Perubahan sikap

"Maaf, karena aku selalu menyusahkanmu." Amara lagi-lagi menyebik, namun tak pernah ia sadari sikap kekanakan itu membuatnya terlihat sangat menggemaskan di mata Juan.

"Tidak cukup hanya dengan kata maaf!" balas Juan dengan ketus. Selalu saja begitu. Juan selalu menutupi perasaannya dengan sikap angkuh dan memancing kekesalan Amara. Namun tidak dengan tindakannya.

Juan begitu lihai menyembunyikan perasaannya hingga tak ada yang tahu jika ia mencintai Amara sejak pertemuan pertama mereka.

Masa-masa SMP yang begitu menggemaskan. Karena kata orang benih cinta yang tumbuh di usia mereka saat itu hanyalah cinta monyet belaka. Namun tak demikian dengan cinta Juan pada Amara.

"Perkenalkan dirimu sekarang," titah wali kelas pada gadis cantik berseragam putih biru yang tengah berdiri di depan kelas itu dengan ramah.

Gadis yang menggerai surai panjangnya itu mengangguk dan tersenyum.

"Hai semua, namaku Amara," sapanya sambil melambaikan tangan. Senyumnya nampak canggung dan terlihat dipaksakan. "Aku baru saja pindah dari kota sebelah. Semoga kita bisa berteman," ucapnya malu-malu.

Namun hiruk pikuk serta sambutan hangat dari teman-teman barunya itu sedikit membuat Amara merasa tenang. Setidaknya ia merasa diterima di kelas barunya itu.

Disaat semua murid begitu antusias menyapa Amara, tapi tidak demikian dengan anak lelaki yang duduk seorang diri itu. Ia terlihat biasa dan memasang ekspresi datar. Bahkan terkesan tak menganggap Amara ada sebab ia tetap menyibukkan diri dengan membaca bukunya.

"Acara perkenalan sudah cukup ya, anak-anak. Sekarang biarkan Amara menempati kursi barunya sebelum kita memulai pelajaran. Amara," wali kelas menoleh dan menatap Amara.

"Ya," balas Amara.

"Duduklah di kursi kosong di samping Juan itu, ya. Tempatmu di sana."

Pandangan Amara mengikuti arah yang ditunjuk oleh wali kelas dan berhenti tepat di samping anak lelaki dingin itu.

"D-di sana, Bu?" tanya Amara seolah-olah tak percaya. Bahkan ia terlihat gugup karenanya.

"Iya," sang wali kelas wanita itu menegaskan sambil tersenyum. "Sekedar bocoran ya, dia itu murid terpintar di sekolah kita, jadi seluruh waktunya tak lepas dari buku pelajaran," terang wali kelas dengan begitu antusias.

Amara tersenyum kecut lalu mengangguk. "Baik, Bu," jawabnya patuh.

Terpaksa, dan Amara tak bisa menolaknya. Gadis bertubuh sedang itu menghela napas dalam sebelum melangkahkan kakinya, seolah tengah mempersiapkan diri untuk menerima tantangan baru.

Memantapkan diri, Amara lantas melangkah perlahan menuju ke kursinya. Sesekali ia tersenyum membalas sambutan teman-teman barunya.

Berhenti tepat di sisi kursi itu, Amara masih merasa tak yakin untuk menempatinya. Amara masih mematung di sana sambil mengedarkan pandangan, barang kali saja ia menemukan tempat kosong lain. Namun sepertinya percuma, sebab hanya kursi inilah satu-satunya tempat kosong yang tersedia untuk ia.

"Pakai saja tempat ini?" ucap Juan mempersilahkan. Ia seolah tahu kegelisahan yang tengah Amara rasakan.

Amara mengerjap tak percaya. "Seriusan boleh?" tanyanya ragu.

Juan berdecak. "Siapa juga yang larang. Ini milik sekolah kok."

