Perasaan yang tidak enak

“Kudengar kau mahasiswa bisnis yang memiliki portal belanja online. Apa kau mengelolanya sendirian?”

Hun yang telah mendengar banyak cerita tentang Yebin pun memulai kembali pembicaraan. Ia mendengar tentang kakaknya yang menjadi model di portal belanja online karena permintaan khusus Yebin. Tadi juga Hun telah melihat foto kakaknya terpajang di website Biniemoon dengan beragam pose dan pakaian yang dikenakan. Hun merasa benar-benar terkejut melihat kakaknya yang ternyata cukup berbakat menjadi model. Padahal selama ini Yul sangat anti dengan yang namanya kamera. Ia hampir tidak pernah berfoto kecuali untuk acara resmi seperti pesta kelulusan Hun setahun lalu. Pada waktu itu Yul dipaksa berfoto bersama Hun yang baru lulus sekolah hukum. Mau tidak mau Yul pun berfoto bersama adiknya beberapa jepretan.

“Khusus di website aku mengelolanya sendirian untuk saat ini. Ada satu orang temanku yang membantu mengelola akun media sosial dan pemasarannya.” Yebin menjelaskan singkat.

Ketiga orang yang duduk mengelilingi sofa itu meneruskan kegiatan berbincang mereka dalam waktu lama. Menghabiskan dua porsi pizza dan kudapan malam lain. Serta memperbincangkan banyak hal dan melontarkan canda tawa. Sikap Hun memang tak seramah dan tak sesupel kakaknya. Ia juga tak begitu pandai berbasa-basi serta lebih blak-blakan dalam bertutur kata. Tetapi Hun tetap menyenangkan saat diajak bercanda. Yebin memiliki kesan yang positif terhadap Hun.

Waktu menunjukkan pukul sebelas malam ketika semua kudapan yang tersaji di atas meja sofa itu lalap. Tiba-tiba ponsel Yul di atas meja bergetar. Ada panggilan masuk dari nomor yang dinamainya Haeri.

Yebin sempat melihat layar ponsel Yul sebelum pria itu mengangkat telepon. Mendapati yang meneleponnya itu adalah Haeri, Yul segera beranjak dari duduk. Pria itu menaiki tangga lantai dua untuk berbincang dengan Haeri melalui telepon.

Secara otomatis napas Yebin berembus panjang. Pandangannya ikut naik ke lantai dua mengikuti Yul yang baru tenggelam ke sebuah ruangan. Begitu laki-laki yang membuatnya menghela napas itu menghilang dari pandangan, Yebin mengerlingkan kepala ke arah meja. Mengambil satu kaleng minuman soda yang masih utuh.

“Apa tidak ada bir?” tanya Yebin yang tiba-tiba ingin meminum alkohol.

Hun mengerutkan kening. “Kau ingin minum bir?”

Kepala Yebin mengangguk pelan. “Tiba-tiba aku ingin minum alkohol.”

Selesai melontarkan jawaban pasrahnya, Yebin membuka kaleng soda. Tidak ada bir soda pun jadi. Yebin yang sebenarnya menginginkan alkohol untuk menghilangkan kebingungannya, meneguk soda yang hanya bisa meredakan rasa haus.

Ketika Yebin baru menelan dua tegukan soda, Yul berjalan menuruni tangga. Tetapi pakaian pria itu sudah berubah. Ia memakai coat panjang musim dingin dan syal hitam yang melingkari leher. Di genggamannya ada kunci mobil yang hendak digunakannya untuk keluar.

“Mau pergi ke mana, Hyeong?” tanya Hun spontan melihat kakaknya yang bersiap pergi di waktu yang hampir menunjukkan tengah malam ini.

“Aku mau keluar sebentar, bertemu Haeri. Jangan lupa tutup semua pintunya nanti.”

Pria itu bahkan menjawab tanpa menoleh, seolah Hun dan Yebin yang duduk di atas sofa itu tidak terlihat. Yebin yang membatin seketika itu melengoskan pandangan dari Yul. Ia tak mau tahu lagi apa yang pria itu hendak lakukan malam-malam begini dengan bertemu dengan Haeri.

