Delano masuk kedalam kamar yang sudah di tempati oleh Canna. Menatap senang saat melihat wajah Canna yang menatap dirinya ketakutan. Bahkan wanita itu meringkuk di ujung sisi tempat tidurnya. Dimana letak keberaniannya tadi yang menggebu-gebu.
"Kamu ingin tahukan kalau aku sangatlah brengsek! Dan apakah kamu ingin tahu bagaimana lelaki brengsek ini memperlakukanmu?" Delano menyeringai.
Delano menarik tubuh Canna dan menyeretnya ke tengah ranjang yang luas tersebut. Menindihnya dan menatap wajah Canna dengan begitu dalam.
Wanita itu tetap memperlihatkan tatapan beraninya kearah Delano. Bahkan tatapannya berubah menjadi tatapan mengejek, walaupun kenyataannya tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan. Dan Delano benci tatapan itu, tatapan yang seolah meremehkan harga dirinya.
Srekk
Delano menyobek pakaian Canna hingga terpampang pakaian dalamnya. Membuat Canna membelalakkan matanya dan menutupi bra yang terlihat.
"Apakah kamu berpikir apa yang kulakukan hanyalah sebuah ancaman bagimu ataukah kamu berpikir kalau aku tidak berani melakukannya?" desis Delano di telinga Canna.
Wanita itu semakin bergetar ketakutan, bahkan air matanya meleleh saat Delano sudah menyobek celana panjang miliknya. Ini pertama kalinya ia bersentuhan dengan lelaki asing secara langsung. Bahkan lelaki ini sudah merendahkan harga dirinya layaknya seorang wanita malam.
"Jangan lakukan itu padaku!" Lirih Canna. "Tolong! Jangan lakukan!!"
Tetapi di telinga Delano terdengar seperti sebuah desahan angin saja. Ia tidak menghiraukan permohonan gadis itu dan tetap melanjutkan aksinya.
Canna meronta-ronta mempertahankan dirinya tetapi Delano lebih kuat dalam menguasai tubuhnya. Bahkan pria itu mengunci kedua belah tangan Canna di atas kepalanya.
Sekali lagi, Delano memperhatikan wajah Canna yang sudah banjir airmata, ia tidak perduli dan akan tetap melakukannya untuk memberikan pelajaran pada gadis yang berani menentangnya ini. Ditambah lagi gejolak yang tiba-tiba muncul dalam dirinya. Membuatnya ingin menuntaskannya dengan segera.
Rasanya dunia berhenti berputar saat keperawanan Canna di renggut paksa. Matanya menatap kosong saat ia merasakan perihnya dan kesakitan yang baru saja di alaminya. Ingin dia menjerit tetapi di tahannya dengan menggigit bibirnya hingga berdarah.
Lelaki yang pertama kali bertemu dengannya, bahkan tega merenggut kehormatannya hanya karena melindungi anak buahnya yang nyata-nyata melakukan kesalahan. Atau bisa juga di sebut, ia sedang menutupi kejahatannya sendiri.
Pada akhirnya, Canna membiarkan saja lelaki itu memuaskan hasratnya, mungkin setelah ini lelaki itu akan melepaskannya dari kungkungan neraka ini.
Sayup-sayup ia mendengar lelaki itu mengerang nikmat di atas tubuhnya. Menikmati setiap rasa sakit hatinya, menikmati setiap kebenciannya dan menikmati tubuh yang tidak rela untuk di jamah. Ia benar-benar benci pada pria yang sedang mengungkungnya saat ini.
"Kamu ternyata sangat nikmat, walaupun kamu tidak pandai menyenangkan lelaki seperti kebanyakan wanita lain. Tetapi aku puas karena akulah yang pertama bagimu." Delano menyapu ujung bibirnya, menyeringai kearah Canna yang masih berada di bawahnya.
Gadis itu berpaling kearah lain, ia sungguh tidak sudi menatap Delano yang merasa puas atas kehancurannya.
"Lain kali aku harap kamu sudah pandai memuaskan diriku!"
Canna melotot mendengarnya, ia kembali meronta merasa tidak terima dengan ucapan Delano yang menghina dirinya.
"Apa maksudnya dengan kata lain kali? Apakah aku selamanya akan tetap terkurung disini?" Lagi, Canna hanya mampu membatin menatap Delano dengan tatapan kebencian.
"Jangan menatapku seperti itu, wajahmu yang cantik akan terlihat jelek!"
Delano berguling ke sisi Canna dan menarik selimut menutupi tubuh telanjang Canna.
Sedangkan Canna hanya diam saja tanpa mau menampik ucapan Delano. Ingin rasanya ia menjerit sekeras mungkin tetapi ia tidak ingin memperlihatkan air matanya di hadapan Delano lagi.
Lelaki itu sudah mengenakan celana miliknya dan menyampirkan kemejanya tanpa mengancingnya.
"Dasar lelaki brengsek!! Aku membencimu!!" teriak Canna seiring tertutupnya pintu kamar yang di tempatinya.
Canna meraung, bahkan ia memukuli tubuhnya sendiri karena sekarang ia tidak suci lagi. Mencakar setiap bagian tubuhnya yang mampu di jangkau oleh tangannya.
"Pasti ayah dan ibu sangat membenciku karena sekarang aku bukanlah gadis perawan lagi. Bahkan keperawananku hilang saat aku belum mendengar lelaki dambaanku mengucapkan ikrar suci," lirih Canna di sela isakannya.
Menutupi wajahnya dengan kedua belah telapak tangannya.
Ia berlari kearah kamar mandi dengan di baluti oleh selimut tebal tersebut.
"Aku akan menghapus setiap jejak yang di tinggalkan oleh lelaki brengsek itu!"
