"itu semua milikmu"kata-kata Haikal membuat Nidia terpana selama beberapa saat. dia tidak tau bagaimana menanggapinya, terkejut! itulah yang paling dia rasakan. tak pernah sedikitpun terbersit dalam pikirannya jika awal pertama masuk rumah itu dia akan dijemput dengan pemandangan kamar yang memukau.
"Iyaa.. Haikal benar. itu semua milikmu"Bu Saraswati ikut membenarkan"kemarin setelah kamu pulang dari rumah sakit, mama meminta Haikal menyiapkan kamar itu untukmu sudah harus lengkap dengan perlengkapan kebutuhan wanita."kali ini Bu Saraswati menyampaikan dengan lembut seraya menepuk-nepuk tangan Nidia dengan sayang" bukankah tadi mama bertanya apa kamu sudah membuka jendelanya?"Nidia masih terpaku "itu karena balkon kamarnya memiliki pemandangan yang sangat indah. jadi kamu tidak akan bosan tinggal disana" Nidia tertunduk, berbagai pikiran berkecamuk dalam hatinya.
"Nak, mengapa diam? kau tidak senang?"tanya Bu Saraswati mengamati wajah Nidia yang tertunduk "sayang sekali, padahal mama berharap itu kejutan yang menyenangkan untukmu" Bu Saraswati mendesah kecewa
"Ah, bukan begitu Ma.."Nidia menyela cepat melihat kekecewaan Dimata wanita paruh baya didepannya. seketika senyum ceria tercipta diwajahnya "Nidia senang, sangat senang..."kata Nidia dengan ekspresi secerah mungkin. "Nidia hanya terkejut..hehehe"kata Nidia sambil tertawa.
mata Haikal lekat menatap gadis didepannya, dia tau tawa Nidia hanya palsu. gadis itu terlihat tidak senang, tapi dia berusaha menyembunyikannya karena menghargai perasaan sang empu ide.
"Apa yang membuatnya merasa tidak senang? bukankah semua wanita suka jika diberikan barang-barang bagus? pakaian mewah, perhiasan dan alat kecantikan? itulah yang dikatakan sekretarisnya kemarin sore saat dia meminta Ferdi menanyakan perihal kesukaan wanita.
"Terima kasih pak Haikal, sudah merepotkan bapak.."kata Nidia dengan hormat membuat pria itu agak mengeryit" kamarnya sangat bagus"kata Nidia tersenyum cerah kearah pria itu.
"Hmm.."gumam Haikal mengiyakan. tak berselang lama bik Asni datang dan mengabarkan bahwa makan siang sudah siap.
dimeja makan, Nidia dipersilahkan makan bersama Bu Saraswati dan Haikal. awalnya dia menolak, tapi sekali lagi kata-kata Bu Saraswati tidak bisa ditolak. akhirnya dengan perasaan canggung yang teramat dalam, Nidia ikut duduk untuk makan bertiga. sebelum dia menyendok nasi untuk dirinya sendiri, terlebih dahulu dia menyendok untuk Bu Saraswati. mengambil makanan sesuai menu yang diarahkan oleh dr Bastian untuk dikonsumsi wanita itu selama dalam masa pemulihan.
Hati Bu Saraswati menghangat dengan perhatian Nidia. dia tau gadis itu melayaninya dengan tulus, senyumnya sama seperti senyum yang dia tampakkan pada Bu Rahma. senyum tulus yang sudah jarang dia lihat selama ini.
"Mengapa aku merasa begitu akrab dengan anak ini?, seolah-olah ada ikatan tak kasat mata yang sudah ada sejak dulu. dimana aku pernah bertemu dengannya?"batin Bu Saraswati. tapi semakin banyak dia berfikir makin buntu pula permikirannya. dia merasa sangat mengenal Nidia, tapi dia juga ragu karena ini adalah pertemuan pertama mereka.
***
Setelah membantu Bu Saraswati meminum obatnya dan mengantarnya sampai kekamar, Nidia kembali memasuki kamar yang di tinggalkannya tadi. menatap sejenak sekeliling dia kembali mendesah berat. perubahan ini begitu tiba-tiba, kemewahan ini begitu mendadak, pemberian ini sangat tidak masuk akal. apakah dia bermimpi? Nidia mencubit lengannya dan dia kembali meringis karena merasakan sakit pada cubitannya. tidak, dia tidak sedang bermimpi. ini sangat nyata, dia seperti Cinderella dalam dongeng.