Dalam sekejap Yul telah keluar dari rumah. Melesat menuju distrik Dongjak untuk bertemu Haeri di kantornya. Wanita itu bekerja sebagai pengacara di sebuah firma hukum terkenal Seoul yang terletak di distrik Dongjak.

Lidah Yebin tiba-tiba tidak nafsu meminum soda. Ia benar-benar membutuhkan alkohol. Jika tidak meminum alkohol mungkin ia tidak akan bisa tidur malam ini karena terus memikirkan Yul yang bertemu Haeri di waktu yang sudah sangat malam. Setidaknya, jika ingin bertemu Haeri malam-malam begini, bisakah Yul melakukannya diam-diam? Tanpa membuat Yebin mengerti dan merasa hatinya teriris seperti ini.

Napas Yebin terhela panjang sementara tangannya terulur ke atas meja untuk meletakkan kaleng soda. Merasa dadanya benar-benar sesak, Yebin menatap memelas ke arah Hun yang duduk di seberang.

“Hun Oppa, apa kau tidak ingin mengajakku keluar untuk minum?” Yebin bertanya seperti sedang memohon. Tatapannya memelas sembari menatap Hun penuh harap.

Hun yang merasa mengerti kenapa Yebin mengatakan hal itu, memberi tanggapan dengan santai. “Kau ingin pergi ke hiburan malam?” tanyanya ragu. Sebenarnya ia pun tak terbiasa dengan tempat seperti hiburan malam. Tetapi tidak ada salahnya pergi ke tempat itu untuk menghibur hati Yebin yang tiba-tiba memendung.

Yebin sontak menggeleng. “Aku punya trauma dengan klub malam. Aku lebih senang datang ke tempat yang membiarkanku meminum alkohol dengan tenang.”

Beberapa waktu pria itu terdiam. Ia mencerna permintaan Yebin. Dan teringat suatu tempat yang seperti dimaksud Yebin.

“Aku tahu tempat seperti itu. Kau mau pergi denganku?”

***

Lagu klasik dengan nuansa xylophone mengisi seluruh ruanganan. Gelombang suaranya yang indah dan bermelody menyentuh telinga Yebin yang baru melangkah masuk. Wanita berambut hitam lurus itu berjalan ragu di sebelah Hun yang membawanya ke sebuah tempat di mana ia bisa meminum alkohol dengan tenang, sesuai permintaannya.

Hun baru dua hari tiba di Korea. Dan ia tidak tahu banyak tempat di Seoul yang setiap tahun berkembang dan semakin banyak bangunan-bangunan megah. Pun ia merasa ragu apakah Yebin akan menyukai tempat bernuansa kontemporer ini. Tempat inilah yang dinamakan Bar Vintage. Bar yang sering didatangi Yul. Yul sering datang ke tempat ini untuk bertemu dengan teman-teman bisnisnya dan juga teman kuliahnya. Hun yang satu tahun sekali pulang ke Korea selama liburan musim panas, selalu diajak Yul ke bar yang terletak di Apgujeong-dong ini untuk minum berdua.

“Ini rupanya yang dinamakan Bar Vintage. Aku sering melihat iklannya di internet. Dan ternyata tempatnya memang bagus,” kata Yebin yang diarahkan oleh Hun duduk di tempat pojok dekat pohon draceana.

Yebin mendudukkan tubuhnya ke atas kursi kayu bar yang berwarna coklat tua. Di hadapannya terdapat meja furnitur bundar yang tampak elegan dengan desain kontemporer. Hun duduk berseberangan meja dengan Yebin. Mereka berhadap-hadapan.

“Ini pertama kalinya kau datang?” tanya Hun yang sedang melambaikan tangannya kepada seorang pelayan.

“Kalau tidak karenamu, mungkin aku tidak akan pernah kemari. Kudengar tempat ini sangat mahal. Mahasiswa sepertiku mana sanggup membeli minuman di sini? Kalau pun terpaksa, mungkin aku harus menyisihkan uang sakuku selama satu bulan untuk meminum satu gelas coktail.” Yebin bercerita panjang lebar. Membuat Hun terkekeh-kekeh. Perkataan Yebin yang terdengar seperti candaan itu sebenarnya masuk akal.

