"Lepaskan, Pak! Apa yang ingin Bapak lakukan." Sabrina kembali mengucapkan kata yang sangat Alex benci. Ketika tangan Sabrina di tarik paksa masuk kesebuah kamar.
"Dengar baik-baik gadis cupu, panggil Tuan. Atau sebut namaku saja, Alexander Wijaya. Sekarang kamu bereskan kamar ini sampai bersih, setrika dan lipat bajuku masukan kelemari. Ingat! Kamu itu hanya pembantuku saja, jangan pernah mimpi bisa menjadi nyonya Alexsander Wijaya!"
Sabrina menghela napas panjang, ia menyadari akan profesinya. Tak perlu diingatkan lagi, segera mengerjakan perintah sang tuan rumah. Tempat tidur yang berantakan, mencerminkan bahwa si pria jorok tak suka kebersihan. Pakaian kotor berceceran di sudut kamar, banyak sekali. Sabrina sampai berkeringat memungutinya.
Sangat keterlaluan memang, tuan muda dari keluarga kaya tak bisa menjaga kebersihan kamarnya sendiri.
"Ngapain," tegur Alex saat Sabrina mau memasukan pakaian kotor kemesin cuci.
"Nyuci."
"Pakai tangan saja lebih bersih, enak saja pakai mesin cuci. Biaya listrik mahal."
"Heum ... baiklah."
Alex kembali memperingati Sabrina, nyucinya jangan lama-lama. Pekerjaan lain masih menumpuk menunggu dibereskan.
"Iya, Pak." Sabrina menghapus keringat dikeningnya.
"Apa?" Alex berkaca pinggang.
"Tuan muda maksud saya," ralat Sabrina.
Selesai menjemur pakaian. Sabrina menyetrika baju dan melipatnya, setelah itu dimasukan ke lemari.
Alex yang melihat kesibukan Sabrina merasa puas, gadis itu sebentar lagi akan mengeluh karena merasa letih. Tinggal menunggu beberapa menit lagi, ia pasti menangis dan tak mau menikah dengannya.
Duduk manis di sofa sambil membaca majalah yang kini Alex lakukan sambil memperhatikan kegiatan Sabrina. Ini sudah hampir dua jam, Alex belum juga mendengar keluhannya, padahal ia sudah memberi banyak pekerjaan rumah yang meletihkan.
"Hai cupu, buatin kopi. Jangan terlalu manis." Alex mengintip dari celah majalah yang dipegangnya. Tak mengeluh juga, sok tangguh.
"Ini Tuan kopinya."
"Buatkan juga roti bakar, jangan sampai gosong."
"Baik Tuan."
"Awas kalau sampai apartemen ini masih berdebu."
"Sudah bersih, Tuan."
Alex malah kesal, Sabrina masih terlihat santai. Tak terlihat keletihan sedikit pun dari wajahnya. Sial, Alex merasa kurang keras memberikan pekerjaan untuknya. Tak lama kemudian, ponsel Alex berdering, dengan malas ia menjawab.
"Ada apa?"
"Dimana Sabrina?!" Suara Tiwi memekakkan telinga Alex. Ia sampai tersedak kopi yang diminumnya.
"Mami," balas Alex cengengesan.
"Nggak usah ketawa, Mami sumpal tuh mulut sama buah durian."
Alex menelan salipanya kuat-kuat, serasa ada duri yang menempel ditenggorokannya.
"Kamu apakan Sabrina, bule arab?!" Tiwi kembali bertanya dengan nada penuh emosi.
"Anu, Mi ...."
"Anu-anu, mau Mami potong anu mu, hah!"
Alex bergidik ngeri dengan ancaman maminya. Anu nya lebih berharga dari yang lainnya, karena bisa memberi kenikmatan pada pasangan dan bikin melayang.
"Awas ya Alex, jika kamu berani menyusahkannya. Mami nggak segan-segan mencoretmu dari hak waris keluarga."
Ancaman, lagi dan lagi. Membuat kepala Alex pusing seketika.
"Si cupu ada di apartemen, dia aku suruh beresin apartemen biar bersih."
"Bule arab kurang ajar, Mami tahu ini siasatmu untuk menyusahkan Sabrina. Rey sudah menceritakannya kepada Mami, jangan harap kamu bisa dapat ampun."
"Maaf, Tuan. Mami mengancam akan memotong aset berhargaku jika tak jujur, Mami lebih menyeramkan dari algojo."
"Bawa pulang Sabrina dengan selamat, kalau tidak ...."
"Iya, Mi, iya." Alex memotong ucapan maminya dan mematikan ponselnya.
"Ah, sial!" Alex membanting gelas yang berisi kopi sampai berserak dilantai. Bisa-bisanya mami tahu akan rencananya mengerjai si cewek cupuk. Ia menyuruh Rey memberantakin apartemennya, menyimpan baju kotor. Dapur yang berantakan, banyak juga hal lainnya agar Sabrina kapok dan menjauh darinya. Ternyata rencananya malah berantakan.
"Cewek cupuk, ayo kita pulang!" teriak alex dari ruang tamu.
Sabrina akhirnya merasa lega, ia bisa pulang juga untuk istirahat. Badannya serasa remuk dan lemas. Namun tak ditunjukkannya.
"Rotinya gimana, Tuan." Sabrina gugup, ia benar-benar takut pada pria dengan sorot mata elang itu.
"Biarkan saja, biar si Rey yang nanti memakannya."
Alex berjalan keluar, Sabrina mengekorinya dari belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Yani
aku suka dengan ketegasan mami Alex
2023-09-11
0
Surati
mau coba ya rasanya mulut disumpal pake durian😃😃😃 . Ayo mami semangat beli durian yang banyak 🙈🙈🙈
2022-11-12
0
Rhiedha Nasrowi
nahh itu baru namanya ancaman 🤭🤭🤭
2022-05-05
0