Vote sebelum membaca 😘
.
.
Bruk!
"Aww!"
Adara meringis saat badannya didorong sehingga tersungkur ke lantai, wanita itu meneteskan air mata sedih. Selain badannya yang sakit, hatinya lebih sakit.
"Sejak kapan lo selingkuh dibelakang gue?!"
"Aku gak selingkuh, kita cuman teman."
"Teman?" Eros lalu tertawa keras yang malah membuat Adara ketakutan. "Teman tapi bermesraan begitu? Lo ditempat umum aja berani romantisan kaya gitu, gimana kalau dibelakang gue!"
Adara berdiri dengan susah payah walau badannya sakit, Ia menautkan kedua tangan diatas dada memohon. "Aku minta maaf, tapi demi Tuhan kita gak ada hubungan apapun hiks!"
"Lo mau kita putus?"
Mendengar itu Adara langsung menggeleng kencang dan matanya kembali berkaca-kaca. "Nggak, jangan ngomong gitu."
"Terus kenapa lo selingkuh?"
"Aku udah bilang kalau aku gak selingkuh, aku gak pernah berani selingkuh dibelakang kamu. Tolong percaya Eros!"
Eros nendengus lalu memundurkan langkahnya. Dada pria itu naik turun mencoba menahan amarah, ingin sekali Ia melampiaskan kemarahannya ini. Tapi sekuat tenaga ditahan, karena entah kenapa Ia tak mau menyakiti kekasihnya itu. Walau Eros marah pada Adara, tapi anehnya Ia tak bisa kasar pada wanita itu.
Padahal biasanya tak jarang Eros melampiaskan kemarahan pada Adara, entah itu marah oleh wanita itu atau orang lain. Katakanlah Ia tempramen, toh sepertinya memang begitu. Sikap baiknya ini hanya pada satu orang saja, yaitu Melody.
"Maafin aku ya? Aku janji gak akan ketemu Dia lagi."
"Janji?"
Adara mengangguk ragu, bukan karena apa, tapi Ia dan Alvaro sedang melakukan kerja sama. Kalaupun Ia tak lagi menemui Alvaro, lalu bagaimana dengan bisnis mereka?
"Lo kaya ragu gitu? Kenapa hah, takut kehilangan pria itu?!"
"Bukan."
"Terus?!"
"Gak kok."
Melihat sikap kekasihnya yang seperti itu malah membuat Eros semakin muak, Pria itu lalu manarik tangan Adara agar mendekat, membisikan sesuatu didepan wajah cantik itu. "Gue kasih lo kesempatan terakhir, kalau lo berani ketemu lagi sama Dia, kita pisah!" Setelah itu Ia pergi dari sana tanpa memperdulikan teriakan Adara yang bertanya Ia akan pergi kemana.
Eros masuk ke mobilnya, mengemudikan kendaraan itu dengan cepat. Tangannya mencengkram stir mobilnya erat, giginya bahkan sampai bergemeletuk. Tak bisa berbohong kalau Eros sangat cemburu dengan kedekatan Adara dan pria itu. Apalagi saat melihat pria itu dengan kurang ajarnya menyentuh kekasihnya.
Adara memang bukan tipe wanita yang suka berbohong, dan Eros percaya kalau mereka berdua dekat karena sedang melakukan bisnis perusahaan. Tapi tetap saja Eros tak suka, selama inipun belum pernah ada pria yang bersikap sampai sejauh itu.
"Kau hanya milikku!" Desisnya dengan senyuman aneh.
***
"Mbak Adara, mbak!"
Goncangan di bahunya membuat Adara membuka mata, menatap seorang wanita yang berjongkok di sampingnya.
"Hm?"
"Ini sudah malam mbak, sudah waktunya pulang."
"Benarkah?"
"Iya, mbak sepertinya ketiduran. Karyawan lain sudah pada pulang dari sore tadi, untung saja saya mengecek ke ruang pak Eros, kalau tidak mbak pasti akan ketiduran di sini sampai besok."
Adara lalu mendudukan tubuhnya dan menundar dipunggun sofa sambil meringis karena merasa pusing. "Makasih ya sudah bangunin saya."
"Sama-sama mbak, kalau gitu saya pulang duluan ya?"
"Hm."
Adara melihat jam tangannya dan waktu sudah menunjukan pukul delapan malam. Astaga berarti Ia sudah tertidur lama di sini. Bukan tanpa sebab, selain meunggu Eros, Ia juga merasa pusing. Badannya sepertinya demam, kepalanya saja pusing.
Ia kira Eros akan kembali ke sini, dan jikapun ketiduran di sini, pria itu akan membangunkannya, tapi ternyata tidak. Adara khawatir dan takut pada Eros, takut terjadi sesuatu. Pria itu jika sedang marah selalu lupa diri dan pasti akan melampiaskannya dengan apapun caranya.