Tepat setelah itu seorang pelayan bar datang. Ia mencatat pesanan Hun dan Yebin. Lalu pergi menyiapkan pesanan dua orang pelanggan itu.

Sedari tadi Yebin penasaran satu hal tentang Hun. Kesan pertama Yebin ketika melihat Hun adalah ‘pria itu pasti sangat pintar’. Membuatnya memiliki rasa penasaran yang tinggi tentang Hun. Selama ini ia hanya beberapa kali mendengar Yul bercerita tentang adiknya yang tinggal di Amerika. Dan cerita itu menurut Yebin tidak begitu mendetail. Saat Yul bercerita singkat Yebin merasa tak begitu penasaran. Namun setelah melihat langsung sosok Hun, tiba-tiba saja Yebin memiliki rasa penasaran yang tinggi terhadapnya.

“Oppa, apa pekerjaanmu? Kau terlihat bukan seperti pebisnis atau pun seniman seperti Yul Oppa.” Yebin pun bertanya setelah menatap wajah Hun cukup lama.

Senyum tipis yang terasa hangat tersungging di bibir Hun. Pria itu menaikkan kacamatanya untuk memberi tanggapan.

“Kau belum mendengarnya dari kakakku?”

Otomatis Yebin menggeleng. Ia mendesah panjang karena tak mendengar banyak hal dari Yul.

“Yul Oppa orangnya memang supel dan ramah. Tapi dia tidak pernah menceritakan banyak hal tentang keluarganya, baik orang tua maupun adiknya. Kecuali jika aku memang bertanya, pasti dia akan jawab. Sayangnya aku sering merasa ragu untuk bertanya. Aku takut pertanyaanku itu bisa membuatnya semakin kesepian. Mengingat dia yang tinggal sendirian saat itu.” Yebin menjelaskan.

Hun yang mengerti, menganggukkan kepala. Yul itu orangnya memang ramah dan sikapnya bersahabat. Tetapi dia tidak pernah mau menceritakan tentang dirinya dan keluarga kecuali orang yang mau tahu itu bersedia menanyakan keadaannya. Bukan karena alasan lain. Hanya saja Yul merasa tidak semua orang mau mendengarkan ceritanya. Kalau orang tersebut mau bertanya, otomatis ia bersedia mendengar cerita Yul. Itu yang kemudian menjadikan Hun, yang sebenarnya pendiam dan tak banyak bicara, memiliki keramahan dan rasa peduli yang tinggi pada orang lain. Hun tidak pernah tahu bagaimana keadaan kakaknya kecuali ia mau bertanya. Sedangkan Yul adalah satu-satunya keluarga yang tersisa untuk Hun. Mau tidak mau Hun harus banyak bertanya dan lebih memperhatikan kakaknya.

“Aku bekerja sebagai hakim. Mulai Senin depan aku bekerja di Pengadilan Pusat Seoul.” Setelah mencerna jawaban Yebin, Hun menjawab. Itu membuat Yebin ternganga.

Bola mata Yebin terbelalak. Ia menutupi mulutnya yang ternganga menggunakan kedua tangan. Jadi, laki-laki yang terlihat pintar itu seorang hakim muda? Sama sekali Yebin tidak pernah membayangkan hal tersebut.

“Hakim? Oppa itu seorang hakim? Hakim seperti Yeon Woojin di drama televisi itu?” Yebin memekik tak percaya. Ia memikirkan aktor Yeon Woojin yang berperan sebagai hakim dalam sebuah drama dan menggumam-gumam, “Gawat. Bagaimana aku bisa mengajak seorang hakim untuk minum bersama di bar?”

Tiba-tiba saja Yebin merasa melakukan kesalahan. Tidak peduli jika dirinya memang suntuk memikirkan Yul, mengajak seorang hakim untuk minum bersamanya tidaklah benar. Niat Yebin ingin minum alkohol sampai mabuk karena besok tak ada jadwal kuliah. Namun sepertinya niat itu harus segera Yebin musnahkan. Kalau ia sampai mabuk dan berbuat kesalahan, itu bisa jadi masalah.

