Sudah jam sembilan malam. Belum ada tanda-tanda pria jahil itu pulang, apa terjadi sesuatu kepada pria itu. Ah, bodo amat, seharusnya Sabrina senang pria itu tidak pulang agar tak menyusahkannya lagi. Tapi, ada rasa khawatir. Sabrina jadi teringat akan ucapan Bi Eis yang mengatakan, kalau ia tuh harus patuh kepada suaminya. Apapun yang terjadi, apa Sabrina harus menelponnya. Tapi ia tak punya nomor telepon Alex. Sungguh terlalu, bahkan Alex sendiri tidak memberitahukan nomor handphone-nya.
Mungkin karena pernikahan mereka itu hanya sebuah perjanjian, tapi pernikahan ini Sabrina yang sangat dirugikan. kehormatan yang selama ini dijaganya sudah Alex renggut dan kebebasan di masa remajanya pun sudah hilang karena sebuah pernikahan, dan rumah tangganya juga tak bahagia. Huh, Sabrina merasa letih dengan hubungan yang baru saja di jalani, baru tiga hari saja rasanya sudah berbulan-bulan.
Bagaimana jika nanti Mami mertuanya itu menelpon, menanyakan keadaan Alex. Sabrina harus menjawab apa? Ia malah bingung sendiri mondar-mandir depan televisi yang sedang menyala, karena bosan dan belum bisa tidur Sabrina memilih menonton film drakor romantis yang sangat disukainya itu.
Seandainya saja hubungannya dengan Alex bisa seromantis seperti yang ada dalam film yang kini sedang dilihatnya. Namun, tak mungkin. Sabrina kamu jangan kebanyakan mimpi. Ya, setidaknya Alex bersikap baik kepadanya dan tidak menyusahkannya. Walaupun dia tidak bersikap kasar hanya menyuruhnya membereskan rumah dan menganggapnya sebagai babu. Namun, tetap saja itu terkadang membuat sakit di hati.
Karena, yang dalam bayangan Sabrina selama ini menikah itu adalah hal yang indah. Bisa saling berbagi cinta, berbagi kasih sayang, saling perhatian peduli sama lain, walaupun terkadang dalam rumah tangga itu ada sebuah percekcokan. Namun, hal itu adalah bumbu dalam mahligai rumah tangga dan dengan pertengkaran terkadang akan membawa sebuah pelajaran agar ke depannya bisa lebih baik lagi bersama pasangan.
Dia nggak pulang aku panik, dia ada di rumah aku kesusahan dan nggak bisa tidur nyenyak. Dia nggak ada tak memberi kabar itu jauh lebih menegangkan. Takut kecelakaan, atau bunuh diri karena putus cinta. Ah, mana ada pria perayu wanita bunuh diri, yang ada cari penganti dan menghabiskan malam dengan bersenang-senang.
Sabrina mematikan televisi menuju kamarnya untuk tidur, pria itu pasti tak akan pulang. Dalam pikiran Sabrina kalau Alex sedang bersenang-senang dengan wanita lain di luar sana. Bukankah itu kesenangannya, tapi ada rasa tak nyaman juga di rumah sebesar ini ia sendirian. Bagaimana kalau ada hal-hal yang menakutkan? Terlalu banyak menonton film horor membuat pikiran Sabrina melayang kemana-mana. Menutup seluruh tubuhnya dengan selimut benar-benar ketakutan, takutnya ada selembar kain putih berambut panjang yang melayang seperti di film-film ketika sedang sendiri.
Baru saja Sabrina akan memejamkan mata setelah berhasil mengusir ketakutannya, sayup terdengar sebuah langkah kaki yang tiba-tiba saja membuat bulu kuduknya berdiri. Mana mungkin adanya 'Nyi Kun' berjalan di ruang tamu dengan memakai high heel untuk menakuti dirinya.
Jantung Sabrina berpacu cepat seolah-olah akan menghadapi sebuah adrenalin yang menegangkan, keringat dingin bercucuran dari dahi. Meremas guling dibawah selimut yang kini dilakukannya.
Suara pintu kamar Sabrina terbuka. Dia lupa tidak mengunci pintu kamarnya, suara langkah kaki semakin terdengar mendekat. Membuat jantung Sabrina berdebar lebih cepat. Pencuri, pasti pencuri.
"Arkkkkhh!" jerit Sabrina saat seorang pria menindih tubuhnya.
Mata Sabrina membulat sempurna. "Tuan Alex."
Apa dia mabuk lagi? Tidak, sama sekali tidak tercium bau alkohol. Lantas kenapa?
