Nyamuk berhidung belang yang nakal

“Kenapa panas sekali? Apa benar ini musim dingin?”

Yul mengeluh kepanasan selagi mengendarai mobil menuju rumah sakit. Di tengah musim dingin yang berlangsung ini tubuh Yul terasa terbakar. Suhu tubuhnya memanas seperti seseorang ketika memakan ramyeon pedas.

Malam menunjukkan pukul sebelas ketika Yul mendapat telepon dadakan dari Haeri. Telepon itu seolah menyelamatkan Yul dari desakan Yebin yang ingin mendengar pengakuan Yul setelah mereka berciuman dengan mesra di tengah area ski yang sudah mulai tutup.

Telepon itu sangat mendesak karena salah satu anggota keluarga Haeri yang dilarikan ke rumah sakit. Yul, satu-satunya orang yang dapat ditelepon Haeri mau tidak mau harus bergegas ke rumah sakit untuk menemani Haeri yang ibunya jatuh pingsan di kamar mandi. Pria itu tidak memiliki pilihan selain datang sesegera mungkin. Karena ia memegang wasiat ayah Haeri untuk menjaga wanita itu sekaligus ibu dan adiknya.

Berat hati Yul meninggalkan Yebin di area ski. Ia menelepon Hun untuk menjemput Yebin secepat mungkin. Yul tahu tindakannya ini sangat tidak bertanggung jawab. Pergi begitu saja setelah mencium seorang wanita. Ini tindakan pengecut yang mau tidak mau harus Yul lakukan. Yebin memang penting. Tetapi, hubungan Yul dengan keluarga Haeri jauh lebih penting. Mengingat bagaimana ayah mereka berteman dulu.

Sembari berkendara mobil Yul menggosok-gosok lehernya kepanasan. Ciuman yang baru dilakukannya membawa efek jangka panjang yang membuatnya kerepotan seperti ini. Di tengah berjalannya musim dingin, Yul menyalakan AC mobil untuk mengurangi panas tubuhnya.

“Yang benar saja Nona Kang itu. Kenapa dia menciumku tanpa izin?”

Drrtt.

Suara telepon yang bergertar membuat Yul menghentikan rutukan. Ia mendapati telepon dari Hun. Tanpa menunggu lama lagi, Yul pun mengambil hansfree yang tersambung dengan ponselnya lalu menjawab telepon.

“Hun~a, kau sudah pulang bersama Yebin?”

[Sudah. Yebin baru masuk ke rumahnya. Kau di mana Hyeong?] Hun du seberang telepon menyahut.

“Aku sedang menuju rumah sakit. Bibi Lee jatuh pingsan. Kata Haeri ibunya akhir-akhir ini sering kambuh. Aku akan ke sana untuk menemaninya. Sepertinya malam ini aku tidak bisa pulang.”

[Begitukah? Kalau begitu, titipkan salamku untuk Kak Haeri. Katakan padanya aku akan menjenguk Bibi Lee besok.]

“Hm. Juga, pastikan Yebin segera tidur malam ini. Biasanya dia tidak tidur semalaman untuk mengurus Biniemoon,” lanjut Yul berucap. ia teringat Yebin yang malam-malam tidak pernah tidur untuk mengurusi Biniemoon.

[Ya. Aku sekarang akan ke rumahnya. Untuk memastikan Yebin tidur.]

Panggilan telepon kedua kakan beradik itu berakhir kemudian. Yul meneruskan kegiatan mengemudinya sampai tiba di rumah sakit tempat Bibi Lee—ibu Haeri—dirawat.

Setibanya di rumah sakit Yul bergegas turun dari mobil. Ia mengunci mobil. Lalu berjalan masuk ke dalam bangunan rumah sakit yang tidak terlalu ramai pada malam hari. Menuju IGD. Mencari keberadaan Haeri yang tengah duduk merenung di kursi ruang tunggu.

Mendapati keberadaan wanita itu, Yul mempercepat langkahnya. Ia tiba di hadapan Haeri dan segera menceletuk, “Bagaimana keadaan ibumu? Apa ibumu sudah sadar?”

Pandangan Haeri otomatis menaik. Ia berdiri mendapati keberadaan Yul. Sisa air mata di wajah Haeri bahkan belum kering. Ia menangis sepanjang menunggu kedatangan Yul.

“Yul~a.”

Yul meraih kedua bahu Haeri dan kembali mendudukkannya ke atas kursi ruang tunggu. Keadaan ruang tunggu amat sepi pada waktu yang menginjak tengah malam ini. hanya terlihat beberapa penunggu pasien yang ketiduran dan beberapa petugas perawat yang berjaga malam.

