Bani meluncurakn mobilnya menuju sebuah kafe, ia sudah mempunyai janji dengan Tio untuk membahas soal malik.
Bani sudah sampai di tempat tujuan, begitupun dengan Tio yang sudah datang terlebih dahulu.
"Maaf telat" ujar Bani saat menghampiri Tio.
"Aku juga baru datang" jawab Tio. "Tapi kenapa muka mu terlihat begitu kesal ?" tanya Tio yang penasaran.
Bani menghiraukan pertanyaan Tio ia langsung memesan minuman ke pada pelayan.
"Kamu ada masalah lain ?" tanya Tio penasaran.
"Aku sedang kesal kepada santri di pondok pesantren, terus aja bikin ulah", ujar Bani kesal ketika membayangkan dua kejadian tadi.
"Emang dia bikin ulah apa ?" tanya Tio penasaran.
"Banyak pokoknya, gara - gara dia drajat gue turun, gara - gara dia juga gue di omelin Abah dan Umi" jelas Bani kesal.
"Aku heran, kesalahan apa yang dia perbuat hingga kamu sekesal ini, biasanya kamu selalu bersikap bodo amat, Apa santrinya laki - laki ?" tanya Tio yang penasaran.
"Santrinya perempuan mulutnya nyeroscos kaya petasan banting" ujar Bani kesal saat membayangkan sosok Asyifa.
"Ah gue gak ngerti, ingat jangan terlalu benci nanti cinta" goda Tio.
"Gimana mau cinta inget wajahnya saja aku sudah malas" jawab Bani. "Sudah jangan bahas masalah ini, karena kita akan membahas tentang malik" sambung Bani.
Ketika di luar kantor Bani dan Tio merupakan sahabat sejak kecil, jadi Tio di larang Bani untuk memanggilnya Bos atau bapak, panggilan itu di khususkan untuk di kantor saja. kalau di luar kantor atau di luar jam kerja mereka bukan atasan dan bawahan tapi mereka sahabat dekat.
...******...
Asyifa memasuki kamarnya, di dalamnya ada ustazah Sari dan Nayla yang sedang berbaring.
"Gimana ke adaan mu ?" tanya Asyifa.
"Sudah membaik" jawab Nayla.
"Syifa Ustazah boleh minta tolong temani Nayla bentar saya ada urusan sebentar" ujar Ustazah Sari.
"Iya ustazah".
Setelah ke pergian ustazah Sari Nayla menatap Asyifa heran.
"Kamu habis ngapain, ko baju kamu basah ?" tanya Nayla penasaran.
"Ini ulah ustaz beruang kutub yang berbulu singa" ujar Asyifa kesal ketika teringat kejadian tadi.
"Kalian bertengkar lagi ?" tanya Nayla tambah penasaran.
"Dia yang mulai, dia menyenggolku dua kali, yang kedua ini yang parah, dia menyenggolku ketika sedang membawa minuman, minuman itu jatuh gelasnya pecah semua, aku jadi gak enak sama Kyai Hasan dan Umi." ujar Asyifa.
"Heran aku jadinya" ujar Nayla sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Kenapa Jadi heran ?" tanya Asyifa penasaran.
"Heran saja, Ustaz Bani paling irit bicara sama perempuan tapi sama kamu beda" ujar Nayla sambil terus memikirkan sikap ustaz Bani.
"Sudah jangan bahas dia terus nanti ke enakan, dikirain kita fansnya dia" ujar Asyifa lalu ia pergi ke arah lemarinya untuk mengganti bajunya.
Setelah selesai Asyifa pamit untuk menemui orang tuanya, dan kebetulan ustazah Sari juga sudah datang.
Di rumah Kyai Hasan. Ummah dan Umi terus saling meminta maaf, mereka mengklaim bahwa anak mereka yang salah.
"Bani salah ko " ujar Umi.
"Asyifa juga salah" timpal Ummah.
"Sudah - sudah ,mungkin keduanya salah" Kyai Hasan menengahi.
"Maafkan sikap anak kami ya" ujar Abi.
"Tidak papa, mungkin mereka belum bisa mengontrol emosi mereka" ujar Kyai Hasan.
Ketika Asyifa akan membuka pintu gerbang yang menuju rumah Kyai Hasan tangannya sudah ada yang menariknya.
"apa - apaan ini ?" tanya Asyifa bingung.