Melihat wanita itu memasang raut wajah canggung membuat Hun terkekeh-kekeh. Pada saat bersamanaan pesananan minuman Hun sudah datang. Hun mengulurkan gelas wine kepada Yebin. Menuangkan minuman anggur ke dalam gelas kaca wanita itu sambil berujar, “Jangan berlebihan. Sampai aku bekerja nanti aku belum menjadi hakim. Jadi minumlah sepuasmu.”

Yebin menatap Hun kikuk sambil menerima gelasnya. “Kau bersungguh-sungguh? Aku benar-benar ingin minum banyak malam ini. Jangan salahkan aku kalau nanti mabuk.”

Hun memberi jawaban meyakinkan dengan anggukan kepala. Lesung pipit yang dalam di pipi kirinya membuat Yebin memercayai anggukan kepala itu. Yebin yang menginginkan alkohol pun segera meneguk minumannya. Keningnya mengernyit merasakan aroma wine yang sangat mencekat di leher.

“Oppa, apa kau tahu wanita bernama Jin Haeri?” Yebin lanjut bertanya setelah meneguk wine-nya.

“Kak Kak Haeri? Tentu aku mengenalnya.”

Yebin mengisi kembali gelasnya. Lalu mengambil satu potong keju di atas piring dan melahapnya.

“Wanita itu dengan Yul Oppa, tidak hanya berteman kan?”

Sejenak Hun terdiam. Laki-laki yang pandai membaca situasi itu mengangguk-angguk misterius.

“Mereka memang berteman. Kakakku dengan Kak Haeri berteman sejak SMA. Dan keluarga kami juga dekat.” Hun bercerita singkat. “Tapi, Kak Haeri itu sebenarnya cinta pertama kakakku. Tidak banyak orang yang tahu karena mereka berteman sangat dekat seperti saudara. Kakakkku menyukai Kak Haeri dalam waktu lama. Dan seperti laki-laki bodoh, kakakku menjadi anti peluru untuk wanita itu yang berkencan selama sepuluh tahun dengan laki-laki lain.”

Dari awal Yebin sudah menduga hal ini. Ia curiga kalau hubungan Yul dengan Haeri itu sangat mencurigakan untuk dikatakan sekadar teman. Dan itu semua sudah terbukti sekarang. Hun membuktikan kacurigaan Yebin yang tidak meleset.

“Dasar laki-laki bodoh.” Yebin menggumam kemudian meneguk kembali setengah gelas wine.

“Tapi itu sudah lama sekali. Kalau sekarang sepertinya mereka benar-benar berteman.” Beberapa waktu kemudian Hun mengimbuhkan. Kisah cinta Yul yang bertepuk sebelah tangan itu terjadi saat Yul masih SMA. Sudah puluhan tahun berlalu. Hun tidak berpikir kalau perasaan Yul tidak berubah sampai sekarang.

“Mana ada pertemanan antara laki-laki dan perempuan? Sampai bumi ini terbelah menjadi dua aku tidak percaya.” Yebin yang terlanjur sakit hati merutuk-rutuk.

Sudah. Yebin tidak ingin memikirkan laki-laki itu lagi. Ia mengajak Hun ke tempat ini untuk meminum alkohol supaya ia bisa meredakan kegelisahan hatinya tentang Yul. Dengan membicarakan pria itu terus menerus, kepedihan hati Yebin akan berlipat-lipat. Jika itu sampai terjadi, minum sampai mabuk tidak akan selesai. Yebin akan semakin sulit menghilangkan kepedihan dalam hatinya itu.

Kedua manusia yang ada di dalam bar itu melanjutkan kegiatan minumnya sembari bercakap-cakap. Mereka membicarakan banyak hal mulai dari pekerjaan hakim Hun sampai bercerita tentang olah raga sky yang sebentar lagi akan ramai. Menghabiskan banyak waktu di bar sampai menghabiskan wine yang dipesannya. Perlahan-lahan Yebin larut dalam cerita yang lelaki itu lontarkan. Ia mulai melupakan apa yang terjadi pada Yul dan wanita bernama Haeri yang membuatnya merasa tidak nyaman itu. Yebin menikmati waktunya bersama Hun di bar. Dan memperbincangkan banyak hal yang ternyata keduanya merasa memiliki kecocokan. Hingga waktu berjalan semakin larut. Tubuh Yebin mulai melemas karena mabuk. Sementara itu, Hun yang tidak meminum sedikit pun alkohol karena harus mengemudikan mobil, masih sadar seratus persen. Pria itu membopong tubuh Yebin yang sudah dikuasai alkohol masuk ke dalam mobil. Lalu melaju pulang di waktu yang menunjukkan pukul setengah tiga dini hari.

