"Apa?!"
"Jangan bilang kamu mau lepas dari tanggung jawab!" Tiwi semakin geram.
"Bu-bukan begitu, Mam. Lepasin dulu telingaku, nanti lepas bagaimana."
"Biar Papi ganti sama telinga Kambing sekalian."
Alex tak bisa berkutik, kedua orang tuanya itu selalu kompak memberi hukuman untuknya. Tak ada ampun sama sekali, apalagi menyangkut nama baik keluarga.
"Nikahi Sabrina!" Suara Tanto menggelegar diruang tamu, menggema memekakkan telinga.
Menikah, dengan pembantu. Ini tak bisa terjadi, ia harus menolak. Dan lagi Alex melakukan hal itu karena sedang mabuk dan itu tak disengaja.
"Aku tak bisa melakukannya, Mam, Pi. Menikahi pembantu sendiri, itu sangat memalukan."
"Memalukan, Tuan bilang memalukan!" Bi Eis mulai emosi, dari tadi ia hanya menyimak adu mulut majikannya.
"Iya, memalukan! Menikahi pembantu yang sama sekali bukan levelku, apa kata orang nanti."
"Setelah meniduri ponakan saya, Tuan bilang bukan level. Jika bukan level Tuan, kenapa harus menyentuh ponakan saya."
"Aku nggak sadar karena mabuk, ini pasti jebakan. Gadis cupu ini pasti yang sudah menggoda saya." Alex kembali duduk di sofa memegangi kepalanya yang terasa pusing.
"Tidak, aku tak menggoda Tuan. Tuan sendiri yang memaksa saya melakukan itu, Tuan tak melepaskan saya." Sabrina menangis, hatinya teramat sakit. Ia adalah korban dan sekarang ia yang disalahkan.
***
Sabrina terbangun dari tidurnya, ia merasa haus dan mengambil air minum di dapur. Setelah itu ia mendengar deru mobil berhenti digarasi, merasa penasaran Sabrina mengintip dibalik gordeng. Setelah itu ia melirik jam yang menempel didinding menunjukan pukul dua dini hari.
Awalnya Sabrina acuh. Namun setelah melihat jalan pria itu sedikit sempoyongan. Sabrina segera membukakan pintu. Meracau tak jelas yang Alex lakukan, ketika Sabrina mengunci pintu kembali. Alex menarik tangan Sabrina menyuruh gadis itu mengantarkannya ke kamar.
Sabrina mengikuti perintahnya, ancaman dipecat membuatnya takut kehilangan pekerjaan. Selama bekerja menjadi asisten rumah tangga bersama Bi Eis, Sabrina bisa menabung untuk biaya kuliah. Mengambil jurusan kebidanan yang menjadi cita-citanya.
Setelah sampai kamar, Alex kehilangan kendali. Ia terpesona pada gadis berambut kepang dua yang memakai kaos ketat tangan pendek warna hitam itu dan celana pendek selutut. Pandangannya tak lepas pada kulit putih mulus milik Sabrina, membuat gairah Alex berkobar.
Malam itu, Tanto dan Tiwi beserta Bi Eis sedang tidak ada dirumah. Jadi dengan leluasa Alex bisa menyalurkan gairahnya, jeritan dan tangisan Sabrina tak ada yang mendengar sehingga gadis itu harus kehilangan kehormatannya.
***
"Mau menuruti perintah Papi atau pergi dari rumah ini." Ancaman yang tak main-main keluar dari mulut Tanto.
"Baiklah, aku akan memilih pergi dari rumah ini dari pada harus menikahi pembantu." Alex berjalan menuju pintu keluar. Namun, langkahnya terhenti saat Tanto meminta kunci mobil, kartu kredit care. Dan mengancamnya akan dikeluarkan dari hak waris keluarga, tak akan diberi sepeser uang dan tak ada jaminan bekerja diperusahaan mana pun.
Sadis, memang terdengar sangat keterlaluan. Tanpa harta, jadi gembel. Tidak! Alex tak mau itu sampai terjadi, apa kata sahabatnya nanti. Seorang Alexsander Wijaya jadi gembel terlunta-lunta dijalan. Bakal jadi pemberitaan hangat disosial media, jadi topik utama. Putra dari pengusaha sukses terlunta-lunta.
"Bagaimana?" Tanto mendekati Alex yang tertegun dekat pintu.
"Tapi, Pi." Suara Alex terdengar lemas, sepertinya ia harus mengalah dulu dan menuruti perintah papinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
SᗩᖴI᙭ ᙅᗩᑎᗪᖇᗩ
Alex takut jd gembel 😄😄
2022-03-15
0
Erika Darma Yunita
cihhh masih bergantung ma harta ortu aja sombong kamu wahai lelakii
2022-03-06
0
Yuna Zahra
kurang suka sama kalimat "menikmati ponakan saya"budenya kurang asem di kira makan nasi pecel pakek menikmati segala
2022-01-24
1