Setelah Alex pergi. Sabrina kembali ke kamar, bergegas menuju kamar mandi. Berendam di bak mandi dengan air hangat, aroma mawar yang menyegarkan dari sabun yang dipakainya membawa ketenangan. Lagi dan lagi Alex seperti itu, bilangnya. Nggak akan pernah tergoda sama gadis cupu, nyatanya berulang kali menyalurkan hasratnya.
Baru saja keluar dari kamar mandi, terdengar suara bunyi bell berbunyi. Sabrina tergesa mengambil baju dari lemari dan memakainya. Siapa yang datang? Sabrina bertanya dalam benak, sambil berjalan menuju pintu. Kalau Mami mertuanya yang datang selalu memberi kabar terlebih dulu.
"Selamat sore, Non," sapa dua orang wanita paruh baya setelah Sabrina membuka pintu.
"Selamat sore juga, Bi." Sabrina terlihat bingung karena baru pertama kali bertemu dengan kedua wanita tersebut.
"Kenalkan, saya Bi Ane. Biasa dipanggil Bibi An."
"Saya Bi Armi, biasa dipanggil Bibi Ar," ucap keduanya memperkenalkan diri.
Sabrina menyapa keduanya dengan baik dan mempersilahkan mereka masuk, mempersilahkan duduk di sofa. Mengobrol kembali dan menanyakan keperluan mereka. Ternyata Bibi Ane dan Bibi Army itu adalah asisten rumah tangga yang selalu mengurus rumah Alex sebelumnya. Alex sengaja mencutikan mereka karena mengatakan ada asisten rumah tangga baru yang harus dilatih olehnya seorang. Namun, mereka kembali datang karena disuruh Mami Tiwi untuk membantu Sabrina.
Setelah Mami Tiwi memberikan penjelasan kalau Alex itu sebenarnya sudah menikah dan Sabrina itu adalah istrinya. Namun, tak boleh ada siapapun yang tahu, itu syarat dari Alex.
Sabrina akhirnya bisa bernapas lega, di rumah sebesar ini dia tidak sendiri dikala Alex sedang tidak ada. Dan nyamannya lagi kalau Alex ada di rumah, pria itu tak akan bisa lagi menindasnya. Mami Tiwi memang bagaikan malaikat penolong untuk Sabrina.
"Non belum makan, kok lemes banget?"
"Apa nggak enak badan?"
Kedua wanita paruh baya itu benar-benar perhatian kepada Sabrina, dan terlihat ketulusan dari binar mata mereka. Sabrina menggeleng, ia baik-baik saja. Hanya saja ia merasa letih mungkin karena Alex selalu mengganggunya.
"Istirahatlah di kamar, Non. Biar kami membuatkan makanan."
"Tidak usah, Bi. Aku bisa masak sendiri, Bibi baru saja datang pasti cape. Istirahat dulu saja."
"Ini sudah menjadi tugas kami melayani majikan, istrahatlah Non," titah mereka kembali kepada Sabrina.
Sabrina pun menuruti, memang ia sangat lelah sekali dan ingin istirahat. Sembari tersenyum Sabrina kembali ke kamarnya.
Bi Ane dan Bi Armi terlihat terkejut melihat jalan Sabrina, mereka berdua sampai geleng-geleng kepala.
"Sepertinya Tuan muda terlalu bersemangat sekali."
"Iya, kasihan Non Sabrina. Digempur tiap malam kayaknya."
"Kita buatkan jamu kebugaran saja, biar tubuh Non Sabrina lebih segar dan staminanya pulih kembali."
"Nah, benar itu." Kedua asisten itu segera menuju dapur untuk memasak.
Tiga puluh menit kemudian. Bibi An mengantarkan makanan ke kamar Sabrina, ternyata gadis itu berada di balkon kamar sambil duduk di kursi kayu.
"Makan dulu, Non."
Sabrina menoleh sambil mengucapkan terimakasih, karena Bibi An sudah bersedia mengantar makanannya sampai ke kamar. Setelah itu Bibi An berpamitan, masih ada pekerjaan yang harus dilakukan.
Sabrina menikmati makan sorenya rasanya nyaman, santai, tak ada gangguan, terutama dari pria mesum itu. Sabrina malah berpikir kalau Alex tidak hanya bekerja, melainkan bersenang-senang mencari wanita lain di luar sana. Karena menurut Sabrina pria seperti itu tak akan puas hanya dengan dua atau tiga wanita saja.
