Cinta bertepuk sebelah tangan

Juan duduk di sebuah kursi sembari mengamati Amara yang sibuk menyusun obat-obatan pada tempatnya.

Tubuhnya yang mungil tampak begitu gesit saat bergerak. Didukung dengan tangan dan kaki yang cekatan, Amara begitu cepat menyelesaikan pekerjaannya.

Jilbab yang menutupi kepala seolah tak menjadi penghalangi baginya untuk bergerak. Juan selalu merasa nyaman saat berada di samping Amara melebihi rasa nyaman yang ia dapat saat bersama kekasihnya.

Bersama Amara Ia mendapatkan keteduhan hati. Bahkan suara gadis itu kian hari kian terdengar merdu menyapa telinganya..

Diam-diam Juan tersenyum geli melihat Amara berjinjit-jinjit. Gadis cantik itu memaksakan tubuh mungilnya untuk mengambil sesuatu meski tak sampai.

Amara menoleh ke belakang dan menatap Juan yang tengah duduk mengamatinya sambil bersedekap dada. "Juan ,,," panggilnya dengan nada manja.

Juan bergeming. Ia mengedikkan dagu sambil menaikkan alisnya, seolah mengisyaratkan agar Amara mengatakan keinginannya.

"Bisa bantu aku mengambil kotak itu?" tunjuk Amara pada sebuah kotak yang tak bisa ia raih.

"Kau bilang hanya ingin aku menemanimu, tapi kenapa kau malah ingin aku membantumu juga, hah?" tanya Juan dengan nada memprotes.

Amara memberengut sedih. "Kau tidak mau membantuku?"

Juan mendesah pelan. "Iya, iya, aku bantu," ucap Juan seraya bangkit, lantas berjalan mendekati Amara dengan malas. "Yang ini?" tanyanya sambil menunjuk sebuah kotak.

"Iya." Amara menjawab sambil mengangguk mantap. Sesaat kemudian ia menerima kotak itu dari tangan Juan dengan pandangan mata berbinar senang. "Terima kasih ,,," ucapnya riang sambil nyengir.

"Hemmm," Juan hanya menggumam sebagai jawaban.

"Eitt," Amara menarik kemeja Juan saat lelaki itu melangkah hendak kembali ke kursinya.

Juan menoleh dan menatap Amara dengan wajah malas. "Apa lagi?"

"Lagi ,,,."

Juan mendesah pelan, lantas berbalik badan dan mendekati rak. "Yang mana?" tanyanya sambil mengangkat tangan, siap untuk mengambilkan barang yang Amara inginkan.

"Yang itu, itu dan itu. Terus yang sebelah situ juga," jawab Amara sambil menunjuk beberapa macam warna kotak seenaknya.

Juan menurunkan tangannya lalu berkacak pinggang. "Tuh, kan. Sudah di kasih hati minta jantung pula! Ngelunjak lama-lama, ya!" ketusnya sambil menggeleng pelan. "Banyak amat situnya."

"Kan memang itu yang aku perluin ,,,."

"Enggak, enggak! Enak aja main suruh-suruh. Ambil aja sendiri!"

"Kan aku nggak nyampe."

Juan menghela napas kasar lalu bergerak membungkukkan badan. Sontak Amara langsung melotot kaget saat Juan merengkuh kaki lalu membopongnya.

"Juan! Apa-apaan ini! Turunin nggak!" teriak Amara panik sambil gelagapan mencari pegangan. Berada dalam rengkuhan Juan sontak membuatnya gemetaran. Takut jika tiba-tiba pria itu menjatuhkannya.

"Aku tidak mau terus-terusan kau suruh. Sekarang ambil saja sendiri kotak itu! Pilihan sendiri mana yang kau inginkan."

"Tapi nggak harus digendong juga, kali!"

"Jadi ngambil, nggak? Kalau nggak mau ya udah, aku turunin, nih!"

"Eh, bentar-bentar! Jangan ngambekan, dong."

"Cepat! Jangan dilama-lamain! Kayaknya suka banget lama-lama aku gendong," goda Juan di bawah sana sambil mengulum senyumnya.

"Ish, apaan sih! Kamu kali yang modus!" gerutu Amara sambil menjangkau barang yang ingin diambilnya.

"Nggak ada ahlak memang. Orang aku ngebantunya tulus, malah dikatain modus."

Amara tersenyum. Sudah lengkap barang yang dibutuhkannya, ia pun menunduk menatap Juan. "Aku sudah berhasil ambil kotaknya, sekarang turunkan aku, ya," pintanya kemudian.

