Suara syahdu

Usai memarkirkan mobilnya, Juan lantas berjalan memasuki rumah dengan hati yang senang. Sudah lewat tengah malam saat ia pulang, hingga membuat rumah megah itu terasa hening dan tenang.

Sampai di ruang tengah ia sedikit terkejut saat mendapati sang mama tengah duduk di sofa sambil menundukkan kepala membaca majalah. Entah apa yang membuatnya masih terjaga selarut ini.

Tak mau ambil pusing, Juan melewatinya begitu saja hendak melangkah menuju tangga.

"Juan, dari mana kamu?"

Juan sontak menghentikan langkah saat Winda memanggilnya. Pria bertubuh tegap itu mendesah pelan lalu menolehkan kepalanya untuk menatap sang mama. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu rupanya masih membolak-balikkan lembaran majalah tanpa menatap dia.

"Aku cuma nemuin Amara sebentar." Juan menjawab datar, tapi cukup membuat sang mama meradang.

Menutup bukunya, Winda lalu mengarahkan pandangan ke arah Juan. "Amara lagi!" ia sontak bangkit dan membanting majalah itu penuh kemarahan. "Sudah Mama bilang untuk jauhi gadis itu! Kenapa kamu masih saja nekat menemui dia di belakang Mama!" sentaknya sambil menatap Juan dengan sorot tajam.

Juan yang sudah menyangka ini akan terjadi segera memutar tubuhnya menghadap pada Winda. "Ma, salah Amara apa si sampai Mama benci sama dia!"

"Gadis itu bisa merusak hubungan kamu dengan Gladys, Juan! Mama tidak suka kamu lebih mementingkan Amara dari pada kekasihmu sendiri!"

Juan tersenyum getir, lalu melangkahkan kaki berjalan mendekati mamanya. "Mama tahu, kan, sebesar apa cintaku pada Amara? Tapi demi Mama aku rela menelan perasaan dan hanya menganggapnya sebagai sahabat. Tapi kenapa Mama masih mempermasalahkan kedekatanku dengan dia? Aku nyaman bareng sama dia, Ma! Aku merasa tenang! Beda dengan kebersamaan yang kulewati bersama Gladys."

"Juan Mama mohon, terimalah Gladys dengan sepenuh hati kamu! Mama yakin kamu bisa mencintainya melebihi cintamu pada Amara. Gladys gadis yang baik."

"Tapi dia bukan Amara, Ma." Juan menyahut dingin.

"Tentu saja, bukan! Karena dia adalah Gladys, gadis yang jauh lebih berkelas dari Amara. Dia adalah calon istri kamu." Winda berucap penuh penekanan di setiap kata. "Secepatnya kamu harus menikahi dia."

"Ma! Sudah kubilang, aku baru akan menikah setelah Amara menikah!"

"Hey! Apa-apaan kamu! Memang kamu adiknya sampai nikah saja harus menunggu setelah dia!"

"Sudah Juan bilang, Amara itu segalanya buat Juan, Ma!" terang Juan. Pria berhidung bangir itu menatap Winda penuh peringatan. "Ma, aku minta sama Mama untuk tidak menggangu Amara! Jika sampai mama mengusiknya sedikit saja,--"

"Apa!" ketus Winda saat Juan menggantung ucapannya.

"Juan nggak akan tinggal diam!" ancam pria bernama lengkap Aditya Juanda itu dengan tegas.

"Hah!" Winda sontak terperangah.

"Sudahlah Ma, Juan capek mau istirahat. Juan lelah harus mendebatkan masalah yang sama setiap harinya. Juan enggak akan melebihi batas Juan sebagai sahabat Amara Ma, jadi Mama tenang aja. Juan udah biasa kok, menelan rasa sakit hati ini sendirian," ucap Juan dengan senyum getir tersungging di bibir. Iapun berbalik badan dan melangkah membawa wajah lelahnya meninggalkan Winda yang masih tertegun heran.

"Juan! Mama belum selesai bicara!"

Juan tak mempedulikan teriakan sang mama. Lelaki itu malahan terus saja menaiki anak tangga tanpa mau menoleh lagi menatap Winda.

"Hey, kau ini putraku apa bukan, sih! Kenapa kau malah lebih membela wanita itu dibanding mamamu sendiri!"

Juan tetap tak terpancing. Ia tetap melangkah hingga menghilang dari pandangan mamanya.

Winda mendesah pelan lalu menjatuhkan tubuhnya kembali duduk di sofa. Tangannya bergerak mengusap wajahnya lelah dan hampir-hampir putus asa.