***

Terpopuler

Comments

Mila Karmila

Mila Karmila

yebin sm hun aja thor...lebih nyambung

2023-03-31

0

Nanik

Nanik

sama hun juga boleh yebin

2019-09-05

2

lihat semua
Episodes
1 PROLOG (revised)
2 Kekacauan yang menyebalkan!
3 Tatangga baruku? Sial!
4 Pria itu sok baik, tapi dia tampan
5 Pria yang lemah terhadap perempuan
6 Wanita ketus dan 'ajeossi' penurut
7 Jantung yang berdebar-debar. Itu gawat!
8 Nona Kang yang payah memilih cowok
9 Dasar pria kurang ajar!
10 Saingan yang bukan seperti saingan
11 Cemburu yang tidak enak
12 Ajeossi yang malang sekali
13 Pria tersipu wajahnya menggemaskan
14 Adikku yang tampan
15 Perasaan yang tidak enak
16 Hal yang tidak diinginkan
17 Cinta yang tak dapat ditoleransi
18 Balasan ciuman yang manis
19 Nyamuk berhidung belang yang nakal
20 Semua tentang waktu dan kepastian
21 Bibir merah yang menggoda
22 Nona Kang yang suka diperhatikan
23 Perasaan yang seperti lukisan abstrak
24 Jauh dari ekspektasi
25 Malam terakhir, matahari terbit keesokannya
26 Cinta lain bersemi
27 Semua tak baik-baik saja
28 Persaingan yang sehat
29 Pernyataan cinta yang tertunda
30 Cinta atau balas budi
31 Akhir atau sebuah awal
32 The End
33 Cinta Hun yang [berawal] berakhir
34 Pengumuman Season 2
35 Yebin ku hamil?
36 Hal yang mendesak!
37 Kakak yang paling baik
38 Yebin si ahli menusukㅋㅋ
39 Membangu Kepercayaan
40 Penyamaran Bodoh Kang Yebin
41 Diam Bukanlah Kang Yebin
42 Kang Yebin Tidak Pernah Bisa Diam
43 Arti Sebuah Ciuman
44 Menjelang Pernikahan
45 Kekuatan Kang Yebin
46 Menjelang Pernikahan 2
47 Amanat Untuk Yul
48 Hari Pernikahan!
49 Kehidupan Pernikahan
50 Kesabaran Suami Sedang Diuji
51 Awal Kecemburuan Istri
52 Kubunuh kau, wanita penggoda!
53 Hukuman Kecemburuan
54 Kecemburuan sang istri
55 Kemarahan Terbesar Yul
56 Kamu Menyesal?
57 Permohonan Maaf Yebin
58 Awam Baru Menjadi Istri yang Baik
59 Menjadi Istri yang Pintar dan Mandiri
60 Kehamilan Pertama
61 Adegan mesra yang mana?
62 Cinta Hun yang Membara
63 Diam-Diam menghanyutkan
64 Kemarahan Sang Kakak
65 Yebin Yang Bijaksana
66 Cinta dan Pengorbanan
67 Perjuangan Seorang Ibu
68 Kabar Buruk
69 Ketegaran Kang Yebin
70 Berusaha Bangkit
71 Bulan Madu
72 Bulan Madu 2
73 Kota Havana yang penuh gairah
74 Akhir dari Bulan Madu
75 Awal baru Kang Yebin
76 Alasan Ketidaksukaan Yebin
77 Niat Busuk
78 Hadiah tak terduga
79 Dilema yang berat
80 Pertemuan Mendadak
81 Keputusan Ambang
82 Predator
83 Kemunculan orang mencurigakan
84 Masakan terburuk istri yang cantik
85 Serangan menohok
86 Bunga sakura yang menawan
87 Perpisahan Sejenak
88 Bos yang galak
89 Pengakuan cinta terlarang
90 Puncak kerinduan
91 Awal sebuah tragedi
92 Perasaan bersalah
93 Kemarahan Predator
94 Memupuk kepercayaan
95 Tipu muslihat iblis
96 Pertemuan Yul Junior
97 YUL, suami yang perhatian
98 Jurus bertahan Kang Yebin
99 Sosok misterius
100 Apa itu Kebahagiaan
101 Keinginan membeli pulau!
102 Istri yang merajuk
