Cahaya remang mengisi seluruh ruang tempat Yebin berada pada malam yang telah larut ini. Di dalam kamar tidurnya seorang diri, wanita itu duduk menghadap layar komputer. Mengedit foto hasil pemotretan siang tadi menggunakan aplikasi photoshop yang terinstal di komputer.
Yebin memilih beberapa foto Yul yang memakai pakaian serupa. Diantanya banyaknya jepretan yang diambilnya, Yebin memilih salah satu foto Yul yang memakai atasan kemeja kasual putih dengan pose berdiri menggunakan kaki menyilang yang menurutnya paling bagus. Memilih foto tersebut untuk dieditnya menggunakan photoshop sebelum diunggah di portal Biniemoon.
“Wah, Ajeossi ini benar-benar tampan. Apa karena kameranya? Atau karena pencahayaan ruangnya yang bagus? Aku tidak tahu kalau dia bisa setampan ini.” Yebin menggumam-gumam memandangi Yul yang karismatik di dalam foto itu. Ia merasa Yul sangat tampan di foto itu meski pada kenyataannya pria tersebut memang memiliki wajah tampan. Hanya saja Yebin tidak menyadarinya.
Dari segala sudut Yul terlihat menawan. Kontur wajah yang tegas. Alis mata yang tebal. Hidung yang mancung dan proporsional. Mata yang sipit dan tatapan yang karismatik. Siapa pun yang melihat foto hasil jepretan ini pasti mengira kalau Yul adalah seorang model profesional. Yebin merasa sosok yang dilihatnya saat ini bukanlah Yul yang selama ini dikenalnya. Yebin merasa sangat asing namun juga terpesona pada sosok laki-laki yang tengah menatapnya legas melalui layar komputer di hadapan itu.
“Apa Ajeossi memang setampan ini? Kenapa aku selama ini tidak menyadari kalau memiliki tetangga sekelas model?” Yebin lanjut menggumam-gumam tidak jelas sembari memandangi wajah memesona Yul. Samar-samar ia mengingat wajah Yul yang siang tadi ditatapnya dari dekat sebelum pemotretan.
“Baikah. Kuakui kalau Ajeossi memang tampan. Tapi, memangnya kenapa? Aku kan sudah memiliki Kak Minho.”
Yebin yang terpesona pada Yul mendadak merasa bersalah kepada Minho yang merupakan kekasihnya. Beberapa hari lalu Yebin mulai berkencan dengan Minho yang ditaksirnya dua bulan terakhir. Keduanya memutuskan berkencan setelah Minho mengutarakan perasaannya kepada Yebin enam hari yang lalu.
Dirinya yang terpesona pada Yul itu membawa perasaan tidak nyaman dalam benak. Yebin menggeleng-geleng kecil menghilangkan perasaannya yang bedebar-debar tidak jelas karena tatapan karismatik Yul yang merasuki jiwanya.
“Sadarlah, Kang Yebin! Kau sudah memiliki Kak Minho. Untuk apa terpesona pada ajeossi ini?”
Yebin menampar pelan kedua pipinya yang tersipu karena Yul. Ia menjernihkan otaknya dan memutuskan untuk fokus mengedit foto Yul. Lalu segera mengunggahnya di Biniemoon agar besok pagi ia bisa istirahat tanpa merasa terbebani karena pekerjaannya yang belum selesai.
Di tempat lain yang berseberangan dengan rumah Yebin. Yul sedang duduk menghadap kanvas berukuran besar yang berdiri di hadapan. Tangannya memegangi kuas lukis yang pegangannya terbuat dari kayu jati. Beregrak-gerak ringan membentuk lekukan wajah seorang gadis di atas kanvas putih yang terdapat beberapa coretan cat minyak.
Angin pada malam pertengahan musim gugur berembus pelan ke arah balkon lantau tiga. Menerpa wajah rupawan Yul yang sedang berkonsentrasi. Di bawah pencahayaan temaram balkon lantai tiga rumahnya, Yul menggambar. Kunang-kunang yang ekornya menyala kuning beterbangan mengelilingi Yul. Menjadi teman Yul di malam musim gugur yang sunyi ini.
Lagu khas musim gugur syahdu yang menemani Yul pada malamnya yang sunyi ini mengalun pelan melalui headset yang menyumbat kedua telinga. Suara pelan dan lembut dari penyanyi pria dalam lagu yang berputar itu mengisi relung jiwa Yul yang sedang memoles wajah seorang gadis cantik di atas kanvas.