Juan segera menurunkan Amara dengan perlahan. Entah mengapa tiba-tiba keduanya merasa canggung saat saling berpandangan. Sama-sama kikuk, kemudian saling membuang muka.

"Emmm, a-aku akan bergerak cepat biar pulangnya bisa cepat." Suara Amara terdengar gugup saat mengatakannya. sementara Juan hanya mengangguk mengiyakan. Pria itu lantas kembali ke kursinya, sedang Amara kembali melanjutkan pekerjaannya .

***

"Silahkan," ucap pelayan kedai dengan ramah saat mengantarkan bakso pesanan Amara dan Juan ke meja mereka.

"Terima kasih ,,," balas Amara girang sembari tersenyum. Ia menarik satu mangkok lalu mengangsurkannya ke depan Juan, dan satu mangkok lagi untuk dirinya sendiri. "Hemmm ,,, mantap." ucapnya seraya menghirup aroma dari uap bakso yang masih mengepul.

"Aromanya sedap, ya," ujar Juan sambil menyodorkan sendok dan garpu pada Amara.

"Terima kasih." Amara menerima sendok itu dan langsung menancapkan garpunya pada salah satu bakso.

Juan hanya geleng-geleng kepala menatap Amara yang tampak tergesa-gesa menyantap baksonya.

"Huhah, panas." Amara mengibas-ngibaskan tangan ke arah mulutnya yang ternganga, seolah sedang menghantarkan angin ke mulutnya yang kepanasan.

"Pelan-pelan Mara! Nggak perlu buru-buru!" Juan yang panik segera meraih tisu lalu menempelkannya di mulut Amara. "Muntahkan disini!" titahnya dengan tangan yang menadah.

"Jangan! Sayang, tau," tolak Amara sembari tetap mengunyah bakso di dalam mulutnya. Ditepisnya tangan Juan agar menjauh dari mulutnya. "Sudah, aku tak apa-apa," ucapnya meyakinkan.

Juan menarik tangannya dan menatap Amara penuh kemarahan. "Kenapa harus menyiksa mulutmu seperti itu? Kau bisa minta tambah kalau merasa belum kenyang."

"Benarkah?" tanya Amara sambil mengerlingkan mata. Entah mengapa walaupun Juan marah ia justru semakin suka. Sebab di balik kemarahan Juan, selalu mengandung sejejak kepedulian pada dirinya. "Ah, senangnya. Tapi sayangnya aku tak serakus itu. Semangkuk saja bagiku sudah cukup, kok."

Amara menyuapkan kuah bakso ke mulut lantas mengecap rasanya. "Ah masih kurang pedas," ucapnya. Lalu ia menambahkan sambalnya lagi.

"Kau terlihat seperti sedang kelaparan. Berapa hari kau tak makan?" tanya Juan dengan nada mengejek.

Amara yang sedang mengunyah itu seketika berhenti. Ia mengangkat pandangan dan menatap Juan dengan mimik kesal. "Kau mengejekku?" tanyanya dengan bibir manyun.

"Bukan mengejek. Kau jelas-jelas terlihat sedang kelaparan!"

"Hehe, aku memang belum makan sejak sarapan pagi tadi," jawab Amara sambil nyengir.

"Cih, tebakanku benar, kan! Kau terlihat seperti seminggu tidak makan!"

"Hey! Aku hanya melewatkan makan siang! Bukannya seminggu tidak makan!" protes Amara dengan mulut penuh makanan. Hingga membuat bibirnya kotor oleh sisa makanan.

Juan hanya mendesah pelan, menatap sahabatnya itu sambil menggeleng heean. Ia kembali meraih tisu dan menyapukannya di bibir Amara. Gadis itu hanya nyengir dan pasrah saat Juan membersihkan cemong di mulutnya.

"Kau ini wanita, bisa tidaksih, ja'im sedikit dihadapan lelaki?" Juan meremas tisu kotor itu lalu melemparnya pada bak sampah.

"Kau kan bukan kekasihku, untuk apa aku harus ja'im di depanmu? Kita sudah mengenal sejak SMP, kau tentu tahu seperti apa aku luar dalam."

"Walau aku bukan kekasihmu, tapi aku ini tetap laki-laki! Apa kau tidak menganggap aku sebagai laki-laki?"

"Siapa juga yang mengatakan kalau kau ini wanita?" Amara tertawa saat Juan cemberut. "Aku akan ja'im di depan kekasihku, nanti. Jadi kau tenang saja, ya. Aku masih wanita normal, kok." Amara tersenyum, lalu kembali fokus pada mangkoknya.