“Tidak akan terjadi apa-apa, Haeri~ya. Kau tidak perlu cemas,” kata Yul menenangkan.

Haeri yang tampak bersedih menyeka air mata yang kembali menetes. Wajah pilunya menatap Yul yang memberinya tatapan hangat.

“Aku tidak tahu kenapa semua ini bisa terjadi. Tumor otak ibuku sudah diangkat tiga tahun lalu. Tapi ibu menunjukkan gejala itu lagi. Aku takut tumor itu tumbuh lagi dan mengancam nyawa ibuku.”

Air mata kepedihan kembali berlinangan di wajah cantik Haeri. Yul mengulurkan sapu tangan dan menyerahkannya pada Haeri.

Yul tahu, beban seberat apa yang ditanggung Haeri. Wanita itu kehilangan ayahnya pada hari setelah ibunya menjalani operasi pengangkatan tumor otak. Ayahnya meninggal dengan menyisakan hutang yang cukup besar untuk biaya berobat sang istri yang sakit tumor. Dan Haeri sebagai anak pertama yang menanggung hutang itu. Ia bekerja mati-matian sebagai pengacara untuk melunasi hutang ayahnya sementara adiknya bekerja sebagai pegawai pemerintah yang gajinya tidak banyak. Saat ini hutang itu sudah mau lunas. Tetapi ibu Haeri kembali menunjukkan gejala serupa seperti yang ditunjukkannya beberapa tahun lalu. Haeri yang tak lagi memiliki kekuatan untuk bertahan, benar-benar merasa hancur. di saat-saat seperti ini hanya Yul seorang yang terlintas di benaknya.

Hati Yul yang lemah terhadap wanita, merasa sakit saat melihat Haeri menangis seperti itu. Ia turut merasakan kesedihan yang wanita itu rasakan. Bagi Yul, Haeri itu sudah seperti keluarganya. Jika ada istilah ‘keluarga tak sedarah’ mungkin itu cocok untuk menggambarkan hubungan mereka.

Naluri Yul tergerak untuk memeluk Haeri yang sedang menangisi ibunya. Pria itu merengkuhkan kedua tangannya untuk memeluk tubuh ramping Haeri. Menenangkannya sembari menunggu dokter selesai memeriksa keadaan Bibi Lee yang belum sadar di IGD.

***

Pagi-pagi buta Yul pulang dari rumah sakit. Pria itu bergegas pulang meninggalkan rumah sakit setelah Gojun—yang baru tiba di Seoul setelah dinas di luar kota—datang ke rumah sakit untuk menggantikan tugas Yul. Laki-laki yang tidak begitu menyukai Yul lantaran kedekatan Haeri dengan Yul yang mengganggunya itu, mau tidak mau mengalah dan membiarkan kekasihnya ditemani Yul di rumah sakit karena dirinya yang sedang ada di luar kota untuk urusan pekerjaan.

Pukul empat subuh Yul tiba di rumahnya. Ia memeriksa kamar tidur Hun dan mendapati adiknya yang masih tidur dengan lelap. Karena waktu yang masih subuh itu, Yul yang merasa lelah pun bergegas tidur sejenak untuk mengistirahatkan tubuh. Ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang tidur hingga tanpa disadari waktu telah menunjukkan pukul delapan pagi.

“Hyeong, bangunlah! Yebin mengajak kita sarapan di rumahnya.”

Suara Hun dari ambang pintu membangunan Yul dari tidur paginya yang cukup panjang. Pria itu mengeliat di atas kasur sebelum akhirnya terbangun dan mengerjap malas menahan kantuk.

“Baiklah. Aku akan cuci muka dulu.”

Yul mengiyakan ucapan Hun lalu menguap panjang. ia beranjak dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi untuk membilas wajah. Sementara itu Hun lekas menuju rumah Yebin untuk melakukan sarapan.

Di dapur rumahnya, Yebin tengah menyiapkan sarapan pagi untuknya dan kedua laki-laki depan rumahnya. Sembari memanaskan lauk pauk untuk sarapan, ia melakukan panggilan telepon dengan ibunya yang sedang berada di Incheon.

“Sungguh? Ibu akan pulang besok pagi? Syukurlah. Aku benar-benar merasa kesepian sendirian di rumah. Ajeossi akhir-akhir ini sangat sibuk mengurusi kafe dan Hun Oppa juga sibuk sebagai hakim. Aku tidak memiliki satu pun teman kecuali Somin yang selalu datang ke rumah untuk membantuku mengepak pesanan.”

