Sabrina menjadi pusat perhatian seusai menyodorkan minuman dan cemilan kepara tamu. Ada yang menatapnya secara intens dari atas sampai bawah, membuat Sabrina merasa risi dengan tatapan pria tersebut.
"Cantik juga, bodynya kayaknya seksi tuh," ucap seorang pria dengan perawakan tinggi kurus.
"Sayang, terhalang baju longgar."
"Siapa dia? Baru kali ini melihatnya, biasanya juga hanya pembantu yang sudah tua, berdaster. Ini kayaknya masih gadis."
"Kayaknya si Alex punya selingkuhan."
"Nggak mungkin, ceweknya dah sempurna kayak gitu."
Bisik-bisik para pria terdengar oleh Alex, yang sedari tadi menyimak tanpa disadari oleh para sahabatnya.
"Ada apa ini?" Alex bertanya sembari menepuk pundak sahabatnya.
"Hey, Lex. Tuh cewek masih gadis, ya. Bagi kita dong."
"Sialan kalian! Itu hanya pembantu saja."
"Sayang sekali, masih muda sudah jadi pembantu," jawab pria berambut pirang berlesung pipi itu, matanya memperhatikan gerak-gerik Sabrina yang sedang menata makanan di meja makan.
"Jangan ada yang menganggunya, dia kesayangan Mami."
"Kok, bisa. Curiga nih, jangan-jangan pembantu di kasur lagi," suara tawa itu terdengar nyaring meledek Alex.
"Diam kalian, mau ku sumpal tuh mulut." Alex memasang raut wajah emosi.
"Tenang, Lex. Santai saja, kita-kita cuma bercanda saja." Seorang teman menautkan kedua alisnya.
"Cewek cupu gitu kalian, mau. Katarak mata kalian semua itu," cerca Alex duduk di sofa menikmati secangkir kopi yang Sabrina buat. Alex memejamkan mata sejenak, rasa kopinya sangat berbeda. Enak ... tidak. Enak dari mananya kopi buatan si cupu.
Sabrina yang berada di dapur di kagetkan oleh suara seorang pria yang menyapanya, senyumnya ramah. Pria ini adalah yang memperhatikannya sejak tadi.
"Boleh aku duduk disini?"
Sabrina ragu-ragu menjawabnya. Namun, pria ini adalah tamu suaminya, sebisa mungkin ia harus ramah.
"Tentu saja, silahkan duduk Tuan," jawab Sabrina.
"Sudah berapa lama kamu bekerja di rumah Alex?"
"Baru dua hari." Sabrina gugup, pria ini seakan menginterogasinya.
"Jangan takut, aku tidak akan bertingkah buruk padamu gadis polos." Pria berlesung pipi itu tersenyum, Sabrina seakan terbang keangkasa. Tampan dan manis sekali, baru pertama kali ia mendapat sapaan dari pria tampan.
"Andra, aku cariin. Tahu-tahunya di dapur." Suara Alex memecah lamunan Sabrina.
"Aku minta di buatkan kopi, sepertinya kopi buatan gadis ini enak." Andra melirik Alex. Teringat saat ia melihat raut wajah Alex begitu menikmati kopi buatan Sabrina, karena ekspresi itu baru pertama dilihat oleh Andra. Bagi seorang Alex tak mudah memuji kenikmatan makanan lewat ekspresinya, karena dia itu adalah tipe pria yang sangat acuh.
"Kopi buatan gadis ini nggak enak sama sekali, kamu nggak akan menyukainya," cerca Alex melirik Sabrina.
Andra mengangkat kedua bahunya. "Sabrina, sepertinya kamu harus hati-hati dengan jurus rayuannya. Jangan sampai dia membawamu terjerumus pada sebuah hubungan terlarang."
"Sialan, Kau." Alex melemparkan apel. Dengan sigap Andra menangkapnya dan tertawa.
"Kamu jangan keganjenan ya, Sabrina." Pringatan dari Alex adalah sebuah ancaman yang menakutkan.
"Iya, Tuan." Sabrina menghela napas berat, dia itu capek dengan pekerjaan. Masih saja dicurigai, rasanya tak adil dan serba salah. Sabar, Sabrina. Hanya enam bulan saja. Ingat, enam bulan. Dan setelah itu kamu bebas dari pria bule arab itu.
Waktu menunjukkan jam sebelas malam. Mata Sabrina sudah sangat mengantuk. Namun, pesta sang tuan rumah belum juga selesai, mereka malah asik karokean dan berjoget ria. Alex terlihat menari penuh kemesraan bersama Karlina, dan sesekali berciuman. Sabrina yang melihat itu semua rasanya ingin muntah saja.
Andra Wilson, pria tampan dan manis itu memberi kartu namanya kepada Sabrina. Barangkali suatu hari nanti Sabrina akan membutuhkannya. Dia adalah seorang mengusaha restoran.
