juan
6 Cinta bertepuk sebelah tangan
7 Perubahan sikap
8 Pemandangan mencengangkan
9 Terbongkar
10 Terima kasih untuk malam ini
11 Suara syahdu
12 Takut
13 Insiden di mini market
14 Sebuah tawaran
15 Oh No!
16 Keputusan tanpa pikir panjang
17 Siap bekerja
18 Penyambutan luar biasa
19 Berhasil menipu
20 Sebuah gigitan
21 Merasa sendirian (Rindu Juan)
22 Bukan lelaki lemah
23 Pertemuan tak terduga
24 Di mana Naura?
25 Senjata makan tuan
26 Balas dendam
27 Siapa nama Lo?
28 Seperti maling tertangkap basah
29 Pelajaran
30 Lelah
31 Tertidur pulas
32 Pijatan di kaki
33 Melukis pulau di atas bantal
34 Bidadari turun dari loteng
35 Balikin pisang gue!
36 Tidak!
37 Lo ngetawain gue
38 Cewek nggak ada ahlak
39 Ciuman pertama
40 Ini hanya ujian
41 Anugerah tak terduga
42 Pembalasan
43 Doooor!!!!
44 Menangis lah
45 Di bawah selimut
46 Mangkuk bubur
47 Tujuh kucing
48 Nggak boleh bantah!
49 Es krim
50 Empat gadis
51 Lowbat
52 Jadi Ustadzah
53 Kontrak
54 Denda
55 Awas naksir
56 Terpesona
57 Gila?
58 Sepatu sebelah
59 Berdarah
60 Paranoid
61 Jalan pakai kaki gue
62 Mobil
63 Ayo Buruan
64 Suasana tak nyaman
65 Pengorbanan Sia-sia
66 Nggak Jadian
67 Kenangan di restoran
68 Naura
69 Kehilangan pasien
70 Menemukan pasiennya
71 Cie cie
72 Mas Ikuuuuut
73 Cowok nggak peka
74 Kayak bini gue aja
75 Gini-gini doang
76 Salon
77 Baper
78 Pesta
79 Kan ada aku
80 Makasih udah cemasin gue
81 Ucapan Selamat
82 Menunda untuk kesekian kalinya
83 Secangkir kopi
84 Mati bersamamu
85 Terjebak
86 Tertangkap basah
87 Kedatangan Mertua
88 Penjelasan
89 Enam bulan
90 Gosah ngarep
91 Panggil Mama
92 Simbol janji
93 Bisa, kan?
94 Menantu sementara
95 Malu nggak ketulungan
96 Sesuai ekspektasi
97 Kasur lipat
98 Aku lapar
99 Jangan libatkan hati dan perasaan
100 Menginap
101 Kompak
102 Sarapan bertiga
103 Toko perhiasan
104 Es Boba
105 Mencintaimu dalam diam
106 Permintaan Naura
107 Perlakuan Manis
108 Seperti Tersengat
109 Tak Waras
110 Lupa
111 Kecewa
112 Salah paham
113 Ketahuan
114 Sedikit tidak rela
115 Iblis betina
116 Pernyataan mengejutkan
117 Kecewa
118 Kelimpungan
119 Telah Berakhir
120 Kafe
121 Foto Candid
122 Yang suami Amara itu siapa?
123 Hanya batu kali
124 Kejadian di panti asuhan
125 Kehilangan jejak
126 Tangan lembut dan dingin
127 Gue Capek
128 Aturan Baskoro
129 Khawatir
130 Terjebak situasi
131 Merasa terancam
132 Kembali di titik awal
133 Otak nggak ada akhlak
134 Sadar Diri
135 Sok tau
136 Satu Paket
137 Provokasi
138 Aku yang membantumu berdiri, dia yang kau ajak berlari
139 Sandiwara yang nyata
140 Iya, aku suka
141 Bantal guling
142 Bisikan setan
143 Hanya peduli, bukannya ada hati
144 Perpaduan yang sempurna
145 Terima kasih, Ma
146 High heels versus pantofel
147 Panas dingin
148 Perjuangan untuk orang yang istimewa
149 Tolong aku
150 Nggak bisa tidur tanpa lo
151 Mala Rindu
152 Aldo
153 Cuma Modus
154 Mau apa lagi?
155 Kepiting matang
156 Satu permintaan
157 Cemburu?
158 Terlalu pemalu
159 Ketahuan
160 Satu syarat
161 Mau sih, tapi malu
162 Kamu di mana, Sayang?
163 Bercak darah
164 Bocah asing
165 Secercah cahaya
166 Mau aku bantu?
167 Jangan buat aku hancur
168 Aku mencintaimu
169 Sini aku bantu (Bonchap)
170 Seperti dapat berkah (Bonchap)
171 Menyatukan Cinta
Episodes

Updated 171 Episodes

1
Kecelakaan
2
Yatim piatu
3
Jomblowati
4
Bisik di telinga
5
Juan
6
Cinta bertepuk sebelah tangan
7
Perubahan sikap
8
Pemandangan mencengangkan
9
Terbongkar
10
Terima kasih untuk malam ini
11
Suara syahdu
12
Takut
13
Insiden di mini market
14
Sebuah tawaran
15
Oh No!