"Kau mau mencicipi punyaku? Yang ini lebih enak, loh." Seperti membujuk anak kecil, Juan mengiming-imingi Amara dengan bakso dimangkoknya yang masih utuh.

"Kau saja belum makan, bagaimana kau tahu itu enak?"

"Mau tidak?" Juan mengulang pertanyaannya lagi. Ia menusuk satu bola bakso lalu menyodorkannya pada Amara.

"Mau." Amara menjawab singkat. Ia membuka mulutnya seolah mengisyaratkan agar Juan menyuapinya. "Hemm, beneran enak loh!" serunya. Amara kemudian mengambil bakso dari mangkuknya, lantas menempelkannya di bibir Juan.

Juan menautkan alis selagi menatap bakso di tangan Amara. "Apa ,,,?" tanyanya bingung.

"Buka mulutmu," perintah Amara dengan mata melotot seperti memaksa. Meski awalnya ragu, tapi pada akhirnya pria bersurai hitam itu mengikuti keinginan Amara. "Aaah, anak pintar," sanjung Amara sambil tertawa senang karena pada akhirnya ia berhasil membuat Juan makan.

Juan terlihat kesal karena ditertawakan Amara. Sambil mengunyah, ia meraih tisu kemudian mengusap bibirnya yang basah. "Kau memperlakukan ku seperti anak kecil," gumamnya pelan.

"Lalu menurutmu, kau memperlakukanku seperti apa? Sikapmu bahkan terlalu posesif padaku. Apa kau tau, kau sudah seperti ibuku saja." Amara terkekeh setelah mengucapkannya, seolah perkataannya tadi begitu menggelikan. "Tapi aku suka, karena di balik itu kau begitu tulus menyayangiku."

Juan hanya mencebik melihat Amara tertawa. Diraihnya es teh di sisi kanan, lantas menyeruputnya untuk membasahi tenggorokan.

"Juan ,,," panggil Amara lembut, hingga membuat Juan langsung menatapnya penuh tanda tanya. Perubahan mimik wajah gadis itu begitu tiba-tiba, dari yang semula tertawa geli kini tampak sendu dan menatapnya penuh arti.

"Hemmm," balas Juan. "Apa?" tanyanya kemudian.

"Terima kasih selalu menjadi teman serta pelindungku selama ini, ya."

Juan hanya terpaku sambil menatap jemari selembut sutra milik Amara menggenggam tangannya dengan erat. Tak bisa menjawab dengan kata, ia hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.

Entah Amara sadari atau tidak, tindakannya itu memunculkan desiran lain di dada Juan. Jantungnya mendadak berdebar hebat saat mata Amara menatapnya lekat.

Namun sayang, Amara hanya menganggapnya tak lebih dari seorang teman. Andai gadis itu tahu jika Juan menginginkan lebih, mungkin selama ini Juan tak perlu merasakan cinta bertepuk sebelah tangan.

Entah perasaan apa yang sedang berkecamuk di hati Juan saat ini. Sebuah rasa yang sejak dulu ada dan hingga kini semakin membara. Meski ia memiliki kekasih, namun hati dan perasaan Juan tak pernah berpaling dari Amara. Dialah gadisnya. Amara lah sumber kebahagiaan Juan.

"Maaf," lirih Amara dengan mata yang berkaca-kaca.

"Maaf?" tanya Juan dengan alis yang bertaut. "Maaf untuk apa?"

Bersambung

Terpopuler

Comments

Lee Yuta

Lee Yuta

semangat terus Thoorr...

2021-12-29

1

Novi Wu

Novi Wu

mantulllll

2021-12-28

0

Eny Budi Lestari

Eny Budi Lestari

tidak ada hubungan pertemanan sejati antara dua insan yang berbeda jenis.pasti salah satunya selalu memiliki rasa cinta

