BAB. 14.

Alex menyemburkan kopi yang dibuat Sabrina. Rasanya sangat aneh, ia serasa minum air laut. Asin sekali. "Sabrina!" Alex bertiak melemparkan gelas kelantai.

Sabrina yang mendengar teriakan Alex segera berlari ke kamar dan mengunci kamar tersebut, jantungnya berpacu cepat seolah ia selesai berlari maraton. Suara Alex menggelegar bagai petir menyambar sangat menakutkan, tak kebayang ekspresi wajahnya seperti apa. Apakah sepersi monster? Ntah, lah. Sabrina tak mau membayangkan hal-hal yang menakutkan.

Mondar-mandir kesana kemari yang kini dilakukan oleh Sabrina, merasa tegang. Sesekali ia duduk di tepi dipan, meremas bajunya sendiri. Kenapa juga harus mengerjai pria galak itu? Seharusnya tetap sabar dan santai. Sekarang, apakah nyawanya dalam bahaya? Kepala Sabrina berdenyut. Siapa yang bisa dimintai tolong jika seandainya Alex melakukan sesuatu yang sangat menakutkan padanya? Atau mungkin, ia akan menggantung Sabrina di pohon pisang. Oh, tidak, itu enggak akan mungkin terjadi. Pohon pisangnya pasti akan rubuh duluan. Sabrina melihat sekeliling rumah, untungnya saja tak ada pepohonan yang tumbuh. Huh, lega rasanya.

"Sabrina, buka pintu. Atau aku dobrak!"

Dengan tubuh gemetar Sabrina membuka pintu kamarnya. Ia menunduk ketakutan tak berani memandang wajah Alex.

"A-aku minta maaf, Tuan."

Derdengar deru napas yang tak beraturan. Sabrina yakin kini wajah Alex mirip Banteng yang siap menyeluduk menghempaskan tubuhnya jauh.

Sabrina menangkupkan tangan. "Tolong maafkan aku, aku janji tak akan mengulangi kejahilanku lagi," tutur Sabrina mengangkat kepala memberanikan diri melihat wajah Alex.

Puk.

Sebuah kertas mendarat mulus di wajah Sabrina. Apalagi ini? Syarat lagi. Sabrina membaca selembar kertas yang Alex berikan. Tertulis bahwa pernikahan mereka hanya sampai enam bulan saja.

Mata Sabrina berbinar bahagia, hanya enam bulan saja pernikahannya. Itu waktu yang sebentar, setelah itu ia akan bebas terbang bagai burung kemana pun yang diinginkan. Dan lagi dalam syarat yang tertulis, Sabrina bebas melakukan kegiatan yang disenanginya asal tak menganggu kesenangan Alex. Sabrina pun tak boleh menghalanginya berkencan atau mengajak teman wanitanya ke rumah.

Tak masalah, yang penting peraturan kali ini ia bisa bernapas dengan bebas tanpa tekanan. Ternyata pemikiran Alex itu berubah-ubah, tak apa. Sabrina tak peduli akan hal itu.

"Aku setuju," ucap Sabrina. Hanya enam bulan saja, itu yang terus berputar di otaknya.

Alex tersenyum kecut dalam ekspresi yang sangat sulit diartikan. Sabrina pun harus waspada jangan sampai dibodohi oleh pria yang bisa saja berniat licik.

Kita lihat saja, sampai mana senyum kepalsuan itu akan bertahan di wajah cupu mu itu.

Alex mengambil kembali kertas yang sudah ditandatangani Sabrina. Menyimpannya ke laci yang berada di kamar.

"Sekarang siapkan makanan yang enak. Aku mengundang beberapa temanku dan kekasihku untuk makan malam disini. Ingat, posisimu hanyalah seorang pembantu. Jangan berharap aku akan memperlakukanmu baik."

"Iya, Tuan."

"Sekarang pergilah belanja, aku sudah menyiapkan sepeda untukmu. Ini daptar belanjaannya."

"Ini ...." Sabrina mendongakkan kepala.

"Kenapa? Keberatan, atau masih kurang."