Sebagai seorang ibu, ia mengenal betul bagaimana karakter sang putra. Anak itu memiliki pendirian yang teguh dan tipe lelaki setia. Bahkan ia tetap bertahan mencintai Amara meski hanya dalam diam.

Winda sendiri sudah kewalahan memperingatkan putranya. Semakin ia menekan, justru malah membuat Juan semakin membangkang.

***

"Da-dah, aku pulang dulu ya," pamit Amara sembari melambaikan pada teman-temannya yang bertugas dinas malam. Amara bernapas lega sebab telah menyelesaikan pekerjaan hari ini dengan baik seperti biasa.

Gadis periang itu tetap memasang senyum ceria di balik wajah lelahnya. Menyapa setiap orang yang berpapasan dengan ramah.

Namun bukan ke arah pintu keluar ia berjalan, melainkan menuju ruang ICU, tempat dimana pasien koma bernama Dimas itu dirawat di sana.

Menutup pintu di belakangnya, Amara yang sudah mengenakan pakaian steril melangkah mendekati ranjang pasien dan berdiri tepat di sisi kepala Dinas. Entah mengapa ia merasa iba pada pasien itu. Duduk di kursi yang tersedia, tangannya merogoh sesuatu di dalam tas dan mengeluarkan sebuah kitab suci berukuran kecil.

Memang sudah seminggu sejak kecelakaan itu terjadi, tapi pasien ini masih belum sadar juga dari komanya.

Amara hanya berharap dengan mendengar dirinya mengaji, membuat lelaki bisa mendengar dan memiliki keinginan kuat untuk bangun. Sebab tak ada yang mustahil di dunia ini selama manusia mau berusaha. Tentunya atas izin Tuhan yang maha esa.

Entah berapa lama Amara melantunkan dengan indah ayat-ayat suci itu pelan dan penuh penghayatan. Hingga ia merasa sudah cukup melakukannya untuk hari ini.

Amara menyimpan kembali kitab sucinya, lantas berpamitan sebelum dirinya melangkah keluar.

Sepeninggalnya Amara dari sana, tubuh tanpa daya yang selama seminggu ini hanya terbaring tak sadarkan diri itu tiba-tiba menunjukkan pergerakan.

Jemari yang semula hanya diam tanpa kekuatan itu kini berkedut menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Lelaki itu telah seminggu ini merasa tenang dan terasing dari hiruk pikuknya duniawi. Ia merasa senang berlindung pada kegelapan yang nyaman, melupakan segala kepedihan yang telah menghantam.

Namun entah mengapa suara lembut dan syahdu yang akhir-akhir ini selalu terdengar mengalun indah membelai rongga telinganya seolah-olah sedang memanggilnya. Suara itu seperti jemari lembut yang semula melambai. Kemudian terulur dan menariknya dari kesunyian menuju cahaya dan memaksanya untuk keluar dari sana.

Rasa penasarannya pada suara itu begitu kuat mendorong untuk segera bangkit dari tidur panjang. Dan pada saat matanya terbuka, secara spontan monitor alat-alat penunjang kehidupan yang sudah terpasang alarm secara otomatispun bekerja dan menimbulkan suara yang nyaring.

Amara yang sudah berjalan semakin jauh meninggalkan tempat itu terkejut saat berpapasan dengan tim dokter dan perawat lain yang berlari-lari kearah berlawanan dengan dirinya.

Gadis itu menatap bingung sembari mencari tahu dengan bertanya pada salah satu teman perawatnya.

"Ada apa? Apa telah terjadi kecelakaan?" Tanya Amara dengan wajah kebingungan.

Temannya itu sudah berusaha menjawab. Namun karena keadaan yang mendesak dan terburu-buru sehingga Amara tidak mendapatkan jawaban yang jelas. Gadis itu memilih mengabaikannya, karena merasa ini sudah di luar jam kerja. Sehingga ia tak lagi memilik wewenang dalam urusan ini.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Eny Budi Lestari