2021-03-22

0

lihat semua
Episodes
1 Kecelakaan
2 Yatim piatu
3 Jomblowati
4 Bisik di telinga
5 Juan
6 Cinta bertepuk sebelah tangan
7 Perubahan sikap
8 Pemandangan mencengangkan
9 Terbongkar
10 Terima kasih untuk malam ini
11 Suara syahdu
12 Takut
13 Insiden di mini market
14 Sebuah tawaran
15 Oh No!
16 Keputusan tanpa pikir panjang
17 Siap bekerja
18 Penyambutan luar biasa
19 Berhasil menipu
20 Sebuah gigitan
21 Merasa sendirian (Rindu Juan)
22 Bukan lelaki lemah
23 Pertemuan tak terduga
24 Di mana Naura?
25 Senjata makan tuan
26 Balas dendam
27 Siapa nama Lo?
28 Seperti maling tertangkap basah
29 Pelajaran
30 Lelah
31 Tertidur pulas
32 Pijatan di kaki
33 Melukis pulau di atas bantal
34 Bidadari turun dari loteng
35 Balikin pisang gue!
36 Tidak!
37 Lo ngetawain gue
38 Cewek nggak ada ahlak
39 Ciuman pertama
40 Ini hanya ujian
41 Anugerah tak terduga
42 Pembalasan
43 Doooor!!!!
44 Menangis lah
45 Di bawah selimut
46 Mangkuk bubur
47 Tujuh kucing
48 Nggak boleh bantah!
49 Es krim
50 Empat gadis
51 Lowbat
52 Jadi Ustadzah
53 Kontrak
54 Denda
55 Awas naksir
56 Terpesona
57 Gila?
58 Sepatu sebelah
59 Berdarah
60 Paranoid
61 Jalan pakai kaki gue
62 Mobil
63 Ayo Buruan
64 Suasana tak nyaman
65 Pengorbanan Sia-sia
66 Nggak Jadian
67 Kenangan di restoran
68 Naura
69 Kehilangan pasien
70 Menemukan pasiennya
71 Cie cie
72 Mas Ikuuuuut
73 Cowok nggak peka
74 Kayak bini gue aja
75 Gini-gini doang
76 Salon
77 Baper
78 Pesta
79 Kan ada aku
80 Makasih udah cemasin gue
81 Ucapan Selamat
82 Menunda untuk kesekian kalinya
83 Secangkir kopi
84 Mati bersamamu
85 Terjebak
86 Tertangkap basah
87 Kedatangan Mertua
88 Penjelasan
89 Enam bulan
90 Gosah ngarep
91 Panggil Mama
92 Simbol janji
93 Bisa, kan?
94 Menantu sementara
95 Malu nggak ketulungan
96 Sesuai ekspektasi
97 Kasur lipat
98 Aku lapar
99 Jangan libatkan hati dan perasaan
100 Menginap
101 Kompak
102 Sarapan bertiga
103 Toko perhiasan
104 Es Boba
105 Mencintaimu dalam diam
106 Permintaan Naura
107 Perlakuan Manis
108 Seperti Tersengat
109 Tak Waras
110 Lupa
111 Kecewa
112 Salah paham
113 Ketahuan
114 Sedikit tidak rela
115 Iblis betina
116 Pernyataan mengejutkan
117 Kecewa
118 Kelimpungan
119 Telah Berakhir
120 Kafe
121 Foto Candid
122 Yang suami Amara itu siapa?
123 Hanya batu kali
124 Kejadian di panti asuhan
125 Kehilangan jejak
126 Tangan lembut dan dingin
127 Gue Capek
128 Aturan Baskoro
129 Khawatir
130 Terjebak situasi
131 Merasa terancam
132 Kembali di titik awal
133 Otak nggak ada akhlak
134 Sadar Diri
135 Sok tau
136 Satu Paket
137 Provokasi
138 Aku yang membantumu berdiri, dia yang kau ajak berlari
139 Sandiwara yang nyata
140 Iya, aku suka
141 Bantal guling
142 Bisikan setan
143 Hanya peduli, bukannya ada hati
144 Perpaduan yang sempurna
145 Terima kasih, Ma
146 High heels versus pantofel
147 Panas dingin
148 Perjuangan untuk orang yang istimewa
149 Tolong aku
150 Nggak bisa tidur tanpa lo
151 Mala Rindu
152 Aldo
153 Cuma Modus
154 Mau apa lagi?
155 Kepiting matang
156 Satu permintaan
157 Cemburu?
158 Terlalu pemalu
159 Ketahuan
160 Satu syarat
161 Mau sih, tapi malu
162 Kamu di mana, Sayang?
163 Bercak darah
164 Bocah asing
165 Secercah cahaya
166 Mau aku bantu?
167 Jangan buat aku hancur
168 Aku mencintaimu
169 Sini aku bantu (Bonchap)
170 Seperti dapat berkah (Bonchap)
171 Menyatukan Cinta
Episodes