"Hehe iya." Amara berbinar senang lalu menempati kursi itu tanpa ragu. "Makasih, ya," ucapnya kemudian.

Juan hanya mengangguk menanggapi Amara. Ia kembali menunduk dan fokus pada bukunya.

Amara mendesah pelan sambil mengamati anak dengan ekspresi datar di sampingnya. Ya sudahlah. Yang penting aku tak ada masalah dengan dia, batinnya. Amara kemudian mengeluarkan buku dari tasnya dan bersiap menerima pelajaran.

"Amara," panggilan lirih Juan membuat Amara langsung menoleh. "Selamat datang di sekolah kami," sambung Juan memberikan penyambutan.

Amara mengerutkan keningnya. Bingung terhadap perubahan sikap Juan yang menurutnya mendadak. Namun kemudian ia menarik sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman guna membalas senyuman manis yang Juan tunjukkan.

"Terima kasih untuk sambutannya, Juan," balas Amara kemudian.

Saat itulah pertemanan mereka dimulai. Juan adalah orang pertama yang Amara kenal di sekolah barunya itu selain sang sepupu sendiri, Miranda. Namun Miranda berada di kelas lain dan terpisah darinya.

Pertemuan demi pertemuan yang terjadi setiap harinya membuat Juan kian mengenal diri Amara yang sesungguhnya. Gadis itu memiliki hati yang lembut. Dia sangat baik terhadap siapapun. Dan kepintaran Amara di atas rata-rata teman sekolahnya.

Juan yang sebelumnya selalu mendapatkan rangking pertama, kini harus bekerja keras untuk menpertahankannya semenjak kedatangan Amara.

Tak jarang mereka selalu menggunakan waktu luang untuk belajar bersama. Mereka memang bersaing, tapi mereka persaingan itu terjadi secara sehat.

Sampai suatu ketika, sikap Amara tiba-tiba berubah. Gadis berambut lurus itu menjadi pribadi yang berbeda dari sebelumnya. Sikapnya mendadak angkuh dan sombong. Nilainya pun menurun drastis.

Juan melambaikan tangan saat mobil sang papa melaju pergi meninggalkan pagi itu. Ia lantas berbalik badan hendak melangkah memasuki gerbang sekolah. Namun langkahnya terhenti saat sebuah mobil berwarna silver tampak berhenti di depan gerbang. Juan tersenyum sebab ia tahu siapa yang datang.

Seorang gadis rambut panjang sebahu tampak turun dari mobil itu. Ia segera berlari kecil mengitari mobil untuk membuka pintu mobil di sisi lain.

Pintu mobil yang terbuka lebar menampakkan seorang gadis tengah duduk santai di dalam sana sambil bersedekap dada. Ia segera turun dari sana dengan ekspresi datar dan angkuh.

"Mar!"

Gadis angkuh itu hanya melirik sinis saat Juan memanggilnya. Ia bahkan tak menjawab. Hanya mengibaskan rambut panjangnya dan berlalu begitu saja melewati Juan yang masih bengong di pintu gerbang sekolah.

Juan masih tertegun melihat pemandangan aneh yang tersaji di depan matanya. Sambil menggeleng tak percaya, ia mengamati dua gadis yang baru saja berlalu.

Satu orang gadis tengah berjalan begitu anggun bak seorang putri, di depan. Sementara di belakangnya, sang sepupu tampak mengikuti Amara dengan langkah terseok karena begitu banyaknya barang yang ia bawa. Punggung kecil itu tampak keberatan dengan dua tas gendong, sementara tangannya mendekap beberapa buku tebal di dadanya.

Amara menghentikan langkah dan menoleh ke arah belakang. "Dasar keong! Apa kau tidak bisa berjalan lebih cepat!" bentak Amara tak sabaran sambil melotot menatap sepupunya.

"B-baik. A-aku akan berjalan lebih cepat," jawab gadis lemah itu gugup. Ia pun segera mempercepat langkahnya.