Memang benar. Alex memiliki banyak wanita dan sering mengencaninya, setelah bosan dihempaskan dan mencari yang lebih asyik. Setelah bertemu dengan Karlina, Alex menjadi pria yang sangat liar tak terkendali. Itu yang membuat Tiwi dan Tanto tak suka pada gadis itu. Gadis, sepertinya Karlina bukan seorang gadis dan hanya Alex yang tahu akan hal itu.
Seandainya kenyamanan ini bisa bertahan lama. Sabrina berharap, Alex nggak akan cepat pulang. Sampai berdoa pekerjaan si bule arab itu tak akan cepat selesai.
***
"Tuan nggak pergi keluar malam ini?"
"Malas, aku capek sekali," jawab Alex, pria itu memilih tiduran di kasur. "Rey, telepon Mami sekarang?"
Rey membulatkan mata, melirik jam di dinding. Ini sudah jam dua belas malam, Mami pasti sudah tidur. "Nggak berani, Tuan."
"Apa sih yang kamu takutkan dari Mami, dasar payah."
"Mami itu lebih seram dari algojo, ancamannya bikin bulu kuduk berdiri."
"Ah, kamu disuruh gitu saja susah amat. Biar aku saja yang meneleponnya."
Rey mengangkat kedua bahu. "Terserah, Tuan muda saja."
Alex menelepon Maminya. Namun, belum juga ada jawaban. Pasti lagi nganu, jam segini Mami biasanya belum tidur.
"Heh! Bule arab, nggak tahu waktu banget ya. Gangguin orang tua lagi tidur." Suara melengking itu mengagetkan Alex, telinganya pun berasa berdengung.
"Biasa saja dong Mi, ngomongnya, kayak pake toa. Paling juga lagi main kuda-kudaan sama Papi." Alex malah terkekeh.
"Bule nggak ada akhlak, Mami lagi datang bulan. Mana bisa main kuda-kudaan, kenapa jam segini belum tidur. Jangan bilang sepulang meeting main ke klub, dan sekarang lagi senang-senang di ranjang."
"Tidak, Mi. Aku itu anak baik kalau lagi sadar."
"Awas ya, Lex. Jika kamu bertingkah macam-macam lagi, Mami nggak akan beri ampun!" ancam Mami Tiwi seketika membuat Alex susah bernapas, seperti tercekik.
"Sabar, Mi. Nanti darah tingginya kumat, aku cuma mau minta nomor si cupu."
"Ngomong yang jelas dari tadi, bikin Mami emosi saja! Makanya, kalau punya istri itu dihargai jangan malah dianggap babu yang sering kamu lakukan!" Tiwi memutuskan pembicaraan.
Rey tertawa terpingkal usai melihat ekspresi wajah Alex yang terkejut karena bentakan Maminya. Sudah menduga kalau hal itu akan terjadi. Alex akan kena marah, ingin sekali mengatakan kalimat 'syukurin, memang tau rasa' tapi Rey tak mau kalau sampai dipecat oleh Bosnya itu.
"Berhenti tertawa, atau aku sumpal mulutmu itu." Alex kesal ditertawakan. Tak lama ada sebuah pesan masuk dari maminya, mengirimkan nomor Sabrina.
"Kangen ya, Tuan. Sama Non Sabrina yang imut itu."
"Tidak, lah, untuk apa aku kangen sama si cewek cupu. Nggak level."
"Eum ... bilang saja ngengsi."
"Ini pacarku yang paling aku cinta, karena Mami aku jadi nggak bisa menikahinya."
"Pilihan Mami jauh lebih baik, Tuan. Dan lagi Karlina itu belum tentu tulus mencintai Tuan muda."
"Aku percaya, Karlina itu tulus mencintaiku, bukan semata-mata karena harta saja. Dia yang menemani hari-hariku dikala sepi. Rey, menurutmu apa hadiah yang bagus untuk wanita yang sedang marah?"
"Kasih bunga saja, atau perhiasan."
"Akan aku pertimbangkan saranmu."
"Bukannya hampir tiap minggu tu cewek belanja perhiasan?" Rey memastikan, mengetahui kalau Karlina itu sangat boros dan terlalu sombong.
"Kamu benar, entahlah aku bingung. Karlina kalau marah susah dibujuk."
Rey memberi saran agar Alex melupakan Karlina. Dan menjalani pernikahannya dengan Sabrina. Namun sayangnya, Alex menjawab hal itu nggak pernah bisa terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
lovely
smoga yg Bucin duluan sxli alex
2022-05-10
0
Mama amiinn Asis
iya thor bikin sabrina hamil spy alex jd bucin habis
2022-03-26
0
Gorro Gorro Torro
makin seru nih... semangat terus up nya...
2021-11-25
0