Updated 171 Episodes

1
Kecelakaan
2
Yatim piatu
3
Jomblowati
4
Bisik di telinga
5
Juan
6
Cinta bertepuk sebelah tangan
7
Perubahan sikap
8
Pemandangan mencengangkan
9
Terbongkar
10
Terima kasih untuk malam ini
11
Suara syahdu
12
Takut
13
Insiden di mini market
14
Sebuah tawaran
15
Oh No!
16
Keputusan tanpa pikir panjang
17
Siap bekerja
18
Penyambutan luar biasa
19
Berhasil menipu
20
Sebuah gigitan
21
Merasa sendirian (Rindu Juan)
22
Bukan lelaki lemah
23
Pertemuan tak terduga
24
Di mana Naura?
25
Senjata makan tuan
26
Balas dendam
27
Siapa nama Lo?
28
Seperti maling tertangkap basah
29
Pelajaran
30
Lelah
31
Tertidur pulas
32
Pijatan di kaki
33
Melukis pulau di atas bantal
34
Bidadari turun dari loteng
35
Balikin pisang gue!
36
Tidak!
37
Lo ngetawain gue
38
Cewek nggak ada ahlak
39
Ciuman pertama
40
Ini hanya ujian
41
Anugerah tak terduga
42
Pembalasan
43
Doooor!!!!
44
Menangis lah
45
Di bawah selimut
46
Mangkuk bubur
47
Tujuh kucing
48
Nggak boleh bantah!
49
Es krim
50
Empat gadis
51
Lowbat
52
Jadi Ustadzah
53
Kontrak
54
Denda
55
Awas naksir
56
Terpesona
57
Gila?
58
Sepatu sebelah
59
Berdarah
60
Paranoid
61
Jalan pakai kaki gue
62
Mobil
63
Ayo Buruan
64
Suasana tak nyaman
65
Pengorbanan Sia-sia
66
Nggak Jadian
67
Kenangan di restoran
68
Naura
69
Kehilangan pasien
70
Menemukan pasiennya
71
Cie cie
72
Mas Ikuuuuut
73
Cowok nggak peka
74
Kayak bini gue aja
75
Gini-gini doang
76
Salon
77
Baper
78
Pesta
79
Kan ada aku
80
Makasih udah cemasin gue
81
Ucapan Selamat
82
Menunda untuk kesekian kalinya
83
Secangkir kopi
84
Mati bersamamu
85
Terjebak
86
Tertangkap basah
87
Kedatangan Mertua
88
Penjelasan
89
Enam bulan
90
Gosah ngarep
91
Panggil Mama
92
Simbol janji
93
Bisa, kan?
94
Menantu sementara
95
Malu nggak ketulungan
96
Sesuai ekspektasi
97
Kasur lipat
98
Aku lapar
99
Jangan libatkan hati dan perasaan
100
Menginap
101
Kompak
102
Sarapan bertiga
103
Toko perhiasan
104
Es Boba
105
Mencintaimu dalam diam
106
Permintaan Naura
107
Perlakuan Manis
108
Seperti Tersengat
109
Tak Waras
110
Lupa
111
Kecewa
112
Salah paham
113
Ketahuan
114
Sedikit tidak rela
115
Iblis betina
116
Pernyataan mengejutkan
117
Kecewa
118
Kelimpungan
119
Telah Berakhir
120
Kafe
121
Foto Candid
122
Yang suami Amara itu siapa?
123
Hanya batu kali
124
Kejadian di panti asuhan
125
Kehilangan jejak
126
Tangan lembut dan dingin
127
Gue Capek
128
Aturan Baskoro
129
Khawatir
130
Terjebak situasi
131
Merasa terancam
132
Kembali di titik awal
133
Otak nggak ada akhlak
134
Sadar Diri
135
Sok tau
136
Satu Paket
137
Provokasi
138
Aku yang membantumu berdiri, dia yang kau ajak berlari
139
Sandiwara yang nyata
140
Iya, aku suka
141
Bantal guling
142
Bisikan setan
143
Hanya peduli, bukannya ada hati
144
Perpaduan yang sempurna
145
Terima kasih, Ma
146
High heels versus pantofel
147
Panas dingin
148
Perjuangan untuk orang yang istimewa
149
Tolong aku
150
Nggak bisa tidur tanpa lo
151
Mala Rindu
152
Aldo
153
Cuma Modus
154
Mau apa lagi?
155
Kepiting matang
156
Satu permintaan
157
Cemburu?
158
Terlalu pemalu
159
Ketahuan
160
Satu syarat
161
Mau sih, tapi malu
162
Kamu di mana, Sayang?
163
Bercak darah
164
Bocah asing
165
Secercah cahaya
166
Mau aku bantu?
167
Jangan buat aku hancur
168
Aku mencintaimu
169
Sini aku bantu (Bonchap)
170
Seperti dapat berkah (Bonchap)
171
Menyatukan Cinta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!