"Aku harap kamu mau datang untuk melamar kerja ditempatku, dari pada bekerja jadi pembantu."
Sabrina hanya mengucapkan terimakasih dan tersenyum. Andra terpesona pada senyum Sabrina yang manis itu, apalagi wajah polosnya membuat Andra penasaran. Dandanan rambut kepang duanya itu menarik, menurut Andra. Sabrina sampai tersipu malu.
Andra menebak, jika gadis ini masih berumur delapan belas tahun. Dan ternyata benar tebakannya itu, enam bulan lagi Sabrina genap sembilan belas tahun. Tepatnya dihari berakhirnya pernikahan Sabrina dan Alex.
Itu tandanya Sabrina akan menjadi janda diusianya yang terbilang muda. Oh, ya ampun. Setidaknya ia punya status walau jadi janda muda.
"Kanapa melamun?" Andra menilik ketertegunan Sabrina.
"Tidak apa-apa, aku hanya mengantuk saja." Mata sayu itu memang terlihat letih. Namun, Sabrina masih terlihat manis dan imut.
Sayang sekali kamu jadi pembantu, padahal aku lihat kamu itu cantik dan manis. Seandainya aku yang lebih dulu bertemu, kamu akan aku jadikan kekasihku.
Suara jam berbunyi, menandakan sudah larut malam. Tepat jam dua belas malam pesta itu selesai. Para tamu dan sahabat Alex pulang, menyisakan rumah berantakkan yang harus Sabrina bereskan kembali.
Namun, tidak dengan Karlina. Wanita itu menginap walau Alex memaksanya untuk pulang. Ada kekhawatiran dalam diri Karlina kalau Alex akan menghabiskan malam dengan wanita cupu itu.
"Izinkan aku untuk tidur," rengek Sabrina kepada Alex, tak sanggup jika harus membereskan rumah malam ini.
"Nggak bisa, dong. Rumah kekasihku ini harus bersih kembali. Kamu itu sebagai pembantu jangan malas."
"Tapi ...."
"Nggak ada tapi-tapian, kerjakan tugasmu!" bentak Karlina mendorong bahu Sabrina, merasa puas bisa mengerjai wanita yang sudah mengambil haknya menikah dengan Alex.
Sedangkan Alex sama sekali tak peduli dengan nada kasar kekasihnya itu pada Sabrina. Mereka berdua berlalu pergi menuju kamar.
Sabrina malah terisak di dapur. Ia merasa sepi, dulu ia bisa tersenyum dikala ayahnya masih hidup. Melindungi dan memberi kenyamanan dengan sikap lembutnya yang penuh cinta dan sayang. Ayahnya adalah cinta pertama untuk Sabrina, pria pertama yang melindunginya dengan segenap jiwa dan raga.
Namun, sekarang. Sepi dan rapuh jiwanya, kenyataan yang harus diterimanya adalah dinikahi pria yang menurutnya kejam dan tak berperasaan. Tak ada cinta dan sayang, hanya sebuah hinaan dan sindiran yang didapat.
Sehari bersama Alex, serasa satu minggu. Satu minggu serasa sebulan lamanya. Apakah Sabrina sanggup bertahan? Apalagi kekasih Alex sudah mulai kasar, wanita itu pasti merasa cemburu karena Alex sudah menikahi Sabrina.
Tepatnya jam empat pagi. Sabrina baru selesai membereskan rumah, tubuhnya terasa lemas. Membaringkan tubuh di sofa dan tertidur disana.
"Cupu! Bangun." Karlina memukul tubuh Sabrina dengan bantal sofa.
"Apa?" Sabrina membuka mata dengan susah payah, matanya terlalu berat karena masih mengantuk.
"Ini tuh sudah jam lima pagi, buruan bikin sarapan. Kekasihku mau berangkat ke kantor, malas banget jadi pembantu."
Bukannya Alex itu kekasihmu, kenapa harus menyuruhku? Bukannya tugas seorang pacar itu memanjakan pasangannya, bukan aku yang malas. Tapi kamu.
Ingin rasanya Sabrina meneriakan kata tersebut, sayangnya. Hanya bisa menggerutu dalam hati saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Surati
kapan Sabrina jadi kuat melawan Alex
2022-11-12
0
Erlinda
hadeeeh sinetron ikan terbang lagi nampak nya .istri disiksa dizholimi..dihina dan diusir dari rumah .nanti ujung ujung nya menyesal ,minta maaf dan dimaafkan .hehehe .kayak ga punya ide aja thor.bikin yg bermutu dikit napa..
2022-06-06
0
Dewi Soraya
mles lm2 bcny ko bs dibkin sebodoh ni.pny kaki ko g buat kbur.drpd bersihin rmh dak kbur.lgpula nertuany dh tw sabrina disiksa trs ko bsn2ny sabrina dilepas m ankny aneh
2022-06-01
0