103 Niat busuk terungkap
104 Terbangun dari koma
105 Serangan Kang Yebin
106 Kedatangan Yul junior
107 Anggota Keluarga Baru
108 Menjadi Zombie
109 Penyesalan....
110 Hari baru Moon Hanyul
111 Rencana Pernikahan Mendadak
112 Kegeraman Yul
113 Menuju Pulau
114 Perasaan Tak Terdeskripsikan
115 Cerita di Tengah Lautan
116 Menangis dalam hati
117 Ancaman Kelabu
118 Hari Pernikahan Hun
119 Momen Pernikahan yang Semu
120 Puncak Perselisihan
121 The Last Story
122 EPILOG
123 WELCOME TO LOVE YOU LATER SERIES 2
124 Prolog
125 Pertemuan awal
126 Hadiah Ulang Tahun
127 Hubungan Abstrak
128 Ajeossi penolong yang murung
129 Don't Leave Me!
130 My First Kiss
131 Begitu kesepakatan dibuat!
132 Perasaan Misterius Brian
133 Perasaan cemburu atau ...
134 Awal munculnya rasa kagum ^^
135 Munculnya sesosok wanita misterius
136 Bukan salah keadaan,hanya saja takdir tidak mendukung
137 Hati yang dingin membutuhkan kehangatan
138 Jatuh cinta adalah rasa takut tersendiri
139 Perasaan dibutuhkan itu sangat indah
140 ‘Izinkan aku melakukannya sekali lagi, dengan perasaan’
141 Sikap tidak masuk akal pertanda rasa sayang
142 Saatnya mengubur kenangan masa lalu
143 Kisah dua manusia melawan perasaan yang padam
144 Obat penenang yang paling mujarab
145 Sebuah kebenaran yang tidak terduga
146 Bangunkan aku di pagi hari!
147 Kim Lysa; gadis yang tidak terduga
148 Persiapan sebelum bermain
149 Jangan memanggilku Ajeossi lagi!
150 Waktu yang tak dapat diputar
151 Niat hati berkencan, apadaya hati tak sampai
152 Pengakuan cinta di saat yang tidak tepat
153 Terbelahnya langit saturnus
154 Melodi yang berputar di tengah badai halilintar
155 Tidak ada cinta, tidak ada patah hati
156 Keputusan yang telah bulat
157 Jarak dan keadaan yang tidak dapat berkompromi
158 Perasaan yang tidak baik baik saja
159 Harapan palsu untuk meminimalisir luka batin
160 Pertemuan yang dramastis
161 Kim Lysa yang kehilangan akal sehat
162 Kenangan indah di titik nol kilometer Yogyakarta
163 Han Mino si laki laki Bucin (budak cinta)!
164 Pecahan tangis yang telah terbendung lama
165 Pesaing terbesar dalam hidup Mino
166 Kedatangan musuh yang tidak terduga
167 Mino adalah kekasih Lysa, dan Brian adalah kakak lelakinya!
168 Jawaban yang tidak terduga Lysa yang mendatangkan bahaya
169 Kemarahan terbesar Kim Lysa
170 Kekacauan yang sudah terduga
171 Gadis di ambang kehancuran
172 Kim Lysa yang egois dan bodoh
173 Pertemuan tragis sepasang manusia
174 Tangisan bahagia seorang gadis yang sering terluka
175 Awal tinggal bersama yang manis
176 Kerinduan yang tidak berujung
177 Kemunuclan tidak terduga Brian Alvendo
178 Bersama menjadi lebih kuat
179 Pertemuan yang tidak menyenangkan
180 Bukan salah siapa siapa
181 Makanan harimau yang lapar
182 Kedatangan musuh besar untuk bertarung
183 Nyanyian merdu kekasih yang tampan
184 Rencana serangan hukum
185 Tamu tamu tidak terduga yang datang
186 Kegaduhan
187 Akhir Cerita
Episodes