Ketika masih bercakap-cakap dengan ibunya melalui sambungan telepon, Yebin melihat Hun masuk ke dalam rumahnya.

“Oppa, kau sudah datang. Aku masih memanaskan lauk pauknya,” celetuk Yebin melihat laki-laki manis berkacamata itu melangkah medekat menuju dapur.

“Tidak apa-apa. Aku bisa membantumu bersiap-siap.”

“Kalau begitu, kukutup dulu, Ibu. Nanti kutelepon lagi.”

Panggilan telepon Yebin berakhir setelah itu. Ia melepas hansfree bluetooth yang terpasang di telinga kiri. Menyakui benda panjang berwarna hitam itu ke saku apronnya.

“Ada yang bisa kubantu?”

Hun tiba di dapur untuk membantu Yebin.

“Tolong keluarkan daging dan telur kukus dari microwave, Oppa. Aku akan memanaskan tumisan cumi-cumi kering ini.”

“Baiklah.”

Hun membuka pintu microwave. Mengambil piring di dalamnya menggunakan kaus tangan memasak. Memindahkan daging kukus dan telur kukus yang hangat itu ke atas piring lain. lalu membawanya menuju meja makan. Sembari itu Yebin memanaskan olahan cumi-cumi di atas teflon.

Kedua orang itu sibuk mempersiapkan sarapan. Mereka berkecimpung di dapur selama beberapa waktu sampai Yul datang setelah membersihkan tubuh di pagi yang dingin ini.

Kedatangan Yul membuat Yebin tiba-tiba merasa canggung. Ia beradu pandang sekilas dengan Yul yang berjalan menuju dapur. Tatapan canggung keduanya hanya berlangsung tidak lebih dari tiga detik. Tetapi Yebin merasa seperti ada ledakan di dadanya.

Peristiwa semalam masih terlintas jelas di ingatan Yebin. Tentang dirinya yang menyatakan cinta pada pria itu. Tentang mereka yang berciuman dengan mesra dan bergairah. Juga, tentang Yul yang meninggalkan Yebin pada waktu itu juga untuk menemui Haeri di rumah sakit.

Ingatan itu kini terukir dengan menyakitkan di hati Yebin. Ia kira pria itu tidak akan meninggalkannya demi Haeri setelah ciuman yang terjadi itu. Namun, melihat apa yang terjadi semalam, Yebin merasa dipermainkan. Pangakuan cintanya digantung dengan tidak menyenangkan. Dan ia ditinggalkan begitu saja seperti tidak dibutuhkan. Hati Yebin sangat sakit, seperti dicabik-cabik, menyadari Yul yang meninggalkannya demi wanita bernama Haeri itu.

Dalam sekejap mata raut wajah Yebin berubah sayu. Ia menyelesaikan kegiatan menumisnya. Lalu menyajikan tumisan cumi-cumi ke atas meja makan untuk mereka santap bersama.

Semua makanan untuk sarapan telah tertata di atas meja makan. Hun yang selesai membantu Yebin menyiapkan sarapan, duduk di bangku sebelah Yul. Dan setelah itu, Yebin yang baru melepas apron memasaknya, mendudukkan tubuh tepat berseberangan meja makan dengan Yul yang menampakkan raut wajah tidak dapat ditebak.

“Selamat makan.”

Hun tersenyum ria, seeperti biasanya. Ia mengambil perlatan makannya di hadapan. Lalu memulai kegiatan sarapan tanpa menunggu lama lagi.

“Selamat makan, Hun Oppa.”

Yebin mengucapkan hal itu tepat sebelum Hun menyuap nasinya. Pria itu tersenyum manis kepada Yebin sambil mengangguk-angguk. Kemudian menyuap nasi merahnya diikuti beberapa lauk pauk yang tersaji di atas meja.

Sementara itu Yebin juga memulai kegiatan sarapannya. Ia memulai melahap nasi merahnya menggunakan sumpit. Kemudian memasukkan beberapa lauk ke dalam mulut.

Di sisi lain, Yul mengamati wanita itu makan. Ada perasaan perih yang tersirat di wajah Yul saat memandang wanita itu.

Hanya sekali. Hanya sekali dan tidak lebih dari tiga detik Yul bertatapan dengan Yebin. Setelah itu Yebin seolah menghindari tatapan Yul. Wanita itu menghindari tatapan Yul atau tidak mau memedulikan keberadaan pria itu.

“Selamat makan, Yebin.”

Yul mengucapkan hal itu kepada Yebin yang sudah memulai kegiatan makan. Yebin, yang sebenarnya mendengar kalimat Yul, pura-pura tidak mendengar. Ia meneruskan kegiatan makannya tanpa menggubris Yul yang menatapnya dalam keheningan.