Canna menghidupkan shower dan membasahi seluruh tubuhnya. Bahkan ia beberapa kali menggosok bagian-bagian tubuhnya dengan sangat keras. Sesekali ia meraung untuk melampiaskan penyesalannya dan kebenciannya. Tidak memperdulikan rasa perih yang ditimbulkan oleh luka cakaran miliknya tadi saat bersentuhan dengan air.
Tok tok tok
Canna memilih tidak perduli saat pintu kamar mandi yang di tempatinya di ketok oleh seseorang. Ia duduk meringkuk di bawah shower yang menyala.
"Tuhan. Ambil saja nyawaku sekarang. Aku tidak pantas untuk hidup di dunia ini dengan tubuh kotorku!!" teriaknya.
Canna kembali memukul dan mencubit bagian tubuhnya. Ia tidak memperdulikan rasa sakitnya dan juga gedoran pintu kamar mandi yang di tempatinya. Ia juga tidak perduli dengan suhu dingin pada tubuhnya karena terus-menerus berada di bawah guyuran shower.
Brakkk
Samar-samar Canna melihat seseorang mendobrak pintu kamar mandi yang di tempatinya sebelum kesadarannya hilang.
"Panggilkan dokter!!" teriak Delano saat melihat Canna yang memucat.
Ia menutupi tubuh Canna menggunakan selimut yang teronggok tidak jauh dari tempatnya berada. Menggendongnya menuju kearah tempat tidur miliknya.
"Cepat! Panggil dokter kesini!!"
Delano kembali berteriak saat merasakan tubuh Canna begitu dingin.
"Dokternya sedang menuju kesini!" sahut Derris yang sejak tadi berdiri di belakangnya.
"Katakan pada dokter itu, kalau dia tidak datang dalam waktu 5 menit, maka profesinya sebagai dokter akan hancur!!"
Derris hanya mengangguk dan kembali menghubungi dokter tersebut. Meminta seperti apa yang di perintahkan oleh Delano.
"Sebaiknya Tuan tenang saja dulu. Aku yakin kalau keadaan Nona tidak seperti yang Tuan khawatirkan."
Delano merasa marah mendengar ucapan asistennya.
"Apa kamu bilang? Dia baik-baik saja? Tidakkah kamu melihat kalau wajahnya memucat seperti ini bahkan bibirnya membiru! Dan juga suhu tubuhnya sangat dingin!" Mencengkram kerah kemeja asistennya.
Tetapi lelaki datar itu tidak bereaksi sedikitpun, dia hanya menunduk saja dan membiarkan Delano melampiaskan kemarahannya.
"Pelayan! Pasangkan dia pakaian!" perintah Delano pada pelayan wanita yang mengetok kamar mandi tadi. Pelayan tersebut bermaksud untuk menyerahkan pakaian pada Canna. Tetapi raungan Canna terdengar hingga keluar kamar mandi dan membuatnya panik.
"Baik, Tuan!"
Delano dan Derris segera keluar kamar untuk memberikan waktu pada pelayan tersebut mengenakan pakaian untuk Canna.
"Delano! Siapa yang sakit?" Ren berlari menghampirinya. Meraba dahi Delano.
"Kamu terlambat 11 detik!" ucap Delano dingin menyingkirkan tangan Ren yang menempel di dahinya.
"Hahaha... kamu masih seperti dulu, sangat panik tetapi aku tidak tahu siapa yang membuatmu sepanik ini. Dan juga kamu tidak sakit!"
"Tuan Ren. Silahkan masuk kedalam!" Derris membukakan pintu kamar yang di tempati oleh Canna.
"Baiklah, Derris. Jangan panggil aku sekaku itu, aku merasa tidak nyaman!" sahut Ren terkekeh.
Delano hanya diam saja dan terlihat tenang saat menunggu Ren selesai memeriksa Canna.
"Siapa dia, Lano?" Ren mengakhiri pemeriksaannya.
"Bukan urusanmu!!" cetus Delano.
Ren menggeleng melihat sikap kekeras kepalaan Delano.
"Dia mengalami hipotermia dan juga ada beberapa bekas cakaran di beberapa bagian tubuhnya. Ia semacam melakukan kekerasan pada dirinya sendiri," ucap Ren.
Delano hanya diam saja, acuh.
"Aku sudah meresepkan beberapa obat untuk lukanya dan juga demamnya. Oh iya. Pastikan kondisi tubuhnya agar tetap hangat!" ucap Ren.
"Derris. Kamu suruh mereka untuk mengurusnya. Wanita ini benar-benar menyusahkan!"
Delano berjalan keluar kamar tersebut meninggalkan mereka yang ada disana.
"Siapa sebenarnya gadis itu dan kenapa ia bisa berada di kamarnya Delano?" Ren menatap Derris.
Setahunya Delano sangat tidak suka kamar pribadinya di tempati oleh orang lain. Apalagi oleh wanita asing. Matanya kembali melirik pada sosok cantik yang terlihat memejamkan matanya.
"Derris!! Kamu ikut aku dan kamu Ren, kalau sudah selesai urusanmu maka pulanglah!!" usir Delano di balik pintu.
"Dasar lelaki itu, pura-pura tidak perduli tapi sebenarnya perduli."
Ren menggelengkan kepalanya meninggalkan Canna beserta beberapa orang pelayan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
epifania rendo
bagai mana adiknya
2023-08-30
0
🌷Tuti Komalasari🌷
kasihan amat sih Canna belum tau letak kesalahannya dimana main langsung di nodai aja kejamnya Delano...😠😠😠
2021-08-27
0
MandaNya Boy Arbeto❤️
isss jahat..UD Dy yg berbuat tp kyk GK salah🙄🙄
2021-04-25
1