"Sepertinya aku pulang saja."
Dengan berjalan sempoyongan sambil memijat keningnya yang pusing Adara turun ke lantai bawah. Kantor juga sudah sangat sepi, paling ada beberapa karyawan yang lembur, itu juga tidak banyak.
Saat sudah keluar gedung besar itu, Adara langsung bergidik karena angin malam ini yang sangat dingin. Padahal Ia sedang tidak enak badan, dan angin ini membuatnya semakin sakit. Adara berdiri disamping trotoar menunggu taxi yang lewat. Tapi sudah menunggu beberapa menit juga tidak ada, membuatnya ingin menangis. Wanita itu lalu berjongkok karena rasa pusingnya semakin jadi.
Tapi sebuah mobil putih berhenti tepat di depannya, membuat wanita itu mengangat kepala menatap heran. Saat pemilik mobil itu keluar, Adara langsung membelakan mata melihat orangnya.
Alvaro berdiri tapat didepan Adara yang sedang berjongkok sambil menatapnya. Antara kasihan, marah menjadi satu. Pria itu membuka jasnya lalu disampirkan di bahu Adara, membuat wanita itu terkejut.
"Eh tidak usah-"
"Angin malam tidak baik untuk orang yang sedang sakit!"
Alvaro menarik tangan Adara agar berdiri, tapi tangannya langsung ditepis pelan. Bukan maksud tidak sopan, tapi Adara merasa tidak enak.
"Kenapa belum pulang?"
"Saya-Em tadi banyak tugas."
Bohong!
Alvaro bahkan bisa melihat kegugupan diwajah cantik itu, kedua tangannya terkepal mengingat sikap Eros tadi siang. Ternyata pria itu sangat kasar pada Adara, membuatnya benci.
Dan Adara yang ditatap oleh Alvaro malah gugup, apalagi pria itu menatapnya datar tak seperti biasa. Kepalanya menunduk tak berani menatap Alvaro, tapi wanita itu langsung terkejut setengah mati saat tiba-tiba badannya terangkat dan di gendong ala bridal.
"Apa yang kau lakukan?!"
"Menurutmu?!"
Alvaro lalu mendudukan Adara di kursi penumpang depan, memakaikan salbet pada wanita itu, setelahnya Ia memutari mobil masuk ke dalam dan mengemudikan kendaraan dengan tenang.
Sepanjang perjalanan pun hanya ada keheningan, Adara yang gugup dan Alvaro dengan kemarahannya pada seseorang. Selama ini Alvaro selalu terlihat ramah dan ceria, tapi malam ini pria itu banyak diam membuat Adara aneh.
Mobil berhenti didepan apartemen yang cukup mewah itu, saat Adara akan keluar pergelangan tangannya ditahan membuat wanita itu menoleh menatap Alvaro bingung.
"Apa kau bahagia bersama dengannya?"
"Apa maksudmu?"
Alvaro menatap pergelangan tangan Adara yang ada dalam genggamannya, melihat memar yang pasti dilakukan oleh Eros. "Jika kau tak bahagia bersamanya pergilah, masih banyak pria diluar sana yang lebih bisa menjagamu dengan baik."
"Alvaro apa-"
"Termasuk aku."
Adara membelakan matanya tak menyangka dengan ucapan pria itu, tapi saat Ia akan menarik tangannya pria itu malah menahan bahkan kembali menarik tubuhnya menjadi semakin dekat.
"Aku tahu selama ini kau tidak bahagia bersama Eros, lihat kau hanya disakiti oleh Dia. Eros tidak akan menyakitimu jika Dia mencintaimu."
"Dia mencintaiku!"
Alvaro terkekeh melihat keyakinan diwajah Adara, kenapa wanita ini bodoh sekali. "Jangan sampai kau buta karena terlalu mencintainya, Eros bukan pria baik!"
Adara melepas kasar tangannya dan menatap tajam Alvaro. "Kau tahu apa dengan hubungan kita?! Kumohon jangan ikut campur dengan hubunganku, dan mulai dari hari ini jangan temui aku lagi!"
Baru saja beberapa langkah keluar dari mobil itu, badannya langsung dibalik kasar dan sebuah benda kenyal menempel di bibirnya. Adara terkejut luar biasa mendapat ciuman tiba-tiba itu, matanya terbelak lebar menatap pria yang menciumnya ini, Alvaro!
***
Jangan lupa cek profil aku, banyak cerita dan pastinya genrenya beda-beda. Semoga suka❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Rskadmyant
ntahlah tpi kok saya kgak suka sma sifatnya alvaro yakk
2021-04-02
1
Nona Cherry Jo
adara cantik... semangat ya alvaro.. aku dukung kok😀
2021-03-15
0
Induk bebek
berasa jadi kekasihnya si psyco ikut dag Dig dug duar takut ketauan keren author👍
2021-01-27
0