Ketiga manusia yang duduk mengelilingi meja makan itu melakukan kegiatan sarapan mereka selama beberapa saat. Setelah menghabiskan satu mangkuk nasi, Hun mengambil air putih dan meneguknya. Begitu menghabiskan satu gelas air putih itu Hun menyadari suatu hal. Kedua alisnya mengernyit melihat dua plaster luka di leher Yebin.

“Apa lehermu terluka? Kurasa kemarin malam saat kita bermain ski masih baik-baik saja.” Pria itu menceletuk. Yul yang mendengar celetukan adiknya, ikut menaikkan pandangan ke arah Yebin.

Dengan santainya wanita itu menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari makanan.

“Leherku digigit nyamuk.”

“Digigit nyamuk sampai terluka seperti itu?” lanjut Hun.

“Hm. Nyamuknya besar dan berhidung belang. Dia menghabiskan darahku sampai aku merasa mau pingsan.”

“Eh?”

Jawaban Yebin membuat Hun memiringkan kepala. Ia tidak yakin mendengar jawaban aneh Yebin.

Yul yang juga mendengarnya, merasa ada batu kerikil di tenggorokannya. Ia menghela napas panjang-panjang ke dalam perut dan mengembuskannya dengan sangat pelan. Tatapan anehnya masih tertuju pada Yebin yang sibuk memakan nasi.

“Harusnya kau menyalakan aroma terapi untuk mengusir nyamuk. Agar tidurmu tidak terganggu.” Hun berucap beberapa waktu kemudian.

Yebin mengembuskan napas.

“Ya. Lain kali aku akan menghabisi nyamuk kurang ajar itu dengan penyengat listrik.”

Tenggorokan Yul gatal sampai-sampai terbatuk. Ia nyaris tersedak karena ucpaan Yebin.

“Air.”

Yul yang terbatuk-batuk itu membutuhkan air. Hun di sebelahnya segera menyerahkan gelas berisi air kepada kakaknya yang tiba-tiba tersedak. Yul pun meminum air minum dan meredakan tenggorokannya yang tersandung kerikil. Lalu melahap suapan nasi terakhir dengan perasaan tidak menyenangkan di dalam benak.

“Semuanya sudah selesai? Aku akan mencuci piringnya.”

Yebin beranjak dari duduk setelah menyelesaikan kegiatan sarapan. Ia memberesi perlatan makan di atas meja makan dan beberapa lauk pauk yang tersisa sedikit. Membawa benda-benda itu menuju wastafel daput untuk kemudian dicuci.

“Kalau begitu aku yang mengepel lantai.”

Hun ikut beranjak dari duduk. Ia mencari perlatan mengepel dan lap meja untuk membersihkan lantai dan meja makan rumah Yebin.

Melihat kedua manusia yang mulai melakukan pekerjaan rumah itu Yul pun beranjak dari duduk. Ia berjalan menuju dapur untuk membantu Yebin mencuci piring.

Baru kali ini Yul jadi pendiam. Biasanya, ia lebih banyak bicara dibanding adiknya.

Yul yang tiba di dapur segera memakai celemek dapur. Berdiri di sebelah Yebin sambil memakai sarung tangan karet untuk bersiap-siap mencuci piring.

“Aku bisa mencucinya sendirian. Lagi pula ini tidak banyak,” cetus Yebin mendapati Yul yang berdiri di sebelah.

“Cucian tidak banyak bukan berarti aku tidak bisa membantu.”

Tidak memedulikan Yebin yang tidak menginginkan bantuannya, Yul memulai kegiatan mencuci piring. Ia mengambil spons cuci piring dan meremasnya menggunakan sabun cair khusus. Mulai mencuci perlatan-perlatan dapur yang kotor itu.

“Kapan ibumu pulang?” tanya Yul memecahkan kecanggungan yang membekukan perasaannya ini.

“Besok.”

Jawaban yang terdengar dingin itu terlontar dari mulut Yebin yang seolah-olah tidak ingin diganggu. Bukannya tidak ingin diganggu. Hanya saja wanita itu sedang tidak dalam keadaan hati yang baik untuk menanggapi Yul yang menyakiti perasaannya begitu dalam.

“Semalam, kau tidur nyenyak?”

“Tentu saja.”

Tanpa dirasakan, napas Yul berembus panjang mendengar jawaban dingin Yebin. Pria itu memutuskan untuk diam setelah mendapati Yebin yang benar-benar tidak mau berbicara dengannya.