"Dasar lambat!" umpat Amara penuh penghinaan. Bukannya membantu, Ia justru melangkah meninggalkan sepupunya yang terlalu banyak beban.

Sontak saja pemandangan itu menjadi sorotan satu sekolah karena sikap Amara yang keterlaluan. Ia yang terkenal dengan sifatnya yang lembut dan welas asih justru kini secara terang-terangan menindas sepupunya sendiri.

"Ini salah. Ada yang tidak beres dengan Amara." Juan menggeleng tak percaya. Sebagai sahabat tentu ia tak bisa diam begitu saja membiarkan sahabatnya salah langkah.

Juan langsung berlari menghampiri Amara dan menarik tangan gadis itu untuk menghentikan.

"Apaan sih. Lepas nggak!" teriak Amara sinis sambil menatap tajam penuh peringatan pada Juan.

"Nggak! Sebelum kamu minta maaf sama Miranda dan bantuin dia!" Juan berucap lantang penuh keberanian.

"Eng-gak!" tegas Amara penuh penekanan. Tangan kirinya lantas bergerak memegangi tangan Juan yang mencengkeramnya, lalu mengempaskan begitu saja. Tersenyum miring, Amara lantas pergi begitu saja meninggalkan Juan yang terperangah tak percaya.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Lee Yuta

Lee Yuta

masih lanjut, nggak bisa henti🙈

2021-12-29

0

Eny Budi Lestari

Eny Budi Lestari

ada apa sebenarnya? kenapa Amara tiba" brrubah?

