Vote sebelum membaca 😘
.
.
Adara, wanita cantik itu hanya diam memperhatikan pria di hadapannya yang terlihat bernafsu makan. Di meja mereka penuh dengan berbagai pesanan makanan Italia. Bukan Ia yang memesan, melainkan pria di depannya.
Wanita itu mengecek jam di tangannya, hampir tiga puluh menit Ia duduk di sana tanpa berbuat apapun, selain memperhatikan pria itu makan.
"Ekhem jika anda masih ingin makan, sebaiknya kita bisa bicarakan pembangunan Kemang lain kali. Kalau begitu saya permisi."
Saat Adara berdiri dan akan pergi dari sana, pergelangannya di tahan otomatis membuatnya kembali menoleh. Alvaro, pria itu menahan tangannya dan menarik tubuhnya agar kembali duduk.
"Maaf kalau kamu merasa bosan, sayakan tadi sudah bilang kita bisa makan dulu sebelum mulai pembicaraan."
"Tapi saya tidak lapar, lagi pula rencananya kan ki-"
"Ternyata kamu memang pekerja teliti ya, pasti akan senang jika saya punya sekertaris seperti kamu." Alvaro tersenyum lebar sampai memperlihatkan giginya. Pria itu mencondongkan badannya, posisi duduk mereka berhadapan.
"Saat kita berdua seperti ini, bisakah kita bersikap layaknya teman? Jangan terlalu serius."
Astaga Adara benar-benar bingung dengan pria di hadapannya ini, sebenarnya apa maksud dari Alvaro? Sejak pertemuan pertama mereka, sikap Alvaro terlalu membuka diri, seolah terang-terangan ingin dekat dengannya.
"Ya kita memang berteman."
"Bagus!" Kalau lebih dari teman juga saya malah senang, tambah Alvaro dalam hati.
"Jadi sekarang kita tidak akan membicarakan pembangunan di Kemang?"
"Tidak!"
"Huft saya kira kita akan membicarakan itu."
Alvaro memang tak ada niatan untuk membicarakan masalah pekerjaan dengan Adara, Ia hanya ingin dekat-dekat saja dengan wanita cantik itu. Anggaplah Ia licik karena berbohong masalah pekerjaan hanya untuk dekat, mau bagaimana lagi saat di dekat Adara hatinya selalu merasa tenang.
Dret!
"Ya?"
"Kamu dimana?"
Adara menatap sekilas Alvaro yang sedang menatapnya.
"Em aku lagi bertemu dengan-"
"Aku di apartemen kamu! Setengah jam kamu belum dateng, lihat aja nanti!"
Panggilan itu di matikan sepihak, Adara sangat cemas sekarang. Segera wanita itu berbenah kembali,memasukan berkas dan mapnya ke dalam tas.
"Kamu mau kemana?"
"Saya harus pulang!"
Ketika akan pergi, kembali Adara rasakan pergelangan tangannya di tahan, siapa lagi kalau bukan Alvaro.
"Biar saya antar."
"Tidak usah, saya bisa naik-"
"Kamu terlihat buru-buru, menunggu taxi pasti akan lama, lebih baik saya antar."
Benar juga akhirnya Adara menyetujui ajakan itu, lagi pula di daerah ini jarang ada taxi. Mungkin dengan di antar Alvaro akan lebih cepat sampai ke apartemennya.
Alvaro sesekali melirik pada Adara yang duduk tak nyaman di sampingnya, kenapa dengan wanita itu? Wajah cantiknya terlihat cemas juga.. ketakutan? Perubahan itu saat Adara menerima panggilan yang entah dari siapa.
"Saya tinggal di apartemen-"
"Ascott Kuningan."
Adara segera menoleh, menatap heran Alvaro yang masih fokus menyetir. "Kenapa anda bisa tahu?"
Apasih yang saya gak tahu dari kamu, batin Alvaro sambil tersenyum kecil.
"Saya coba tebak saja."
Setengah jam kemudian, Adara baru sampai di apartemennya. Ia sempat menawari Alvaro untuk bersinggah, tapi pria itu menolak, katanya lain kali saja.
Saat masuk ke dalam, Adara sudah bisa melihat Eros yang sedang menonton televisi sambil merokok. Wanita itu masuk lalu ikut duduk di samping kekasihnya.
"Maaf tadi jalanan macet, kamu udah lama disini?" Tanyanya hati-hati.
"Kamu habis jalan sama pria itu?"
Walau ragu, Adara tetap mengangguk. Itu yang di maksud sudah pasti Alvaro. Ia tak berani membohongi kekasihnya.
"Oh."
Hanya itu?
Tak ada tamparan atau bentakan untuknya? Biasanya Eros akan marah jika Ia melakukan kesalahan sekecil apapun, atau bertemu dengan orang lain, apalagi seorang pria. Tapi kini, Eros bahkan terlihat santai saja.
"Em kalau gitu, aku mau mandi dulu. Nanti aku masakin makan malam ya."
Langkah Adara lalu terhenti saat mendengar Eros berbicara.
"Besok aku mau ke Bali."
Adara membalikan badan, Eros masih duduk di sofa tapi tak lagi merokok.
"Untuk apa?"
"Ada keperluan disana."
"Pekerjaan?"
"Hm."
"Apa aku juga ikut?"
"Gak, aku sendiri yang pergi."
Sendiri? Tumben. Biasanya Adara akan ikut kemanpun Eros pergi, apalagi ini masalah pekerjaan.
"Kamu beneran sendiri ke sana? Memangnya-"
"Hh udahlah kamu jangan cerewet, tanpa persetujuan kamu juga aku bakal tetap pergi. Aku ke sini cuman mau lihat kamu aja sebelum ke sana!"
Sakit hati? Tentu saja. Adara disini seperti kekasih yang tak di hargai. Jika Ia yang bersikap seperti itu sudah pasti akan di marahi.
"Berapa lama?"
"Satu minggu."
"Apa? Kenapa lama sekali?"
"Akukan udah bilang masalah kerjaan, kamu ngerti gak sih!" Tekan Eros karena merasa tak suka melihat sikap kekasihnya.
"Baiklah, tapi cepatlah pulang. Jangan lupa kabari aku."
Eros melangkah mendekat, mengusap pipi wanita itu pelan. "Kamu jangan nakal selama aku pergi, jaga diri baik-baik."
Harusnya aku yang bicara seperti itu, Desah Adara dalam hati.
Wanita itu mengerutkan bibirnya sambil mengangguk kecil. Ia memeluk Eros erat, merasa sedih jika tak akan melihat pria itu sepekan.
"Aku pulang ya."
"Kamu gak mau makan malam disini?"
"Gak soalnya aku udah di tungguin seseorang."
"Siapa?"
Eros hanya tersenyum kecil, pria itu mengecup kening Adara lama, setelahnya pergi dari sana.
Sedangkan Adara memegang dadanya yang merasa aneh, perasaannya tak enak. Apalagi saat pria itu berucap ada seseorang yang menunggunya. Bukan apa-apa, tapi ada sedikit rasa curiga di hatinya.
Apa Eros akan menemui seorang wanita?
"Tidak Adara, tidak mungkin Eros seperti itu!" Ucapnya lalu memasuki kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
imas elis
ini contoh cwok yg egois
2022-06-12
2
Milda Andriani
erooos bangsaaaaat 😡
2021-10-11
1
Anizannex
loh kok bodoh sekali Adara
2021-08-17
0