Suasana sangat hening, seperti kuburan, ketika Yul memutuskan untuk tidak mengusik Yebin. Ia memfokuskan kedua tangannya untuk mencuci perlatan makan di wastafel. Kemudian membilas benda-benda itu menggunakan air bersih dan mengeringkannya menggunakan lap kering. Yul yang mengeringkan perlatan makan sementara Yebin sibuk membilas sabun.

Dari arah meja makan, Hun telah menyelesaikan kegiatan mengepelnya.

“Ada lagi yang perlu kubersihkan?” celetuk Hun setelah selesai mengelap meja makan.

Yebin yang telah selesai membilas, melepaskan sarung tangan karet dari kedua tangannya. Ia menoleh pada Hun dan menjawab, “Tidak ada. Terima kasih sudah membantu, Hun Oppa.”

“Sama-sama.”

Dengan senyum meriah Hun melangkah pergi meninggalkan rumah Yebin. Ia teringat, jubah hakimnya yang kotor perlu segera dibawa ke tempat loundry untuk besok dipakainya bekerja. Hun yang perutnya kenyang, hendak menuju tempat loundry yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah.

Di dapur, Yul selesai mengeringkan peralatan makan. Ia juga telah menata semua benda yang terbuat dari titanium dan keramik itu ke atas rak dengan rapi.

Melihat Yul menyelesaikan kegiatannya, Yebin mengerlingkan kepala.

“Terima kasih sudah membantu.”

“Kang Yebin,” panggil Yul yang mendapati Yebin hendak berbalik setelah mengucapkan terima kasih. Ia menarik pergelangan tangan Yebin dan membuat wanita itu menolehkan tubuh menghadapnya.

Akhirnya, Yul kembali bertatapan dengan Yebin setelah wanita itu menghindari matanya. Yul yang merasakan suatu perasaan sesak di dada melihat sikap Yebin seperti ini, bergeming dalam waktu lama.

“Lepaskan tanganku.”

“Ayo kita bicara.”

Yul kukuh menggenggam pergelangan tangan Yebin dan tidak mau melepaskannya. Membuat Yebin mengembuskan napas panjang-panjang, merasa tidak dapat menolak.

***

Terpopuler

Comments

Nanik

Nanik

emm.....