2021-03-23

0

༄ ❁N⃟ιямαℓα࿐

༄ ❁N⃟ιямαℓα࿐

sampe sini dulu ghor😊😊 aku nganyuk

2021-01-17

1

lihat semua
Episodes
1 Kecelakaan
2 Yatim piatu
3 Jomblowati
4 Bisik di telinga
5 Juan
6 Cinta bertepuk sebelah tangan
7 Perubahan sikap
8 Pemandangan mencengangkan
9 Terbongkar
10 Terima kasih untuk malam ini
11 Suara syahdu
12 Takut
13 Insiden di mini market
14 Sebuah tawaran
15 Oh No!
16 Keputusan tanpa pikir panjang
17 Siap bekerja
18 Penyambutan luar biasa
19 Berhasil menipu
20 Sebuah gigitan
21 Merasa sendirian (Rindu Juan)
22 Bukan lelaki lemah
23 Pertemuan tak terduga
24 Di mana Naura?
25 Senjata makan tuan
26 Balas dendam
27 Siapa nama Lo?
28 Seperti maling tertangkap basah
29 Pelajaran
30 Lelah
31 Tertidur pulas
32 Pijatan di kaki
33 Melukis pulau di atas bantal
34 Bidadari turun dari loteng
35 Balikin pisang gue!
36 Tidak!
37 Lo ngetawain gue
38 Cewek nggak ada ahlak
39 Ciuman pertama
40 Ini hanya ujian
41 Anugerah tak terduga
42 Pembalasan
43 Doooor!!!!
44 Menangis lah
45 Di bawah selimut
46 Mangkuk bubur
47 Tujuh kucing
48 Nggak boleh bantah!
49 Es krim
50 Empat gadis
51 Lowbat
52 Jadi Ustadzah
53 Kontrak
54 Denda
55 Awas naksir
56 Terpesona
57 Gila?
58 Sepatu sebelah
59 Berdarah
60 Paranoid
61 Jalan pakai kaki gue
62 Mobil
63 Ayo Buruan
64 Suasana tak nyaman
65 Pengorbanan Sia-sia
66 Nggak Jadian
67 Kenangan di restoran
68 Naura
69 Kehilangan pasien
70 Menemukan pasiennya
71 Cie cie
72 Mas Ikuuuuut
73 Cowok nggak peka
74 Kayak bini gue aja
75 Gini-gini doang
76 Salon
77 Baper
78 Pesta
79 Kan ada aku
80 Makasih udah cemasin gue
81 Ucapan Selamat
82 Menunda untuk kesekian kalinya
83 Secangkir kopi
84 Mati bersamamu
85 Terjebak
86 Tertangkap basah
87 Kedatangan Mertua
88 Penjelasan
89 Enam bulan
90 Gosah ngarep
91 Panggil Mama
92 Simbol janji
93 Bisa, kan?
94 Menantu sementara
95 Malu nggak ketulungan
96 Sesuai ekspektasi
97 Kasur lipat
98 Aku lapar
99 Jangan libatkan hati dan perasaan
100 Menginap
101 Kompak
102 Sarapan bertiga
103 Toko perhiasan
104 Es Boba
105 Mencintaimu dalam diam
106 Permintaan Naura
107 Perlakuan Manis
108 Seperti Tersengat
109 Tak Waras
110 Lupa
111 Kecewa
112 Salah paham
113 Ketahuan
114 Sedikit tidak rela
115 Iblis betina
116 Pernyataan mengejutkan
117 Kecewa
118 Kelimpungan
119 Telah Berakhir
120 Kafe
121 Foto Candid
122 Yang suami Amara itu siapa?
123 Hanya batu kali
124 Kejadian di panti asuhan
125 Kehilangan jejak
126 Tangan lembut dan dingin
127 Gue Capek
128 Aturan Baskoro
129 Khawatir
130 Terjebak situasi
131 Merasa terancam
132 Kembali di titik awal
133 Otak nggak ada akhlak
134 Sadar Diri
135 Sok tau
136 Satu Paket
137 Provokasi
138 Aku yang membantumu berdiri, dia yang kau ajak berlari
139 Sandiwara yang nyata
140 Iya, aku suka
141 Bantal guling
142 Bisikan setan
143 Hanya peduli, bukannya ada hati
144 Perpaduan yang sempurna
145 Terima kasih, Ma
146 High heels versus pantofel
147 Panas dingin
148 Perjuangan untuk orang yang istimewa
149 Tolong aku
150 Nggak bisa tidur tanpa lo
151 Mala Rindu
152 Aldo
153 Cuma Modus
154 Mau apa lagi?
155 Kepiting matang
156 Satu permintaan
157 Cemburu?
158 Terlalu pemalu
159 Ketahuan
160 Satu syarat
161 Mau sih, tapi malu
162 Kamu di mana, Sayang?
163 Bercak darah
164 Bocah asing
165 Secercah cahaya
166 Mau aku bantu?
167 Jangan buat aku hancur
168 Aku mencintaimu
169 Sini aku bantu (Bonchap)
170 Seperti dapat berkah (Bonchap)
171 Menyatukan Cinta
Episodes