Amuri saenggakhaedo nan neoreul
(Tidak peduli bagaimana aku memikirkanmu)
Ijeundeut nun gamado nan neoreul
(Bahkan jika mataku terpejam seolah aku telah melupakanmu)
Anindeut doraseodo nan neoreul
(Meskipun aku berbalik)
Jogeuman solchik-haedo na neoreul
(Jika saja aku sedikit lebih jujur padamu)
Geurohke apahadorok neoreul
(Sangat menyakitkan untukmu)
Geurohke bwarabodorok, seul-seulhan nuneruro daman
(Sampai aku melihatmu dengan tatapanku yang kesepian ini)
Hati Yul larut dalam lagu khas musim gugur yang mengalun di telinganya. Selama bertahun-tahun lamanya, sejak pria itu masih berada di bangku kuliah, lagu yang dinyanyikan oleh Sweet Sorrow berjudul No Matter How I Think About it itu yang menjadi teman Yul menghabiskan malam musim gugurnya. Lagu yang didengar Yul sebanyak puluhan, bahkan ratusan kali sepanjang perjalanannya itu yang menjadi teman Yul dalam menciptakan lukisan-lukisan yang dibuatnya di malam musim gugur.
Yul mengambil warna coklat tua di atas palet. Mencampur cat itu dengan beberapa warna lain di atas palet. Kemudian memoleskan kuasnya ke atas kanvas. Membentuk rambut lurus seorang wanita cantik yang tersenyum lebar menggunakan mata beningnya yang menyipit.
Waktu terus bergulir ketika Yul larut dalam lukisan yang dibuatnya. Hingga tanpa disadari waktu telah beranjak semakin malam. Kunang-kunang yang tadi terbang di sekelilingnya telah pergi ke tempat lain. Lagu yang berputar di telinga Yul pun beberapa kali telah berganti.
Selesai melukis wajah cantik wanita itu, Yul melakukan polesan terakhir di sudut bawah lukisan. Ia menandatangani lukisan itu menggunakan cat minyak berwarna hitam. Memberinya inisial ‘MY’ di bawah tanda tangannya tertera.
Napas lega berembus dari rongga hidung Yul. Ia tersenyum simpul menatap wajah Yebin yang tersenyum dalam lukisan itu.
Sesaat kemudian kepala Yul memiring. “Apa aku membuatnya terlalu cantik di lukisan ini?” gumamnya pelan. Keningnya mengernyit. Menimbang apakah ia membuat wajah Yebin terlalu cantik dalam lukisan tersebut. “Tidak apa-apa. Toh ini untuk hadiah ulang tahunnya. Membuat wajahnya lebih cantik juga sebagai hadiah.”
Yul menggumam menyimpulkan. Kemudian mengakhiri kegiatan melukisnya. Lukisan wajah Yebin yang dibuatnya itu merupakan hadiah ulang tahun Yul untuk Yebin. Pria itu mendengar dari Miyoon kalau sebentar lagi Yebin berulang tahun. Tepatnya pada tanggal sebelas Oktober.
Setelah menyelesaikan lukisannya, Yul melepaskan dua cabang headset yang menyumbat telinga. Beranjak dari duduk. Ia mengambil bongkahan kapas di atas meja balkon. Membasahi kapas tersebut menggunakan cairan mineral untuk membersihkan sisa-sisa cat minyak di kuku dan jari tangan. Sembari itu Yul beranjak bangkit dari duduk. Menghadap ke arah luar. Mendapati suasana perumahan yang telah menggelap. Di hadapannya, lampu rumah Yebin yang sampai beberapa saat lalu menyala, kini telah padam. Yul menebarkan pandangan ke sekeliling selagi menggosok-gosok cat di jari tangannya menggunakan kapas basah.
Kepala Yul menengok arloji bundar yang melingkar di pergelangan tangan. Ia tersentak melihat waktu yang menunjukkan pukul dua dini hari.
“Sudah jam dua. Aku menghabiskan waktu terlalu banyak untuk melukis.”
Tepat ketika Yul selesai menggumam, remang-remang ia melihat seorang wanita bediri di kegelapan. Yebin yang baru menyelesaikan pekerjaannya, berjalan keluar ke balkon lantai dua. Berdiri seorang diri di balkon sambil melakukan peregangan otot. Di bawah cahaya temaram balkon itu, Yul melihat Yebin yang belum beranjak tidur pada waktu yang sudah sangat larut ini.