"Tidak." Sabrina malas berdebat, ia segera pergi ke supermarket dengan mengayuh sepeda, untungnya saja supermarketnya tidak terlalu jauh hanya membutuhkan waktu sepuluh menit saja. Namun, yang paling mengejutkannya itu adalah daftar belanjaannya banyak sekali. Sepertinya nggak akan muat diangkut di sepeda, sedangkan uang yang diberikan hanya cukup untuk membeli makanan yang ada dalam daftar belanjaan.

Dasar bule arab tak berperasaan, dia itu berdusta. Nyatanya aku masih saja disusahkannya.

Sabrina mengentakan kakinya karena terlalu kesal. Ingin rasanya ia menangis kencang, apalagi Alex terus menghubungi agar Sabrina jangan lama-lama.

Bergegas Sabrina membeli cemilan yang Alex pesan, sampai enam keresek besar. Satpam yang berjaga menawarkan bantuan. Namun, Sabrina menolak. Alex melarangnya, biar tak banyak keluar uang buat ongkos. Dasar pelit.

Aku capek sekali! teriak Sabrina, ini belanjaan terakhir yang diangkutnya melalu sepeda.

Tulang-tulangnya terasa pegal, mengayuh sepeda sambil membawa belanjaan yang berat. Terlalu haus Sabrina minum air dua gelas sampai tandas, duduk di kursi sambil memijat kedua kaki.

"Nggak ada yang terlewatkan belanjaannya," ucap Alex memeriksa satu persatu kantong belanjaan. "Gadis baik." Alex menyunggingkan senyum.

Rasanya Sabrina ingin menyumpal mulut Alex dengan buah durian. "Apakah aku boleh istirahat dulu?" Sabrina meminta dengan tatapan sayu.

Alex berpikir sejenak. Jika Sabrina sampai sakit, ia pasti akan mendapat hukuman berat dari maminya. "Silahkan, jam tujuh malam sudah harus siap memasak, oke."

Sabrina mengangguk. Malas menjawab, ia hanya ingin membaringkan tubuhnya dikasur empuk walau sebentar. Sesampainya di kamar Sabrina memasang alarm, agar tak lupa dengan jadwal memasaknya. Ia perlahan memejamkan mata, tiga puluh menit rasanya cukup untunya tidur.

***

"Ingat, masakannya harus enak, jangan bikin malu aku didepan teman-temanku. Terutama kekasihku."

"Iya, Tuan," jawab Sabrina sambil menguap.

"Jorok banget sih, jangan sampai kamu masak sambil menguap. Nanti air liurmu jatuh kemakanan."

"Aku masih ngantuk," bela Sabrina.

Alex menghela napas berat. "Cuci muka lagi," titahnya angkuh.

"Aku itu sudah mandi, Tuan. Pesan catering saja biar lebih cepat dan masakannya pun pasti akan jauh lebih enak dan aku bisa istirahat."

Alex tersenyum sinis. "Buat apa aku punya pembantu kalau tak bisa diandalkan."

Huh! Terlalu kejam dan sangat menyebalkan, hartanya nggak akan habis buat pesan catering semalam saja. Terlalu, dia hanya ingin menyusahkanku saja, menunggu enam bulan untuk bercerai. Aku sudah mati duluan.

"Kenapa? Menyesal menikah denganku, mau cepat cerai. Silahkan."

Ayo, jujurlah. Cerai, katakan cupu, kamu ingin bercerai denganku. Agar aku bisa menikahi Karlina.

"Tidak, aku tidak mau bercerai. Lagian sebagai istri yang baik harus menyenangkan suaminya, bukan."

"Istri! Jangan mimpi." Alex meninggalkan Sabrina menuju kamarnya, tak disangka gadis ini berani menerima tantangannya dalam waktu enam bulan, uang. Pasti karena hal itu.

Malam harinya, tepatnya jam delapan malam. Teman-teman Alex mulai berdatangan, Sabrina hanya melirik para tamu yang hadir dari celah pintu dapur yang terbuka. Sepertinya hanya orang penting saja.

Sabrina kembali memasak, tak lama terdengar suara manja seorang wanita yang disambut baik oleh Alex. Bahkan mereka sampai mendaratkan ciuman.

Tak salah lagi, wanita cantik itu pasti pacarnya Alex. Tunggu! Sabrina merasa pernah melihat wanita itu, tapi dimana. Majalah, iya, tak salah lagi. Sabrina melihat wanita cantik berambut lurus kecoklatan itu dimajalah. Dia seorang model ternama. Wah, cantik sekali. Tubuhnya mbak gitar sepanyol, kulitnya juga putih bersih.