16
Keputusan tanpa pikir panjang
17
Siap bekerja
18
Penyambutan luar biasa
19
Berhasil menipu
20
Sebuah gigitan
21
Merasa sendirian (Rindu Juan)
22
Bukan lelaki lemah
23
Pertemuan tak terduga
24
Di mana Naura?
25
Senjata makan tuan
26
Balas dendam
27
Siapa nama Lo?
28
Seperti maling tertangkap basah
29
Pelajaran
30
Lelah
31
Tertidur pulas
32
Pijatan di kaki
33
Melukis pulau di atas bantal
34
Bidadari turun dari loteng
35
Balikin pisang gue!
36
Tidak!
37
Lo ngetawain gue
38
Cewek nggak ada ahlak
39
Ciuman pertama
40
Ini hanya ujian
41
Anugerah tak terduga
42
Pembalasan
43
Doooor!!!!
44
Menangis lah
45
Di bawah selimut
46
Mangkuk bubur
47
Tujuh kucing
48
Nggak boleh bantah!
49
Es krim
50
Empat gadis
51
Lowbat
52
Jadi Ustadzah
53
Kontrak
54
Denda
55
Awas naksir
56
Terpesona
57
Gila?
58
Sepatu sebelah
59
Berdarah
60
Paranoid
61
Jalan pakai kaki gue
62
Mobil
63
Ayo Buruan
64
Suasana tak nyaman
65
Pengorbanan Sia-sia
66
Nggak Jadian
67
Kenangan di restoran
68
Naura
69
Kehilangan pasien
70
Menemukan pasiennya
71
Cie cie
72
Mas Ikuuuuut
73
Cowok nggak peka
74
Kayak bini gue aja
75
Gini-gini doang
76
Salon
77
Baper
78
Pesta
79
Kan ada aku
80
Makasih udah cemasin gue
81
Ucapan Selamat
82
Menunda untuk kesekian kalinya
83
Secangkir kopi
84
Mati bersamamu
85
Terjebak
86
Tertangkap basah
87
Kedatangan Mertua
88
Penjelasan
89
Enam bulan
90
Gosah ngarep
91
Panggil Mama
92
Simbol janji
93
Bisa, kan?
94
Menantu sementara
95
Malu nggak ketulungan
96
Sesuai ekspektasi
97
Kasur lipat
98
Aku lapar
99
Jangan libatkan hati dan perasaan
100
Menginap
101
Kompak
102
Sarapan bertiga
103
Toko perhiasan
104
Es Boba
105
Mencintaimu dalam diam
106
Permintaan Naura
107
Perlakuan Manis
108
Seperti Tersengat
109
Tak Waras
110
Lupa
111
Kecewa
112
Salah paham
113
Ketahuan
114
Sedikit tidak rela
115
Iblis betina
116
Pernyataan mengejutkan
117
Kecewa
118
Kelimpungan
119
Telah Berakhir
120
Kafe
121
Foto Candid
122
Yang suami Amara itu siapa?
123
Hanya batu kali
124
Kejadian di panti asuhan
125
Kehilangan jejak
126
Tangan lembut dan dingin
127
Gue Capek
128
Aturan Baskoro
129
Khawatir
130
Terjebak situasi
131
Merasa terancam
132
Kembali di titik awal
133
Otak nggak ada akhlak
134
Sadar Diri
135
Sok tau
136
Satu Paket
137
Provokasi
138
Aku yang membantumu berdiri, dia yang kau ajak berlari
139
Sandiwara yang nyata
140
Iya, aku suka
141
Bantal guling
142
Bisikan setan
143
Hanya peduli, bukannya ada hati
144
Perpaduan yang sempurna
145
Terima kasih, Ma
146
High heels versus pantofel
147
Panas dingin
148
Perjuangan untuk orang yang istimewa
149
Tolong aku
150
Nggak bisa tidur tanpa lo
151
Mala Rindu
152
Aldo
153
Cuma Modus
154
Mau apa lagi?
155
Kepiting matang
156
Satu permintaan
157
Cemburu?
158
Terlalu pemalu
159
Ketahuan
160
Satu syarat
161
Mau sih, tapi malu
162
Kamu di mana, Sayang?
163
Bercak darah
164
Bocah asing
165
Secercah cahaya
166
Mau aku bantu?
167
Jangan buat aku hancur
168
Aku mencintaimu
169
Sini aku bantu (Bonchap)
170
Seperti dapat berkah (Bonchap)
171
Menyatukan Cinta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!