Eny Budi Lestari

akhirnya Dimas siuman juga

2021-03-23

0

lihat semua
Episodes
1 Kecelakaan
2 Yatim piatu
3 Jomblowati
4 Bisik di telinga
5 Juan
6 Cinta bertepuk sebelah tangan
7 Perubahan sikap
8 Pemandangan mencengangkan
9 Terbongkar
10 Terima kasih untuk malam ini
11 Suara syahdu
12 Takut
13 Insiden di mini market
14 Sebuah tawaran
15 Oh No!
16 Keputusan tanpa pikir panjang
17 Siap bekerja
18 Penyambutan luar biasa
19 Berhasil menipu
20 Sebuah gigitan
21 Merasa sendirian (Rindu Juan)
22 Bukan lelaki lemah
23 Pertemuan tak terduga
24 Di mana Naura?
25 Senjata makan tuan
26 Balas dendam
27 Siapa nama Lo?
28 Seperti maling tertangkap basah
29 Pelajaran
30 Lelah
31 Tertidur pulas
32 Pijatan di kaki
33 Melukis pulau di atas bantal
34 Bidadari turun dari loteng
35 Balikin pisang gue!
36 Tidak!
37 Lo ngetawain gue
38 Cewek nggak ada ahlak
39 Ciuman pertama
40 Ini hanya ujian
41 Anugerah tak terduga
42 Pembalasan
43 Doooor!!!!
44 Menangis lah
45 Di bawah selimut
46 Mangkuk bubur
47 Tujuh kucing
48 Nggak boleh bantah!
49 Es krim
50 Empat gadis
51 Lowbat
52 Jadi Ustadzah
53 Kontrak
54 Denda
55 Awas naksir
56 Terpesona
57 Gila?
58 Sepatu sebelah
59 Berdarah
60 Paranoid
61 Jalan pakai kaki gue
62 Mobil
63 Ayo Buruan
64 Suasana tak nyaman
65 Pengorbanan Sia-sia
66 Nggak Jadian
67 Kenangan di restoran
68 Naura
69 Kehilangan pasien
70 Menemukan pasiennya
71 Cie cie
72 Mas Ikuuuuut
73 Cowok nggak peka
74 Kayak bini gue aja
75 Gini-gini doang
76 Salon
77 Baper
78 Pesta
79 Kan ada aku
80 Makasih udah cemasin gue
81 Ucapan Selamat
82 Menunda untuk kesekian kalinya
83 Secangkir kopi
84 Mati bersamamu
85 Terjebak
86 Tertangkap basah
87 Kedatangan Mertua
88 Penjelasan
89 Enam bulan
90 Gosah ngarep
91 Panggil Mama
92 Simbol janji
93 Bisa, kan?
94 Menantu sementara
95 Malu nggak ketulungan
96 Sesuai ekspektasi
97 Kasur lipat
98 Aku lapar
99 Jangan libatkan hati dan perasaan
100 Menginap
101 Kompak
102 Sarapan bertiga
103 Toko perhiasan
104 Es Boba
105 Mencintaimu dalam diam
106 Permintaan Naura
107 Perlakuan Manis
108 Seperti Tersengat
109 Tak Waras
110 Lupa
111 Kecewa
112 Salah paham
113 Ketahuan
114 Sedikit tidak rela
115 Iblis betina
116 Pernyataan mengejutkan
117 Kecewa
118 Kelimpungan
119 Telah Berakhir
120 Kafe
121 Foto Candid
122 Yang suami Amara itu siapa?
123 Hanya batu kali
124 Kejadian di panti asuhan
125 Kehilangan jejak
126 Tangan lembut dan dingin
127 Gue Capek
128 Aturan Baskoro
129 Khawatir
130 Terjebak situasi
131 Merasa terancam
132 Kembali di titik awal
133 Otak nggak ada akhlak
134 Sadar Diri
135 Sok tau
136 Satu Paket
137 Provokasi
138 Aku yang membantumu berdiri, dia yang kau ajak berlari
139 Sandiwara yang nyata
140 Iya, aku suka
141 Bantal guling
142 Bisikan setan
143 Hanya peduli, bukannya ada hati
144 Perpaduan yang sempurna
145 Terima kasih, Ma
146 High heels versus pantofel
147 Panas dingin
148 Perjuangan untuk orang yang istimewa
149 Tolong aku
150 Nggak bisa tidur tanpa lo
151 Mala Rindu
152 Aldo
153 Cuma Modus
154 Mau apa lagi?
155 Kepiting matang
156 Satu permintaan
157 Cemburu?
158 Terlalu pemalu
159 Ketahuan
160 Satu syarat
161 Mau sih, tapi malu
162 Kamu di mana, Sayang?
163 Bercak darah
164 Bocah asing
165 Secercah cahaya
166 Mau aku bantu?
167 Jangan buat aku hancur
168 Aku mencintaimu
169 Sini aku bantu (Bonchap)
170 Seperti dapat berkah (Bonchap)
171 Menyatukan Cinta
Episodes