"Sayang, sejak kapan kamu pindah ke rumah ini lagi?" Karlina bertanya dengan manja.

"Tadi siang," jawab Alex sembari mengelus rambut Karlina.

"Kenapa nggak menghubungiku, aku kan bisa menemanmu."

Prang.

Suara gelas pecah dari arah dapur terdengar nyaring. Membuat Karlina menoleh keasal suara. Sabrina dengan gugupnya membersihkan pecahan kaca tersebut.

"Siapa dia, Sayang?!" Karlina bertanya dengan nada emosi.

Alex menarik tangan Karlina agar menjauh dari dapur, membawanya ke kamar. Memberi penjelasan bahwa gadis itu adalah wanita yang dinikahinya.

"Gadis itu istrimu?" Karlina menatap tak percaya sekaligus ingin tertawa. Rambut kepang dua, pakaiannya tak modis sama sekali. Bukan saingan Karlina wanita semacam itu. Akan tetapi, gadis cupu itu mempunyai aura cantik. Apalagi jika didandani.

Tak masalah, karena Alex hanya terpikat akan pesona Karlina saja. Pria mana yang tak akan terpesona dengan keindahan tubuh yang Karlina miliki, sempurna.

"Sepertinya mata Mami bermasalah, sehingga tak bisa membedakan mana wanita yang lebih pantas untukmu, Sayang." Karlina mengalungkan tangan dileher Alex.

"Jangan menggodaku saat ini, banyak temanku yang menunggu." Alex melepaskan tangan Karlina dari lehernya.

"Malam ini aku ingin menginap dan memanjakkanmu." Karlina mengelus pipi Alex agar kekasihnya ini mengizinkan.

"Tidak."

Karlina mengerucutkan bibir. "Kamu ingin menghabiskan malam dengan si cupu itu?"

"Tentu saja tidak, jangan malam ini. Aku lelah." Alex beralasan, ia takut maminya datang tiba-tiba.

"Sejak kapan kamu lelah saat bersamaku."

"Biar aku yang akan ke apartemenmu, percayalah. Aku nggak akan pernah tertarik pada si cupu, apalagi sampai menyentuhnya."

"Janji."

"Tentu saja, Sayang."

Terpopuler

Comments

👑👑🅚🅘🅝🅖👑👑

👑👑🅚🅘🅝🅖👑👑

ngga asyik blass...

2024-03-15

0

Rizal dody Zakaria

Rizal dody Zakaria

janji yg TK pernah di tepati

2022-07-03

0

Erlinda

Erlinda

Alex memang suami an******Ng..semoga kau kena karma. lagian Thor mamy nya Alex kok ga meng make over si Sabrina sih malah dibiarkan culun gitu. katanya sayang sama sabrina