Tapi.. semakin dia menyadarinya, dia bukannya merasa senang tapi merasa sangat takut. takut jika nanti ini akan berubah kembali menjadi mimpi buruk seperti yang terjadi beberapa bulan yang lalu. takut, jika ini hanyalah fatamorgana yang berbalik menjatuhkannya lagi dan lagi. hatinya benar-benar diliputi kekhawatiran.
Dulu saat dia menjalin hubungan dengan Sopian, meski dia sangat mencintai pria itu. tapi dia selalu menolak segala pemberiannya, saat Sopian membelikannya satu set perhiasan, dia menolak dengan mengatakan bahwa itu terlalu mahal untuknya. meski Sopian sempat merajuk padanya karena penolakannya itu, tapi dia tetap bersikukuh dengan prinsipnya. mendiang Ibu dan Ayahnya selalu mengatakan agar dia tidak mengambil keuntungan pribadi pada kebaikan orang lain padanya.
suatu kali Sopian memaksanya belajar mengemudikan mobil karena dia sudah membeli mobil atas nama Nidia, tapi lagi-lagi dia menolak. mereka bahkan sempat tak bicara selama seminggu karena Sopian benar-benar marah padanya
"Kamu kenapa sih selalu menolak pemberianku? jangan-jangan kamu memang tidak benar-benar mencintai aku?"kata sopian dengan marah.
"Kalau aku tidak mencintai kamu, kita tidak akan bertahan selama ini"sela Nidia
"lalu kenapa kamu selalu menolak pemberian dariku?"
"Karena aku belum memiliki hak untuk itu"Nidia bersikukuh
"Sikapmu ini, membuatku ragu dengan perasaanmu padaku"Sopian tetap marah "aku memberikan dengan tulus apa yang aku miliki untukmu, bagiku milikku adalah milikmu juga. aku punya uang, dan aku ingin kamu bisa ikut menikmatinya"
Nidia tersenyum getir, tak pernah terfikir olehnya bahwa dia akan kehilangan pria yang mengatakan siap merelakan dan melakukan apapun untuknya. dia tak bisa membayangkan, bagaimana dia bisa mengembalikan semua uang dan perhiasan yang diberikan oleh Sopian ketika dia memilih meninggalkan pria itu seminggu sebelum hari pernikahan mereka.
Lembaga Adat desanya, memberikan sangsi adat kepadanya karena membatalkan pernikahan saat segala persiapan sudah matang dan tinggal menunggu hari H. dia harus mengembalikan segala biaya pernikahan yang telah diberikan oleh pihak mempelai pria. tentu saja, hal itu tak perlu dilakukan jika dia tetap mau menjalani pernikahan itu, tapi Nidia sudah bulat dengan keputusannya. walau beberapa tetangga menyarankan agar dia menikah dulu kemudian bercerai jika tak ingin lagi bersama demi menghindari pengembalian biaya nikah, tapi dia memilih tidak melakukannya.
Bercerai lagi dengan Sopian, tidak akan semudah membalikan telapak tangan. ketika cinta pria itu telah berubah menjadi obsesi.
"tidak ada yang namanya makan siang gratis , segala kebaikan pasti ada timbal baliknya"
Nidia menggeleng berkali-kali, mencoba melepaskan ingatan masa lalu yang menari-nari diatas kepalanya "Ah Nidia bagaimana kamu bisa su'uzon pada orang yang sudah berbuat baik padamu?"tanya hatinya kesal "bukankah semua ini adalah keinginan bu Saraswati?, Haikal hanya mematuhi keinginan ibunya..lagi pula apa yang terjadi antara dirinya dan Sopian adalah masa lalu, dia seharusnya tidak mengaitkan itu dengan yang dilihatnya sekarang"Nidia berbicara dengan dirinya sendiri "jangan terlalu baper Nidia. siapa kamu sampai berfikir yang aneh-aneh... sadarlah"sekali lagi Nidia menegur dirinya sendiri
Dia menguatkan hatinya bahwa apa yang dilihatnya ini bukanlah awal yang buruk. ini adalah anugrah Tuhan padanya seperti yang Siska katakan.."baiklah Nidia, berhenti berfikir yang tidak-tidak... sebaiknya kamu sholat dan serahkan segalanya kepada Sang Pemilik Takdirmu" gumamnya lagi. kemudian bangkit dari tepi ranjang. melangkah kearah kopernya dan mengeluarkan handuk dan mukena dari sana...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Umi Umi
mungkin ibunya nidia sahabatmu bi saras
2022-09-03
0
Lely Kallin
beruntungnya nidia
2021-07-31
1
Asvien Cell
kek ny, ibu ny h@ikl itu...ibuny nidi@ jug...kn ktny nidi@ dri pnti...
iy gk xih...?????.
2021-07-09
1