Updated 171 Episodes

1
Kecelakaan
2
Yatim piatu
3
Jomblowati
4
Bisik di telinga
5
Juan
6
Cinta bertepuk sebelah tangan
7
Perubahan sikap
8
Pemandangan mencengangkan
9
Terbongkar
10
Terima kasih untuk malam ini
11
Suara syahdu
12
Takut
13
Insiden di mini market
14
Sebuah tawaran
15
Oh No!
16
Keputusan tanpa pikir panjang
17
Siap bekerja
18
Penyambutan luar biasa
19
Berhasil menipu
20
Sebuah gigitan
21
Merasa sendirian (Rindu Juan)
22
Bukan lelaki lemah
23
Pertemuan tak terduga
24
Di mana Naura?
25
Senjata makan tuan
26
Balas dendam
27
Siapa nama Lo?
28
Seperti maling tertangkap basah
29
Pelajaran
30
Lelah
31
Tertidur pulas
32
Pijatan di kaki
33
Melukis pulau di atas bantal
34
Bidadari turun dari loteng
35
Balikin pisang gue!
36
Tidak!
37
Lo ngetawain gue
38
Cewek nggak ada ahlak
39
Ciuman pertama
40
Ini hanya ujian
41
Anugerah tak terduga
42
Pembalasan
43
Doooor!!!!
44
Menangis lah
45
Di bawah selimut
46
Mangkuk bubur
47
Tujuh kucing
48
Nggak boleh bantah!
49
Es krim
50
Empat gadis
51
Lowbat
52
Jadi Ustadzah
53
Kontrak
54
Denda
55
Awas naksir
56
Terpesona
57
Gila?
58
Sepatu sebelah
59
Berdarah
60
Paranoid
61
Jalan pakai kaki gue
62
Mobil
63
Ayo Buruan
64
Suasana tak nyaman
65
Pengorbanan Sia-sia
66
Nggak Jadian
67
Kenangan di restoran
68
Naura
69
Kehilangan pasien
70
Menemukan pasiennya
71
Cie cie
72
Mas Ikuuuuut
73
Cowok nggak peka
74
Kayak bini gue aja
75
Gini-gini doang
76
Salon
77
Baper
78
Pesta
79
Kan ada aku
80
Makasih udah cemasin gue
81
Ucapan Selamat
82
Menunda untuk kesekian kalinya
83
Secangkir kopi
84
Mati bersamamu
85
Terjebak
86
Tertangkap basah
87
Kedatangan Mertua
88
Penjelasan
89
Enam bulan
90
Gosah ngarep
91
Panggil Mama
92
Simbol janji
93
Bisa, kan?
94
Menantu sementara
95
Malu nggak ketulungan
96
Sesuai ekspektasi
97
Kasur lipat
98
Aku lapar
99
Jangan libatkan hati dan perasaan
100
Menginap
101
Kompak
102
Sarapan bertiga
103
Toko perhiasan
104
Es Boba
105
Mencintaimu dalam diam
106
Permintaan Naura
107
Perlakuan Manis
108
Seperti Tersengat
109
Tak Waras
110
Lupa
111
Kecewa
112
Salah paham
113
Ketahuan
114
Sedikit tidak rela
115
Iblis betina
116
Pernyataan mengejutkan
117
Kecewa
118
Kelimpungan
119
Telah Berakhir
120
Kafe
121
Foto Candid
122
Yang suami Amara itu siapa?
123
Hanya batu kali
124
Kejadian di panti asuhan
125
Kehilangan jejak
126
Tangan lembut dan dingin
127
Gue Capek
128
Aturan Baskoro
129
Khawatir
130
Terjebak situasi
131
Merasa terancam
132
Kembali di titik awal
133
Otak nggak ada akhlak
134
Sadar Diri
135
Sok tau
136
Satu Paket
137
Provokasi
138
Aku yang membantumu berdiri, dia yang kau ajak berlari
139
Sandiwara yang nyata
140
Iya, aku suka
141
Bantal guling
142
Bisikan setan
143
Hanya peduli, bukannya ada hati
144
Perpaduan yang sempurna
145
Terima kasih, Ma
146
High heels versus pantofel
147
Panas dingin
148
Perjuangan untuk orang yang istimewa
149
Tolong aku
150
Nggak bisa tidur tanpa lo
151
Mala Rindu
152
Aldo
153
Cuma Modus
154
Mau apa lagi?
155
Kepiting matang
156
Satu permintaan
157
Cemburu?
158
Terlalu pemalu
159
Ketahuan
160
Satu syarat
161
Mau sih, tapi malu
162
Kamu di mana, Sayang?
163
Bercak darah
164
Bocah asing
165
Secercah cahaya
166
Mau aku bantu?
167
Jangan buat aku hancur
168
Aku mencintaimu
169
Sini aku bantu (Bonchap)
170
Seperti dapat berkah (Bonchap)
171
Menyatukan Cinta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!