2022-06-06

0

lihat semua
Episodes
1 Awal.
2 BAB. 2
3 BAB. 3
4 BAB. 4
5 BAB. 5
6 BAB. 6
7 BAB. 7
8 BAB. 8
9 BAB. 9
10 BAB. 10
11 BAB. 11
12 BAB. 12
13 BAB. 13
14 BAB. 14.
15 BAB. 15
16 BAB. 16
17 BAB. 17
18 BAB. 18
19 BAB. 19
20 BAB. 20
21 BAB. 21.
22 BAB. 22
23 BAB. 23
24 BAB. 24
25 BAB. 25
26 BAB. 26
27 BAB. 27
28 BAB. 28
29 BAB. 29
30 BAB. 30
31 BAB. 31
32 BAB. 32
33 BAB. 33
34 BAB. 34
35 BAB. 35
36 BAB. 36
37 BAB. 37
38 BAB. 38
39 BAB. 39
40 BAB. 40
41 BAB. 41
42 BAB. 42
43 BAB. 43
44 BAB. 44
45 BAB. 45
46 BAB. 46
47 BAB. 46 Bab sama, Efek ngantuk
48 BAB. 47
49 BAB. 48
50 BAB. 49
51 BAB. 50
52 BAB. 51
53 BAB. 52
54 BAB. 53
55 BAB. 54
56 BAB. 55
57 BAB. 56
58 BAB. 57
59 BAB. 58
60 BAB. 59
61 BAB. 60
62 BAB. 61
63 BAB. 62
64 BAB. 63
65 BAB. 64
66 BAB. 65
67 BAB. 66
68 BAB. 67
69 BAB. 68
70 BAB. 69
71 BAB. 70
72 BAB. 71
73 BAB. 72
74 BAB. 73
75 BAB. 74
76 BAB. 75
77 BAB. 76
78 BAB. 77
79 BAB. 78
80 BAB. 79
81 BAB. 80
82 BAB. 81
83 BAB. 82
84 BAB. 83
85 BAB. 84
86 BAB. 85
87 BAB. 86
88 BAB. 87
89 BAB. 88
90 BAB. 89
91 BAB. 90
92 BAB. 91
93 BAB. 92
94 BAB. 93
95 BAB. 94
96 BAB. 95
97 BAB. 96
98 BAB. 97
99 BAB. 98
100 BAB. 99
101 BAB. 100
102 BAB. 101
103 BAB. 102
104 BAB. 103
105 BAB. 104
106 BAB. 105
107 BAB. 106
108 BAB. 107
109 BAB. 108
110 BAB. 109
111 BAB. 110
112 BAB. 111
113 BAB. 112
114 BAB. 113
115 BAB. 114
116 BAB. 115
117 BAB. 116
118 BAB. 117
119 BAB. 118
120 BAB. 119
121 1. Season 2
Episodes

Updated 121 Episodes

1
Awal.
2
BAB. 2
3
BAB. 3
4
BAB. 4
5
BAB. 5
6
BAB. 6
7
BAB. 7
8
BAB. 8
9
BAB. 9
10
BAB. 10
11
BAB. 11
12
BAB. 12
13
BAB. 13
14
BAB. 14.
15
BAB. 15
16
BAB. 16
17
BAB. 17
18
BAB. 18
19
BAB. 19
20
BAB. 20
21
BAB. 21.
22
BAB. 22
23
BAB. 23
24
BAB. 24
25
BAB. 25
26
BAB. 26
27
BAB. 27
28
BAB. 28
29
BAB. 29
30
BAB. 30
31
BAB. 31
32
BAB. 32
33
BAB. 33
34
BAB. 34
35
BAB. 35
36
BAB. 36
37
BAB. 37
38
BAB. 38
39
BAB. 39
40
BAB. 40
41
BAB. 41
42
BAB. 42
43
BAB. 43
44
BAB. 44
45
BAB. 45
46
BAB. 46
47
BAB. 46 Bab sama, Efek ngantuk
48
BAB. 47
49
BAB. 48
50
BAB. 49
51
BAB. 50
52
BAB. 51
53
BAB. 52
54
BAB. 53
55
BAB. 54
56
BAB. 55
57
BAB. 56
58
BAB. 57
59
BAB. 58
60
BAB. 59
61
BAB. 60
62
BAB. 61
63
BAB. 62
64
BAB. 63
65
BAB. 64
66
BAB. 65
67
BAB. 66
68
BAB. 67
69
BAB. 68
70
BAB. 69
71
BAB. 70
72
BAB. 71
73
BAB. 72
74
BAB. 73
75
BAB. 74
76
BAB. 75
77
BAB. 76
78
BAB. 77
79
BAB. 78
80
BAB. 79
81
BAB. 80
82
BAB. 81
83
BAB. 82
84
BAB. 83
85
BAB. 84
86
BAB. 85
87
BAB. 86
88
BAB. 87
89
BAB. 88
90
BAB. 89
91
BAB. 90
92
BAB. 91
93
BAB. 92
94
BAB. 93
95
BAB. 94
96
BAB. 95
97
BAB. 96
98
BAB. 97
99
BAB. 98
100
BAB. 99
101
BAB. 100
102
BAB. 101
103
BAB. 102
104
BAB. 103
105
BAB. 104
106
BAB. 105
107
BAB. 106
108
BAB. 107
109
BAB. 108
110
BAB. 109
111
BAB. 110
112
BAB. 111
113
BAB. 112
114
BAB. 113
115
BAB. 114
116
BAB. 115
117
BAB. 116
118
BAB. 117
119
BAB. 118
120
BAB. 119
121
1. Season 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!