Malam itu Dante mendapat telpon dari kenalannya yang seorang polisi, dia memberitahu bahwa Jason melarikan diri dan dia memperingatkannya untuk berjaga-jaga.
Seorang warga di sekitar motel pun memberitahu Dante bahwa ada seorang pria mirip Jason berkeliaran di sekitar motel.
Dante yang penasaran kemudian mengecek CCTV yang ada di pintu depan motel dan benar saja Jason tertangkap kamera saat hendak memasuki motel dan sekarang pria itu sudah berada di dalam motelnya.
.
.
.
"Di mana kak Rosaline?" tanya Dante pada Leon dengan nafas tersenggal-senggal karena berlari.
"Sedang menemui tamu VIP." jawab pria itu.
"Siapa?" Dante terus menyelidik.
"Salah satu pegawai bilang dia teman lamanya. Kenapa ekspresimu seperti itu?" Leon balik bertanya.
"Sial! Kak Leon cepat tolong ka Rosaline, aku akan memanggil polisi." perintahnya dengan ekspresi panik.
"Kenapa? Ada apa?" Leon terus memberi Dante pertanyaan.
"Tidak ada waktu untuk menjelaskan, cari kak Rosaline sekarang juga dia dalam bahaya!" tegas Dante.
Leon yang juga ikut panik segera berlari menyusul Rosaline menuju room karaoke paling ujung seperti yang karyawan tadi bilang.
Dengan terengah-engah Leon tiba di depan pintu room itu dan lebih panik karena pintunya terkunci dari dalam.
"Rosaline, apa kau di dalam? Apa terjadi sesuatu? Jawab aku!" pria itu masih mencoba mengetuk dengan kasar.
Merasa ada sesuatu yang salah sedang terjadi di dalam sana Leon akhirnya mendobrak pintu itu beberapa kali hinggal akhirnya pintu itu benar-benar terbuka.
"Apa yang kau lakukan?" teriak Leon melihat seorang pria tengah menjegal Rosaline yang berjongkok memeluk lututnya sambil menunduk di sudut ruangan.
Pria itu tersentak dan berbalik ketika mendengar suara dobrakan pintu dan suara Leon secara bersamaan.
"Siapa kau? Apa yang kau lakukan pada kekasihku, dasar baji***n?!" Leon yang geram secara spontan menerkam pria itu dan menonjok wajahnya hingga tersungkur.
"Kekasihmu? Apa kau bercanda? Wanita itu calon istriku." ucap pria itu mencoba bangkit.
"Dasar baji***n gila!" timpah Leon dan berusaha menyerangnya lagi tapi pria itu berhasil menghindar.
Pria itu meraih botol minuman di meja hendak memukulkannya pada Leon tapi dengan sigap Leon menendang perutnya hingga terjungkal.
Rosaline yang meringkuk di sudut ruangan hanya bisa berteriak histeris sambil menutup telinganya.
Akhirnya suara sirine membuat pria itu gelagapan dan berhambur keluar melarikan diri.
Leon hendak menyusulnya tapi suara Rosaline menahannya, "Jangan tinggalkan aku!" ucap wanita itu.
Leon yang menyadari Rosaline masih syok di sudut ruangan segera berlari memeluknya. "Baiklah, aku tak akan pergi."
Dante kemudian datang bersama polisi dan menyadari Jason telah melarikan diri lalu kemudian mengikuti polisi untuk mengejarnya.
Wanita itu masih menangis dengan posisi yang sama. Leon mulai terduduk bersamanya membiarkan wanita itu menangis di pundaknya sambil terus memeluk dan menepuk-nepuk bahunya perlahan untuk menenangkannya.
1 jam berlalu tangisan Rosaline mereda, wanita itu sudah mulai tenang.
"Apa kau sudah lebih baik? Di mana pria itu melukaimu?" tanya Leon melepaskan sejenak pelukannya untuk bisa melihat keadaan kekasihnya.
Alih-alih menjawab Rosaline menarik tubuh Leon dan memeluknya kembali membuat wajahnya terbenam di atas dada bidangnya.
"Setiap kali aku merasa sedih atau marah aku selalu berhitung mundur dari angka 100 untuk membuatku lebih tenang. Apa kau mau mencobanya?" ucap Leon ditengah keheningan mereka. Wanita itu belum mau bersuara.
Lalu Leon mulai berhitung, " 100, 99, 98, 97, 96 . . . . " Leon tersenyum mendengar Rosaline akhirnya ikut berhitung bersamanya.
"54, 53, 52, 51, . . . . ."
"7, 6, 5, 4, 3, 2, 1"
"Sekarang sebutkan 4 hal yang bisa kau lihat." ucap Leon dengan lembut.
"Gelas, meja, kursi dan . . . Leon." jawab Rosaline.
"Lalu apa 3 hal yang bisa kau sentuh?" tanya Leon kembali.
"Lantai, dinding, dan . . . Leon." jawabnya wanita itu lagi.
"Sekarang 2 hal yang bisa kau cium."
Rosaline mendongak dan meraih wajah Leon lalu didekatkan dengan wajahnya.
"Kening Leon . . ." sambil mengecup kening pria itu, "Dan bibir Leon." lalu mengecup bibirnya.
Pria itu tersenyum. "Dan yang terakhir katakan apa yang ada dalam hatimu."
"I love you, Leon. Aku mencintaimu." ucap Rosaline dengan tatapan yang sayu.
Metode berhitung mundur dari Leon benar-benar bekerja dan membuat Rosaline kembali tenang.
Leon mengecup pucuk kepala kekasihnya itu dan segara merengkuhnya lebih erat.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Yudith Salawane Hehanussa
💪💪💪
2021-03-22
1