2019-09-05

0

👑🌠Felisa Amirul👑 🌌👰💋🐰🕊🌻❄🎆

👑🌠Felisa Amirul👑 🌌👰💋🐰🕊🌻❄🎆

lagi

2019-07-18

4

lihat semua
Episodes
1 PROLOG (revised)
2 Kekacauan yang menyebalkan!
3 Tatangga baruku? Sial!
4 Pria itu sok baik, tapi dia tampan
5 Pria yang lemah terhadap perempuan
6 Wanita ketus dan 'ajeossi' penurut
7 Jantung yang berdebar-debar. Itu gawat!
8 Nona Kang yang payah memilih cowok
9 Dasar pria kurang ajar!
10 Saingan yang bukan seperti saingan
11 Cemburu yang tidak enak
12 Ajeossi yang malang sekali
13 Pria tersipu wajahnya menggemaskan
14 Adikku yang tampan
15 Perasaan yang tidak enak
16 Hal yang tidak diinginkan
17 Cinta yang tak dapat ditoleransi
18 Balasan ciuman yang manis
19 Nyamuk berhidung belang yang nakal
20 Semua tentang waktu dan kepastian
21 Bibir merah yang menggoda
22 Nona Kang yang suka diperhatikan
23 Perasaan yang seperti lukisan abstrak
24 Jauh dari ekspektasi
25 Malam terakhir, matahari terbit keesokannya
26 Cinta lain bersemi
27 Semua tak baik-baik saja
28 Persaingan yang sehat
29 Pernyataan cinta yang tertunda
30 Cinta atau balas budi
31 Akhir atau sebuah awal
32 The End
33 Cinta Hun yang [berawal] berakhir
34 Pengumuman Season 2
35 Yebin ku hamil?
36 Hal yang mendesak!
37 Kakak yang paling baik
38 Yebin si ahli menusukㅋㅋ
39 Membangu Kepercayaan
40 Penyamaran Bodoh Kang Yebin
41 Diam Bukanlah Kang Yebin
42 Kang Yebin Tidak Pernah Bisa Diam
43 Arti Sebuah Ciuman
44 Menjelang Pernikahan
45 Kekuatan Kang Yebin
46 Menjelang Pernikahan 2
47 Amanat Untuk Yul
48 Hari Pernikahan!
49 Kehidupan Pernikahan
50 Kesabaran Suami Sedang Diuji
51 Awal Kecemburuan Istri
52 Kubunuh kau, wanita penggoda!
53 Hukuman Kecemburuan
54 Kecemburuan sang istri
55 Kemarahan Terbesar Yul
56 Kamu Menyesal?
57 Permohonan Maaf Yebin
58 Awam Baru Menjadi Istri yang Baik
59 Menjadi Istri yang Pintar dan Mandiri
60 Kehamilan Pertama
61 Adegan mesra yang mana?
62 Cinta Hun yang Membara
63 Diam-Diam menghanyutkan
64 Kemarahan Sang Kakak
65 Yebin Yang Bijaksana
66 Cinta dan Pengorbanan
67 Perjuangan Seorang Ibu
68 Kabar Buruk
69 Ketegaran Kang Yebin
70 Berusaha Bangkit
71 Bulan Madu
72 Bulan Madu 2
73 Kota Havana yang penuh gairah
74 Akhir dari Bulan Madu
75 Awal baru Kang Yebin
76 Alasan Ketidaksukaan Yebin
77 Niat Busuk
78 Hadiah tak terduga
79 Dilema yang berat
80 Pertemuan Mendadak
81 Keputusan Ambang
82 Predator
83 Kemunculan orang mencurigakan
84 Masakan terburuk istri yang cantik
85 Serangan menohok
86 Bunga sakura yang menawan
87 Perpisahan Sejenak
88 Bos yang galak
89 Pengakuan cinta terlarang
90 Puncak kerinduan
91 Awal sebuah tragedi
92 Perasaan bersalah
93 Kemarahan Predator
94 Memupuk kepercayaan
95 Tipu muslihat iblis
96 Pertemuan Yul Junior
97 YUL, suami yang perhatian
98 Jurus bertahan Kang Yebin
99 Sosok misterius
100 Apa itu Kebahagiaan
101 Keinginan membeli pulau!
102 Istri yang merajuk
103 Niat busuk terungkap
104 Terbangun dari koma