Updated 187 Episodes

1
PROLOG (revised)
2
Kekacauan yang menyebalkan!
3
Tatangga baruku? Sial!
4
Pria itu sok baik, tapi dia tampan
5
Pria yang lemah terhadap perempuan
6
Wanita ketus dan 'ajeossi' penurut
7
Jantung yang berdebar-debar. Itu gawat!
8
Nona Kang yang payah memilih cowok
9
Dasar pria kurang ajar!
10
Saingan yang bukan seperti saingan
11
Cemburu yang tidak enak
12
Ajeossi yang malang sekali
13
Pria tersipu wajahnya menggemaskan
14
Adikku yang tampan
15
Perasaan yang tidak enak
16
Hal yang tidak diinginkan
17
Cinta yang tak dapat ditoleransi
18
Balasan ciuman yang manis
19
Nyamuk berhidung belang yang nakal
20
Semua tentang waktu dan kepastian
21
Bibir merah yang menggoda
22
Nona Kang yang suka diperhatikan
23
Perasaan yang seperti lukisan abstrak
24
Jauh dari ekspektasi
25
Malam terakhir, matahari terbit keesokannya
26
Cinta lain bersemi
27
Semua tak baik-baik saja
28
Persaingan yang sehat
29
Pernyataan cinta yang tertunda
30
Cinta atau balas budi
31
Akhir atau sebuah awal
32
The End
33
Cinta Hun yang [berawal] berakhir
34
Pengumuman Season 2
35
Yebin ku hamil?
36
Hal yang mendesak!
37
Kakak yang paling baik
38
Yebin si ahli menusukㅋㅋ
39
Membangu Kepercayaan
40
Penyamaran Bodoh Kang Yebin
41
Diam Bukanlah Kang Yebin
42
Kang Yebin Tidak Pernah Bisa Diam
43
Arti Sebuah Ciuman
44
Menjelang Pernikahan
45
Kekuatan Kang Yebin
46
Menjelang Pernikahan 2
47
Amanat Untuk Yul
48
Hari Pernikahan!
49
Kehidupan Pernikahan
50
Kesabaran Suami Sedang Diuji
51
Awal Kecemburuan Istri
52
Kubunuh kau, wanita penggoda!
53
Hukuman Kecemburuan
54
Kecemburuan sang istri
55
Kemarahan Terbesar Yul
56
Kamu Menyesal?
57
Permohonan Maaf Yebin
58
Awam Baru Menjadi Istri yang Baik
59
Menjadi Istri yang Pintar dan Mandiri
60
Kehamilan Pertama
61
Adegan mesra yang mana?
62
Cinta Hun yang Membara
63
Diam-Diam menghanyutkan
64
Kemarahan Sang Kakak
65
Yebin Yang Bijaksana
66
Cinta dan Pengorbanan
67
Perjuangan Seorang Ibu
68
Kabar Buruk
69
Ketegaran Kang Yebin
70
Berusaha Bangkit
71
Bulan Madu
72
Bulan Madu 2
73
Kota Havana yang penuh gairah
74
Akhir dari Bulan Madu
75
Awal baru Kang Yebin
76
Alasan Ketidaksukaan Yebin
77
Niat Busuk
78
Hadiah tak terduga
79
Dilema yang berat
80
Pertemuan Mendadak
81
Keputusan Ambang
82
Predator
83
Kemunculan orang mencurigakan
84
Masakan terburuk istri yang cantik
85
Serangan menohok
86
Bunga sakura yang menawan
87
Perpisahan Sejenak
88
Bos yang galak
89
Pengakuan cinta terlarang
90
Puncak kerinduan
91
Awal sebuah tragedi
92
Perasaan bersalah
93
Kemarahan Predator
94
Memupuk kepercayaan
95
Tipu muslihat iblis
96
Pertemuan Yul Junior
97
YUL, suami yang perhatian
98
Jurus bertahan Kang Yebin
99
Sosok misterius
100
Apa itu Kebahagiaan
101
Keinginan membeli pulau!
102
Istri yang merajuk
103
Niat busuk terungkap
104
Terbangun dari koma
105
Serangan Kang Yebin
106
Kedatangan Yul junior
107