Tubuh Sabrina benar-benar gemetar. Alex menatapnya dengan marah, seolah Sabrina itu adalah musuhnya.
"Karena kehadiranmu aku bertengkar dengan Karlina." Napas Alex memburu.
Pria itu kini terlihat bagaikan Macan yang siap melahapnya habis.
Alex menjauh dari tubuh Sabrina. Lega, gadis itu merasa lega melihat Alex menuju pintu. Pria itu pasti akan keluar dari kamar. Salah, dia malah mengunci pintu kamar Sabrina. Apa yang ingin dilakukannya lagi?
Sabrina benar-benar ketakutan. Apalagi Alex melepas kemeja yang di pakainya, Sabrina sampai menutup mata. Alex meloncat ke kasur kembali dengan raut wajah yang sulit diartikan.
"Aku ingin merasaimu kembali dalam keadaan sadar."
Tunggu, maksudnya. Sabrina menelan salipanya kuat-kuat, tenggorokannya terasa kering.
Alex mendorong tubuh Sabrina terlentang di kasur kembali. Ancang-ancang untuk lari tidak bisa dilakukan.
"Maaf jika aku punya salah, tapi jangan hukum aku seperti ini aku tidak mau." Sabrina mulai menangis ketakutan.
Alex tak peduli, mengikat kedua tangan Sabrina dengan dasi agar tak bisa melawan. Mulut Sabrina di perban agar tak mengoceh, ia tak peduli kalau gadis kecil ini menangis yang ada dalam pikiran Alex saat ini adalah ia harus menuntaskan keinginannya untuk bercinta.
Tak sehelai benangpun yang menutupi keduanya. Sabrina benar-benar merasa malu dengan keadaan seperti ini. Alex benar-benar buas menghujam tubuhnya tanpa henti seolah-olah melampiaskan kemarahan karena itu yang Sabrina rasakan, rasanya sangat sakit sekali. Apa yang Alex minum sebelum mereka melakukan hubungan, seakan tak ada lelahnya pria itu melakukannya kepada Sabrina.
Gadis ini benar-benar memuaskanku, ternyata tubuh gadis ini indah berisi dan membuat mata ini ingin terus menatapnya.
Alex merasa belum puas, sampai ia tak menyadari kalau Sabrina pingsan dibuatnya.
Sial, baru segitu saja sudah pingsan. Dasar lemah.
Alex benar-benar kesal, kenikmatannya harus terhentikan karena sang gadis tak sadarkan diri. Alex menghapus air mata Sabrina, membuka perban di mulutnya dan dasi yang mengikat tangan gadis itu.
Kasihan, kenapa harus ada rasa kasihan. Alex harus merasakan luka karena gadis ini. Karlina adalah wanita yang sangat dicintainya, aku nggak akan melepaskanmu sampai aku benar-benar merasa puas.
Tangan Alex tak lepas dari sebuah gundukan kenyal yang berisi, ukurannya besar memuaskan mata Alex untuk terus menyesapnya. Tak boleh ada orang lain yang tahu akan keindahan tubuh gadis cupu ini.
Tak sabar karena Sabrina masih tidak sadar juga. Ia pun mengambil sebuah minyak gosok dari laci, menggosokan ke hidung Sabrina agar cepat sadar, ingin merasai kembali tubuh gadis cupu itu. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Sabrina sadar.
Matanya terbuka, melihat Alex yang kini berada tepat di atas tubuhnya dengan seringai yang memburu, membuat Sabrina kembali ketakutan. Apalagi saat melihat pusaka berharga milik Alex membuat Sabrina kembali pingsan.
Alex membelalakan mata. Bagaimana bisa Sabrina kembali pingsan? Benar-benar sial! Iya tak bisa menuntaskan kenikmatan yang baru dirasakan. Alex memang sudah berjanji dalam surat perjanjian nggak akan menyentuh Sabrina lagi. Namun, entah kenapa. Ia merasa penasaran teringat ucapan sahabatnya, Andra. menyebut Sabrina memiliki bentuk tubuh yang seksi membuat Alex penasaran. Alex memang pernah menyentuh tubuh Sabrina, namun dalam keadaan mabuk. Jadi ia tak bisa memperhatikan seperti apa keindahan tubuh gadis yang selalu dikatainnya cupu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Surati
Lex....itu istrimu bukan jalangmu. 😬😬😬
2022-11-12
0
Erlinda
malas aq membacanya ..jujur ini seperti melecehkan kaum wanita .author nya berhati iblis
2022-06-06
0
Dewi Soraya
alah g seru.yg cwek kelewat bodohny
2022-06-01
0