105 Serangan Kang Yebin
106 Kedatangan Yul junior
107 Anggota Keluarga Baru
108 Menjadi Zombie
109 Penyesalan....
110 Hari baru Moon Hanyul
111 Rencana Pernikahan Mendadak
112 Kegeraman Yul
113 Menuju Pulau
114 Perasaan Tak Terdeskripsikan
115 Cerita di Tengah Lautan
116 Menangis dalam hati
117 Ancaman Kelabu
118 Hari Pernikahan Hun
119 Momen Pernikahan yang Semu
120 Puncak Perselisihan
121 The Last Story
122 EPILOG
123 WELCOME TO LOVE YOU LATER SERIES 2
124 Prolog
125 Pertemuan awal
126 Hadiah Ulang Tahun
127 Hubungan Abstrak
128 Ajeossi penolong yang murung
129 Don't Leave Me!
130 My First Kiss
131 Begitu kesepakatan dibuat!
132 Perasaan Misterius Brian
133 Perasaan cemburu atau ...
134 Awal munculnya rasa kagum ^^
135 Munculnya sesosok wanita misterius
136 Bukan salah keadaan,hanya saja takdir tidak mendukung
137 Hati yang dingin membutuhkan kehangatan
138 Jatuh cinta adalah rasa takut tersendiri
139 Perasaan dibutuhkan itu sangat indah
140 ‘Izinkan aku melakukannya sekali lagi, dengan perasaan’
141 Sikap tidak masuk akal pertanda rasa sayang
142 Saatnya mengubur kenangan masa lalu
143 Kisah dua manusia melawan perasaan yang padam
144 Obat penenang yang paling mujarab
145 Sebuah kebenaran yang tidak terduga
146 Bangunkan aku di pagi hari!
147 Kim Lysa; gadis yang tidak terduga
148 Persiapan sebelum bermain
149 Jangan memanggilku Ajeossi lagi!
150 Waktu yang tak dapat diputar
151 Niat hati berkencan, apadaya hati tak sampai
152 Pengakuan cinta di saat yang tidak tepat
153 Terbelahnya langit saturnus
154 Melodi yang berputar di tengah badai halilintar
155 Tidak ada cinta, tidak ada patah hati
156 Keputusan yang telah bulat
157 Jarak dan keadaan yang tidak dapat berkompromi
158 Perasaan yang tidak baik baik saja
159 Harapan palsu untuk meminimalisir luka batin
160 Pertemuan yang dramastis
161 Kim Lysa yang kehilangan akal sehat
162 Kenangan indah di titik nol kilometer Yogyakarta
163 Han Mino si laki laki Bucin (budak cinta)!
164 Pecahan tangis yang telah terbendung lama
165 Pesaing terbesar dalam hidup Mino
166 Kedatangan musuh yang tidak terduga
167 Mino adalah kekasih Lysa, dan Brian adalah kakak lelakinya!
168 Jawaban yang tidak terduga Lysa yang mendatangkan bahaya
169 Kemarahan terbesar Kim Lysa
170 Kekacauan yang sudah terduga
171 Gadis di ambang kehancuran
172 Kim Lysa yang egois dan bodoh
173 Pertemuan tragis sepasang manusia
174 Tangisan bahagia seorang gadis yang sering terluka
175 Awal tinggal bersama yang manis
176 Kerinduan yang tidak berujung
177 Kemunuclan tidak terduga Brian Alvendo
178 Bersama menjadi lebih kuat
179 Pertemuan yang tidak menyenangkan
180 Bukan salah siapa siapa
181 Makanan harimau yang lapar
182 Kedatangan musuh besar untuk bertarung
183 Nyanyian merdu kekasih yang tampan
184 Rencana serangan hukum
185 Tamu tamu tidak terduga yang datang
186 Kegaduhan
187 Akhir Cerita
Episodes