Anggota Keluarga Baru
108
Menjadi Zombie
109
Penyesalan....
110
Hari baru Moon Hanyul
111
Rencana Pernikahan Mendadak
112
Kegeraman Yul
113
Menuju Pulau
114
Perasaan Tak Terdeskripsikan
115
Cerita di Tengah Lautan
116
Menangis dalam hati
117
Ancaman Kelabu
118
Hari Pernikahan Hun
119
Momen Pernikahan yang Semu
120
Puncak Perselisihan
121
The Last Story
122
EPILOG
123
WELCOME TO LOVE YOU LATER SERIES 2
124
Prolog
125
Pertemuan awal
126
Hadiah Ulang Tahun
127
Hubungan Abstrak
128
Ajeossi penolong yang murung
129
Don't Leave Me!
130
My First Kiss
131
Begitu kesepakatan dibuat!
132
Perasaan Misterius Brian
133
Perasaan cemburu atau ...
134
Awal munculnya rasa kagum ^^
135
Munculnya sesosok wanita misterius
136
Bukan salah keadaan,hanya saja takdir tidak mendukung
137
Hati yang dingin membutuhkan kehangatan
138
Jatuh cinta adalah rasa takut tersendiri
139
Perasaan dibutuhkan itu sangat indah
140
‘Izinkan aku melakukannya sekali lagi, dengan perasaan’
141
Sikap tidak masuk akal pertanda rasa sayang
142
Saatnya mengubur kenangan masa lalu
143
Kisah dua manusia melawan perasaan yang padam
144
Obat penenang yang paling mujarab
145
Sebuah kebenaran yang tidak terduga
146
Bangunkan aku di pagi hari!
147
Kim Lysa; gadis yang tidak terduga
148
Persiapan sebelum bermain
149
Jangan memanggilku Ajeossi lagi!
150
Waktu yang tak dapat diputar
151
Niat hati berkencan, apadaya hati tak sampai
152
Pengakuan cinta di saat yang tidak tepat
153
Terbelahnya langit saturnus
154
Melodi yang berputar di tengah badai halilintar
155
Tidak ada cinta, tidak ada patah hati
156
Keputusan yang telah bulat
157
Jarak dan keadaan yang tidak dapat berkompromi
158
Perasaan yang tidak baik baik saja
159
Harapan palsu untuk meminimalisir luka batin
160
Pertemuan yang dramastis
161
Kim Lysa yang kehilangan akal sehat
162
Kenangan indah di titik nol kilometer Yogyakarta
163
Han Mino si laki laki Bucin (budak cinta)!
164
Pecahan tangis yang telah terbendung lama
165
Pesaing terbesar dalam hidup Mino
166
Kedatangan musuh yang tidak terduga
167
Mino adalah kekasih Lysa, dan Brian adalah kakak lelakinya!
168
Jawaban yang tidak terduga Lysa yang mendatangkan bahaya
169
Kemarahan terbesar Kim Lysa
170
Kekacauan yang sudah terduga
171
Gadis di ambang kehancuran
172
Kim Lysa yang egois dan bodoh
173
Pertemuan tragis sepasang manusia
174
Tangisan bahagia seorang gadis yang sering terluka
175
Awal tinggal bersama yang manis
176
Kerinduan yang tidak berujung
177
Kemunuclan tidak terduga Brian Alvendo
178
Bersama menjadi lebih kuat
179
Pertemuan yang tidak menyenangkan
180
Bukan salah siapa siapa
181
Makanan harimau yang lapar
182
Kedatangan musuh besar untuk bertarung
183
Nyanyian merdu kekasih yang tampan
184
Rencana serangan hukum
185
Tamu tamu tidak terduga yang datang
186
Kegaduhan
187
Akhir Cerita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!