“Apa-apaan itu? Kenapa dia belum tidur jam segini?” rutuk Yul pelan melihat Yebin yang melakukan peregangan ala kadarnya di balkon.
Beberapa detik kemudian Yebin menyadari keberadaan Yul di seberang rumah. Wanita itu melambai-lambaikan tangannya ke atas menyapa Yul yang terlihat baru selesai melukis.
“Apa yang kau lakukan?” Yul bertanya walau ia tahu Yebin tak dapat mendengarnya dari kejauhan. Sambil menghadap Yebin, Yul berbicara menggunakan isyarat tubuh. Seolah sedang berkata “Cepatlah tidur,” kepada Yebin di seberang rumah.
Di balkon depan kamarnya, Yebin menanggapi Yul dengan isyarat serupa. Ia menangkupkan kedua telapak tangan. Memiringkan kepala dengan tangannya yang tertangkup di samping pipi. Seolah sedang berkata “Ajeossi juga cepatlah tidur!” kepada Yul.
Seketika itu kepala Yul mengangguk. Tidak lama kemudian Yebin pergi meninggalkan balkon. Menutup pintu balkon. Mematikan lampu kamar tidur lalu beranjak tidur malam. Yul yang melihat kamar Yebin telah padam, mengembuskan napas panjang.
“Apa yang dia lakukan sampai tidur malam sekali?”
Selesai menggumam-gumam Yul pun segera memberesi peralatan melukisnya. Memasukkan semua peralatan melukis itu ke dalam rumah. Menutup pintu balkon dan mematikan lampunya. Yul membiarkan lukisan yang masih basah itu kering dengan sendirinya. Sementara dirinya sendiri beranjak tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah lelah dan mengantuk.
Kedua manusia yang sama-sama melembur itu terlelap dalam waktu hampir bersamaan. Angin musim gugur yang berembus semakin dingin. Ekor kunang-kunang yang berkelap-kelip terbang ria memberi titik-titik cahaya kuning di langit yang hitam. Aroma dedaunan kering khas musim gugur yang berjatuhan pun menjadi teman menghabiskan malam musim gugur yang sepi. Yebin dan Yul terlelap dalam tidur yang dalam dan menyenyakkan. Terlelap semakin dalam dan meredam ingatan yang tercipta hari ini menjadi kenangan.
Tidak dapat dimungkiri bahwa hari ini adalah hari yang panjang untuk mereka berdua lalui. Hari yang mungkin hanya hadir satu kali dalam hidup Yul menjadi model untuk Yebin. Serta, hari yang melelahkan dan cukup menguras hati Yebin yang terus bedebar-debar karena terus mendapat sorotan mata karismatik Yul. Membuat Yebin yang harusnya cukup berkonsentrasi mengedit hasil potretan Yul, terus berdebar-debar sampai-sampai merasa berdosa kepada Minho yang telah menjadi kekasihnya. Harusnya Yebin bisa mengendalikan jantung lantaran dirinya yang telah memiliki kekasih. Sayangnya, Yul yang karismatik lebih dari sekadar kuat untuk tidak membuat siapa pun jatuh hati. Bahkan Yebin, wanita ketus yang di awal tidak begitu menyukainya.
Anehnya, semakin menatap Yul, semakin perasaan Yebin bergetar. Membuatnya melupakan satu hal. Bahwa pria itu tidak lebih dari tetangga depan rumah yang akhir-akhir ini sering menghabiskan waktu bersamanya dan yang sangat disukai ibunya. Benar. Hanya sebatas tetangga depan rumah yang baik hati dan selalu memperlakukan Yebin dengan baik layaknya seorang laki-laki dewasa yang hangat dan bertanggung jawab.
***
“Iya, Kak Minho. Aku sudah bersiap. Tidak. Kau tidak perlu cepat-cepat. Aku akan menunggumu di halte.”
Yebin melangsungkan panggilan telepon dengan Minho yang mengajaknya berkencan pada sore akhir pekan ini. Wanita tersebut sedang melangkah keluar dari gerbang rumah. Ia telah berdandan cantik dengan memakai dress selurut warna maroon.
Panggilan Yebin dengan Minho berakhir kemudian. Dari arah utara, mobil hitam yang dikendarai Yul melaju mendekat. Pria yang baru pulang setelah mengurusi pembangunan cabang kafe Mapo itu menurunkan kaca jendela mobil. Menceletuk kepada Yebin yang pukul lima sore ini baru mau keluar.