Updated 187 Episodes

1
PROLOG (revised)
2
Kekacauan yang menyebalkan!
3
Tatangga baruku? Sial!
4
Pria itu sok baik, tapi dia tampan
5
Pria yang lemah terhadap perempuan
6
Wanita ketus dan 'ajeossi' penurut
7
Jantung yang berdebar-debar. Itu gawat!
8
Nona Kang yang payah memilih cowok
9
Dasar pria kurang ajar!
10
Saingan yang bukan seperti saingan
11
Cemburu yang tidak enak
12
Ajeossi yang malang sekali
13
Pria tersipu wajahnya menggemaskan
14
Adikku yang tampan
15
Perasaan yang tidak enak
16
Hal yang tidak diinginkan
17
Cinta yang tak dapat ditoleransi
18
Balasan ciuman yang manis
19
Nyamuk berhidung belang yang nakal
20
Semua tentang waktu dan kepastian
21
Bibir merah yang menggoda
22
Nona Kang yang suka diperhatikan
23
Perasaan yang seperti lukisan abstrak
24
Jauh dari ekspektasi
25
Malam terakhir, matahari terbit keesokannya
26
Cinta lain bersemi
27
Semua tak baik-baik saja
28
Persaingan yang sehat
29
Pernyataan cinta yang tertunda
30
Cinta atau balas budi
31
Akhir atau sebuah awal
32
The End
33
Cinta Hun yang [berawal] berakhir
34
Pengumuman Season 2
35
Yebin ku hamil?
36
Hal yang mendesak!
37
Kakak yang paling baik
38
Yebin si ahli menusukㅋㅋ
39
Membangu Kepercayaan
40
Penyamaran Bodoh Kang Yebin
41
Diam Bukanlah Kang Yebin
42
Kang Yebin Tidak Pernah Bisa Diam
43
Arti Sebuah Ciuman
44
Menjelang Pernikahan
45
Kekuatan Kang Yebin
46
Menjelang Pernikahan 2
47
Amanat Untuk Yul
48
Hari Pernikahan!
49
Kehidupan Pernikahan
50
Kesabaran Suami Sedang Diuji
51
Awal Kecemburuan Istri
52
Kubunuh kau, wanita penggoda!
53
Hukuman Kecemburuan
54
Kecemburuan sang istri
55
Kemarahan Terbesar Yul
56
Kamu Menyesal?
57
Permohonan Maaf Yebin
58
Awam Baru Menjadi Istri yang Baik
59
Menjadi Istri yang Pintar dan Mandiri
60
Kehamilan Pertama
61
Adegan mesra yang mana?
62
Cinta Hun yang Membara
63
Diam-Diam menghanyutkan
64
Kemarahan Sang Kakak
65
Yebin Yang Bijaksana
66
Cinta dan Pengorbanan
67
Perjuangan Seorang Ibu
68
Kabar Buruk
69
Ketegaran Kang Yebin
70
Berusaha Bangkit
71
Bulan Madu
72
Bulan Madu 2
73
Kota Havana yang penuh gairah
74
Akhir dari Bulan Madu
75
Awal baru Kang Yebin
76
Alasan Ketidaksukaan Yebin
77
Niat Busuk
78
Hadiah tak terduga
79
Dilema yang berat
80
Pertemuan Mendadak
81
Keputusan Ambang
82
Predator
83
Kemunculan orang mencurigakan
84
Masakan terburuk istri yang cantik
85
Serangan menohok
86
Bunga sakura yang menawan
87
Perpisahan Sejenak
88
Bos yang galak
89
Pengakuan cinta terlarang
90
Puncak kerinduan
91
Awal sebuah tragedi
92
Perasaan bersalah
93
Kemarahan Predator
94
Memupuk kepercayaan
95
Tipu muslihat iblis
96
Pertemuan Yul Junior
97
YUL, suami yang perhatian
98
Jurus bertahan Kang Yebin
99
Sosok misterius
100
Apa itu Kebahagiaan
101
Keinginan membeli pulau!
102
Istri yang merajuk
103
Niat busuk terungkap
104
Terbangun dari koma
105
Serangan Kang Yebin
106
Kedatangan Yul junior
107
Anggota Keluarga Baru
108
Menjadi Zombie
109
Penyesalan....
110
Hari baru Moon Hanyul
111
Rencana Pernikahan Mendadak
112
Kegeraman Yul
113
Menuju Pulau
114
Perasaan Tak Terdeskripsikan
115
Cerita di Tengah Lautan
116
Menangis dalam hati
117
Ancaman Kelabu
118
Hari Pernikahan Hun
119
Momen Pernikahan yang Semu
120
Puncak Perselisihan
121
The Last Story
122
EPILOG
123
WELCOME TO LOVE YOU LATER SERIES 2
124
Prolog
125
Pertemuan awal
126
Hadiah Ulang Tahun
127
Hubungan Abstrak
128
Ajeossi penolong yang murung
129
Don't Leave Me!
130
My First Kiss
131
Begitu kesepakatan dibuat!
132
Perasaan Misterius Brian
133
Perasaan cemburu atau ...
134
Awal munculnya rasa kagum ^^
135
Munculnya sesosok wanita misterius
136
Bukan salah keadaan,hanya saja takdir tidak mendukung
137
Hati yang dingin membutuhkan kehangatan
138
Jatuh cinta adalah rasa takut tersendiri
139
Perasaan dibutuhkan itu sangat indah
140
‘Izinkan aku melakukannya sekali lagi, dengan perasaan’
141
Sikap tidak masuk akal pertanda rasa sayang
142
Saatnya mengubur kenangan masa lalu
143
Kisah dua manusia melawan perasaan yang padam
144
Obat penenang yang paling mujarab
145
Sebuah kebenaran yang tidak terduga
146
Bangunkan aku di pagi hari!
147
Kim Lysa; gadis yang tidak terduga
148
Persiapan sebelum bermain
149
Jangan memanggilku Ajeossi lagi!
150
Waktu yang tak dapat diputar
151
Niat hati berkencan, apadaya hati tak sampai
152
Pengakuan cinta di saat yang tidak tepat
153
Terbelahnya langit saturnus
154
Melodi yang berputar di tengah badai halilintar
155
Tidak ada cinta, tidak ada patah hati
156
Keputusan yang telah bulat
157
Jarak dan keadaan yang tidak dapat berkompromi
158
Perasaan yang tidak baik baik saja
159
Harapan palsu untuk meminimalisir luka batin
160
Pertemuan yang dramastis
161
Kim Lysa yang kehilangan akal sehat
162
Kenangan indah di titik nol kilometer Yogyakarta
163
Han Mino si laki laki Bucin (budak cinta)!
164
Pecahan tangis yang telah terbendung lama
165
Pesaing terbesar dalam hidup Mino
166
Kedatangan musuh yang tidak terduga
167
Mino adalah kekasih Lysa, dan Brian adalah kakak lelakinya!
168
Jawaban yang tidak terduga Lysa yang mendatangkan bahaya
169
Kemarahan terbesar Kim Lysa
170
Kekacauan yang sudah terduga
171
Gadis di ambang kehancuran
172
Kim Lysa yang egois dan bodoh
173
Pertemuan tragis sepasang manusia
174
Tangisan bahagia seorang gadis yang sering terluka
175
Awal tinggal bersama yang manis
176
Kerinduan yang tidak berujung
177
Kemunuclan tidak terduga Brian Alvendo
178
Bersama menjadi lebih kuat
179
Pertemuan yang tidak menyenangkan
180
Bukan salah siapa siapa
181
Makanan harimau yang lapar
182
Kedatangan musuh besar untuk bertarung
183
Nyanyian merdu kekasih yang tampan
184
Rencana serangan hukum
185
Tamu tamu tidak terduga yang datang
186
Kegaduhan
187
Akhir Cerita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!