Vote sebelum membaca 😘
.
.
"Adara ada seseorang yang ingin bertemu denganmu."
Wanita itu mengernyit. "Siapa?"
"Dia tidak mau memberi tahu siapa namanya, tapi seorang pria, sangat tampan."
"O ya?"
"Hm sudah sana, kasihan."
"Dimana Dia menungguku?"
"Di Office lantai dua."
Adara pun segera kesana, ini masih pagi bahkan Ia baru sampai di kantor, tapi sudah ada tamu. Sepertinya penting dan jangan sampai membuat kesan buruk.
Sebelumnya wanita itu mengetuk pintu terlebih dahulu lalu masuk ke dalam. Saat berbalik matanya langsung terbelak melihat seorang pria yang paling dikenalinya tersenyum lebar bahkan sampai matanya menyipit.
"Akhirnya kau datang juga."
Kenapa Alvaro ada di sini?
"Ayo duduk, kau tidak pegal berdiri terus?"
Adara lalu duduk berhadapan dengan pria itu. Hanya ada mereka berdua di ruangan yang khusus menjamu tamu itu, dan membuat Adara gugup. Masih ingat jika Ia selalu menolak panggilan dan pesan dari Alvaro, bukan tidak sopan, tapi Ia merasa tak nyaman. Ini juga ketiga harinya mereka kembali bertemu, tentu saja karena Ia yang menghindar.
"Kedatanganku kesini untuk membicarakan pembangunan di Kemang." Tak ada senyuman lagi di bibir Alvaro. "Aku beberapa kali menelphonemu tapi kau tak mengangkatnya, padahal aku ingin mengobrolkan tentang proyek itu."
Benarkah? Astaga memalukan sekali. Adara kira maksud Alvaro menelphonenya bukan ingin membicarakan tentang pekerjaan. Karena sebelumnya pria itu tak pernah serius, selalu saja ada alasan dengan besoknya ingin bertemu lagi.
"Apa kau tak nyaman dengan sikapku?"
"Hah?"
"Maaf jika saya terlalu berlebihan padamu, tapi sifat saya memang begitu."
"Tidak, saya juga minta maaf karena tidak mengangkat telphone dari Anda. Saya kira bukan urusan pekerjaan."
"Jadi maksudmu urusan apa?"
"Eh maksudnya-"
Alvaro terkekeh tapi kembali menampakan wajah datarnya. Ia harus pintar ber akting sekarang, jangan bersikap konyol. Yakinkan Adara untuk tak lagi menjauhi atau mengabaikannya.
Pria itu menyerahkan dokumen berwarna biru pada Adara, dan wanita itu menerimanya. "Pembangunan sudah hampir setengah persen dan kemungkinan akan memakan waktu masih lama. Sekertaris saya juga sedang cuti karena akan melahirkan, jadi pekerjaan saya lebih berat. Padahal saya ingin sekali pembangunan itu cepat selesai sebelum tahun baru."
Adara speecleshs, jadi maksudnya bagaimana?
"Ekhem kamu mau tidak jadi sekertaris saya?"
Alvaro yang melihat keterdiaman Adara meringis kecil. "Hanya selama pembangunan itu saja, kamu masih bekerja kok di sini, hanya tolong bantu saya dan temani saya jika ada kepentingan menyangkut pembangunan di sana saja."
"Sebagai kolega bisnis Anda, saya akan membantu. Lagi pula kita sama sama bekerja sama membangunnya, jadi saya tidak keberatan."
"Benarkah?"
"Iya, hanya mungkin apabila saya sedang tidak sibuk dengan pekerjaan kantor."
"Oke."
***
Wanita berambut sebahu itu terpekik saat merasakan pelukan dari belakang, menoleh dan langsung tersenyum melihat Eros. Tangannya terangkat mengusap kepala pria itu.
"Selamat pagi."
"Selamat pagi."
Eros mengeratkan pelukannya sambil menghirup wangi tubuh wanita itu di bahu telanjangnya. Merasakan kembali masa masa yang selalu Ia rindukan seperti dulu. Selama liburan di Bali Ia sama sekali tak bisa berjauhan dengan Melody, takut wanita itu kembali menghilang atau pergi.
Rasa rindunya akhirnya terbalaskan, Melody kembali dan membuatnya senang. Eros tak akan pernah lagi melepaskan wanita cantik itu. Mungkin dulu Ia pria lemah dan bodoh karena menyerah begitu saja, tapi sekarang tak akan pernah lagi Ia lakukan.
"Hari ini kau ingin kemana?" Tanya Eros.