“Nona Kang, mau ke mana kau sore-sore begini?” tanya Yul dari dalam mobilnya.
“Orang muda yang punya pasangan tentu akan menghabiskan akhir pekan dengan berkencan. Ajeossi yang jomblo mana tahu?” Yebin berkelakar. Ia menjulurkan lidahnya kepada Yul yang lama melajang.
Yul mengembuskan napas heran. “Yang benar saja kau itu. Memang apa salahnya jomblo? Secara finansial aku lebih unggul dari laki-laki muda yang berkencan.”
Perkataan Yul yang tidak salah dan masuk akal itu membuat Yebin tak dapat menyergahnya. Ia tidak dapat menyangkal kalau tetangga depan rumahnya itu memang lebih unggul pada finansialnya dibanding Minho, kekasih Yebin yang masih berstatus mahasiswa tingkat akhir dan belum memiliki penghasilan. Dari semua hal Yul memang lebih unggul dari Minho. Yul lebih mapan dengan Moonlight Coffe dan semua cabang yang dikelolanya. Juga lebih matang secara pribadi dan emosional mengingat usia Yul yang telah berkepala tiga. Namun semuanya sudah terlambat. Yebin yang telah memiliki Minho, merasa tidak perlu membanding-bandingkan kedua laki-laki itu seperti anak remaja yang masih labil. Yebin mencintai Minho. Oleh sebab itu ia bersedia berkencan dengan Minho, seniornya.
“Terserahlah. Aku akan berkencan. Ajeossi nikmati saja waktu sendirianmu bersama kuas lukis dan palet.”
Selesai melontarkan kalimat itu Yebin berlalu pergi meninggalkan Yul di dalam mobil. Wanita itu berjalan semampai di pinggir jalan menuju halte bus. Sementara Yul yang masih berada di dalam mobil mulai mencemas. Wajah pria itu terlihat panik memikirkan Yebin.
“Aku harus memberitahunya. Tapi bagaimana? Nona Kang terlanjur jatuh hati pada bocah tengik itu.”
Yul yang sedang panik menggumam sambil melirik kaca spion mobil. Melihat punggung Yebin yang semakin jauh.
Sejak mendengar bahwa Yebin berkencan dengan laki-laki bernama Minho itu, Yul selalu merasa cemas. Ia mengingat dengan baik siapa itu Han Minho, lak-laki playboy yang mengencani banyak wanita untuk menguras uang dari wanita yang dikencaninya. Yul yang enam bulan lalu memberi pelajaran pada Minho yang mengencani adik perempuan Haeri, merasa benar-benar khawatir. Ia cemas jika kejadian serupa pada Heejin—adik perempuan Haeri yang berumur dua puluh lima tahun—terjadi pada Yebin.
Dari awal Yul ingin memberi tahu Yebin tentang siapa Minho. Namun, dengan sikap Yebin yang seperti itu, seratus persen Yul yakin wanita itu tidak akan memercayainya. Sudah pasti Yebin yang sedang kasmaran akan lebih memercayai Minho daripada Yul yang belum lama ini menjadi tetangganya. Apalagi dengan sikap keras kepalanya itu, Yebin tidak akan percaya kata-kata Yul dan beranggapan kalau pria itu hanya ingin menghalangi perasaannya.
“Tau ah. Nona Kang bukan anak kecil. Dia pasti tahu mana laki-laki yang baik mana laki-laki yang buruk.”
Yul melinsankan tubuhnya untuk tidak mencemaskan Yebin. Ia melajukan kembali mobilnya memasuki gerbang rumah. Tetapi Yul menyadari sudut hati terdalamnya masih mencemaskan Yebin. Pria itu berusaha untuk tidak peduli meski perasaannya tak demikian.
“Ah, sial!”
Merasa benaknya yang memikirkan Yebin itu tak terkendali, Yul pun menyerah. Ia memutar balik mobilnya. Melesatkannya kembali menjauhi bangunan rumah.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Adel
Mampir di karyaku juga ya, berjudul RINDUKU DI UJUNG SURGA...Trims 😄
2020-12-02
0
Naoki Miki
haiii mampir yuk ke krya q 'Rasa yang tak lagi sama'
cuss bacaa jan lupa tinggalkan jejaakk🤗
tkan prfil q aja yaaa😍
vielen danke😘
2020-10-15
0
Sussi Slim
eciyeeee khawatir nih bang
2019-10-13
2