Updated 171 Episodes

1
Kecelakaan
2
Yatim piatu
3
Jomblowati
4
Bisik di telinga
5
Juan
6
Cinta bertepuk sebelah tangan
7
Perubahan sikap
8
Pemandangan mencengangkan
9
Terbongkar
10
Terima kasih untuk malam ini
11
Suara syahdu
12
Takut
13
Insiden di mini market
14
Sebuah tawaran
15
Oh No!
16
Keputusan tanpa pikir panjang
17
Siap bekerja
18
Penyambutan luar biasa
19
Berhasil menipu
20
Sebuah gigitan
21
Merasa sendirian (Rindu Juan)
22
Bukan lelaki lemah
23
Pertemuan tak terduga
24
Di mana Naura?
25
Senjata makan tuan
26
Balas dendam
27
Siapa nama Lo?
28
Seperti maling tertangkap basah
29
Pelajaran
30
Lelah
31
Tertidur pulas
32
Pijatan di kaki
33
Melukis pulau di atas bantal
34
Bidadari turun dari loteng
35
Balikin pisang gue!
36
Tidak!
37
Lo ngetawain gue
38
Cewek nggak ada ahlak
39
Ciuman pertama
40
Ini hanya ujian
41
Anugerah tak terduga
42
Pembalasan
43
Doooor!!!!
44
Menangis lah
45
Di bawah selimut
46
Mangkuk bubur
47
Tujuh kucing
48
Nggak boleh bantah!
49
Es krim
50
Empat gadis
51
Lowbat
52
Jadi Ustadzah
53
Kontrak
54
Denda
55
Awas naksir
56
Terpesona
57
Gila?
58
Sepatu sebelah
59
Berdarah
60
Paranoid
61
Jalan pakai kaki gue
62
Mobil
63
Ayo Buruan
64
Suasana tak nyaman
65
Pengorbanan Sia-sia
66
Nggak Jadian
67
Kenangan di restoran
68
Naura
69
Kehilangan pasien
70
Menemukan pasiennya
71
Cie cie
72
Mas Ikuuuuut
73
Cowok nggak peka
74
Kayak bini gue aja
75
Gini-gini doang
76
Salon
77
Baper
78
Pesta
79
Kan ada aku
80
Makasih udah cemasin gue
81
Ucapan Selamat
82
Menunda untuk kesekian kalinya
83
Secangkir kopi
84
Mati bersamamu
85
Terjebak
86
Tertangkap basah
87
Kedatangan Mertua
88
Penjelasan
89
Enam bulan
90
Gosah ngarep
91
Panggil Mama
92
Simbol janji
93
Bisa, kan?
94
Menantu sementara
95
Malu nggak ketulungan
96
Sesuai ekspektasi
97
Kasur lipat
98
Aku lapar
99
Jangan libatkan hati dan perasaan
100
Menginap
101
Kompak
102
Sarapan bertiga
103
Toko perhiasan
104
Es Boba
105
Mencintaimu dalam diam
106
Permintaan Naura
107
Perlakuan Manis
108
Seperti Tersengat
109
Tak Waras
110
Lupa
111
Kecewa
112
Salah paham
113
Ketahuan
114
Sedikit tidak rela
115
Iblis betina
116
Pernyataan mengejutkan
117
Kecewa
118
Kelimpungan
119
Telah Berakhir
120
Kafe
121
Foto Candid
122
Yang suami Amara itu siapa?
123
Hanya batu kali
124
Kejadian di panti asuhan
125
Kehilangan jejak
126
Tangan lembut dan dingin
127
Gue Capek
128
Aturan Baskoro
129
Khawatir
130
Terjebak situasi
131
Merasa terancam
132
Kembali di titik awal
133
Otak nggak ada akhlak
134
Sadar Diri
135
Sok tau
136
Satu Paket
137
Provokasi
138
Aku yang membantumu berdiri, dia yang kau ajak berlari
139
Sandiwara yang nyata
140
Iya, aku suka
141
Bantal guling
142
Bisikan setan
143
Hanya peduli, bukannya ada hati
144
Perpaduan yang sempurna
145
Terima kasih, Ma
146
High heels versus pantofel
147
Panas dingin
148
Perjuangan untuk orang yang istimewa
149
Tolong aku
150
Nggak bisa tidur tanpa lo
151
Mala Rindu
152
Aldo
153
Cuma Modus
154
Mau apa lagi?
155
Kepiting matang
156
Satu permintaan
157
Cemburu?
158
Terlalu pemalu
159
Ketahuan
160
Satu syarat
161
Mau sih, tapi malu
162
Kamu di mana, Sayang?
163
Bercak darah
164
Bocah asing
165
Secercah cahaya
166
Mau aku bantu?
167
Jangan buat aku hancur
168
Aku mencintaimu
169
Sini aku bantu (Bonchap)
170
Seperti dapat berkah (Bonchap)
171
Menyatukan Cinta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!