Melody berpikir sejenak, matanya menatap pantai dari balkon kamar hotel mereka. Pagi ini cuacanya sangat cerah, bagkan di pantai mulai banyak orang. Sepertinya akan menyenangkan juga, apalagi mereka belum kesana.
Mau bagaimana lagi, Eros selalu menempel padanya. Ingin jalan jalan pun tak boleh lama, pria itu hanya ingin menghabiskan waktu bersamanya di kamar. Padahalkan bosan hanya diam saja di ruangan.
"Bagaimana kalau kita berenang?"
"Tapi di sana banyak orang."
"Pantai memang selalu banyak orang Eros."
Eros mengerucutkan bibirnya, melirik pantai. "Jangan, di sana banyak pria."
"Memangnya kenapa?"
"Aku tidak suka, kau cantik dan nanti akan menjadi pusat perhatian." Membayangkannya saja sudah membuat Eros tak suka, apalagi kebanyakan pria di sana bule.
Mengingatkannya pada pria yang dulu pernah menjadi kekasih Melody saat di luar negeri.
Melody tertawa kecil. "Tidak apa apa, lagi pula masih banyak wanita cantik. Malah seharusnya aku yang khawatir kau yang akan menjadi pusat perhatian."
Wanita itu melepaskan pelukan mereka, membalikan badan dan mengusap rahang kekasihnya. "Sekarang bersiap, aku sudah tidak sabar ingin berenang di pantai." Riangnya lalu masuk ke kamar mandi untuk berisap siap.
Sedangkan Eros yang melihat kesemangatan Melody ikut bahagia, wanita itu pasti sangat merindukan tanah kelahirannya. Eros tak tahu berapa lama Melody melakukan kemoterapi di luar negeri, tapi seingatnya cukup lama.
Kehilangan Melody adalah suatu cobaan paling berat, Eros mencintai Melody lebih dari apapun. Melody bagai rumah untuknya untuk kembali pulang dan tinggal, tapi saat wanita itu pergi Eros merasa tak memiliki tempat kembali pulang lagi. Sikapnya perlahan berubah menjadi dingin dan kasar, termasuk pada Adara.
Mengingat Adara, membuat Eros tersadar jika sudah beberapa hari tak mengabari kekasihnya itu. Ia sudah tiga hari berlibur di Bali bersama Melody, dan Adara sama sekali tak tahu Ia berlibur bersama wanita lain. Antara kasihan tapi Eros tak terlalu memikirkannya.
"Kenapa kau belum bersiap hm? Ayo nanti keburu siang!"
"Yaya dasar cerewet!"
Melody memutar bola matanya malas, membiarkan Eros masuk ke kamar mandi. Wanita itu menatap pantulan dirinya di cermin, Ia sudah tampil cantik dengan pakaian renang one piece berwarna abu dan pink. Memang agak seksi tapi tak terlalu dibanding dengan bikini.
Dret!
Suara handphone berdering membuat Melody mengalihkan pandangan, melangkah mendekat ke kasur melihat handphone kekasihnya yang berdering. Melody membawanya dan langsung mengernyit melihat nama seorang wanita. Kembali wanita itu melihat pintu kamar mandi yang masih tertutup, karena penasaran Ia pun mengangkat panggilan itu.
'Eros akhirnya kau mengangkat telphone ku. Kenapa kau tak mengabariku hm? Aku khawatir.'
Suara disebarang sana terdengar sedih dan khawatir, membuat Melody menggigit bibir bawahnya.
'Kapan kau pulang? Jaga kesehatan selama di sana, jangan tidur terlalu malam dan makan teratur.'
Karena mungkin tak mendengar jawaban, wanita itu merasa aneh. 'Eros? Kamu dengerkan?'
Lalu suara pintu terbuka membuat Melody langsung mematikan panggilan itu, terlihat Eros yang baru keluar kamar mandi dengan celana pendekanya, sedangkan badannya di biarkan terbuka.
Eros melihat kekasihnya memegang handphonenya, dan anehnya Melody terlihat seperti akan menangis, membuatnya khawatir. Segera Eros mendekat dan duduk didekat wanita itu.
"Sayang kau kenapa?"
Melody mengusap air matanya kasar, menatap Eros dengan penuh luka. "Kau punya wanita lain?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Senora Ahmad
heh,,, eros!! 😠😠😠adara itu bukan pelabuhan, cuma tempat kau bersandar lalu kau pergi lagi,,, 🤭😄 balik lgi kr mantan lo...
2022-02-03
1
Nunu Pertiwi
dasar eros ga ada akhlak, haishhh bagus thor ceritamu nyampe bikin aku emosi
2021-04-29
1
Marina Sitanggang
kok hatiku yg sakit ya,Adara diperlakukan gitu Ama Eros
2021-04-02
1