"Saya peringatkan ke kamu, gak usah cari muka dengan keluarga ustaz Bani, inget kamu itu santri baru di sini" ujar seseorang yang menarik tangan Asyifa dengan tatapan sinis.
"Tenang saja tidak perlu mencemaskan saya karena ustaz Bani buka tipe saya, dan mana mungkin juga saya mau nikah sama mausia kulkas berbulu singa". tutur Asyifa dengan santainya.
"Apa maksud kamu manusia kulkas berbulu singa ?" tanya seseorang itu bingung.
"Nanti akan tau setelah menikah dengan ustaz Bani" ujar Asyifa sambil tersenyum geli. "Orang tua ku sudah menunggu, jadi aku permisi" sambung Asyifa lalu pergi meninggalkan seseorang itu.
"Kamu lama sekali nak ?" tanya Ummah saat Asyifa memasuki rumah Kyai Hasan.
"Tadi aku nungguin Nayla sebentar karena ustazah Sari ada urusan sebentar" jelas Asyifa.
Asyifa duduk di samping Ummahnya.
"Ini udah hampir sore, kami mau permisi pulang" ujar Abi pada Kyai Hasan.
"Tidak nunggu ashar dulu ?" tanya Kyai Hasan.
"Sepertinya tidak, karena kami masih ada acara" jawab Abi.
Asyifa mengantar keluarganya untuk pulang begitu pun dengan Kyai Hasan dan Umi.
"Umi kami titip anak kita ya, kalau dia berbuat salah hukum saja" ujar Ummah.
"Ummah" rengek Asyifa.
"Insya Allah kami akan menjaga Asyifa" ujar Umi sambil tersenyum.
"Nak inget jangan ulangi perbuatan tadi " ujar Ummah memberi peringatan untuk Asyifa.
Asyifa hanya mengangguk tanda mengerti tentang peringatan Ummahnya. Asyifa memeluk Ummahnya tanda perpisahan mereka. tak lupa Asyifa juga memeluk Abinya.
"Jaga diri kamu baik - baik, jangan ulangi perbuatan yang tadi" ujar Abi.
Kini Asyifa berpindah memeluk kakak iparnya Shela.
"Kak nanti jemput Asyifa kalau dedenya udah lahir ya" pinta Asyifa pada kakak iparnya.
"Iya sayang" jawab Shela.
"Kamu juga harus ingat cari adik ipar buat kak Abian" bisik Shela di telinga Asyifa.
"Doakan saja" bisik Asyifa sambil tersenyum.
Pelukan Asyifa berpindah ke kakaknya yaitu Abian. "De cowok yang tadi nabrak kamu ganteng juga loh" goda Abian pelan.
"Kakak !!".
Abian langsung tertawa pelan, namun tetap saja tawanya membuat semua yang ada di situ menoleh ke arahnya, karena sadar semua orang memandangnya Abian langsung menghentikan tawanya.
Mobil yang di kendarai Abian sudah pergi meninggalakan pesantren. Asyifa kembali lagi ke asramanya. ada rasa sedih karena harus berpisah lagi dengan keluarganya. ingin ia menangis saat keluarganya akan pulang, namun ia menahannya agar tidak membuat keluarganya khawatir.
"Tunggu Asyifa" Suara Umi membuat Asyifa menghentikan langkahnya.
"Nak maafkan perlaukan Bani yang tadi, sebenarnya Bani anak yang baik dan penurut, mungkin tadi dia sedang banyak masalah jadi emosinya tidak terkontrol" jelas Umi.
"Hmmm. . Tidak papa Umi, maafkan Asyifa juga yang terpancing emosi".ujar Asyifa.
...*****...
Di dalam gedung utama Ustazah Salwa terlihat begitu mondar - mandir, entah apa yang membuat dirinya begitu Khawatir. Aisyah lama sekali. gumamnya dalam hati.
Tak lama kemudian Ustazah Aisyah datang menghampiri Salwa yang terlihat mondar - mandir.
"Kamu kenapa mondar - mandir ?" tegur Ustazah Aisyah.
"Kamu lama sekali datangnya" protes ustazah Salwa.
"Maaf" ujarnya Ustazah Aisyah singkat. "Ada apa kamu memanggilku ke sini ?" tanya nya yang penasaran.
"Aku hanya ingin mentipkan ini" Ustazah Salwa memberikan sebuah amplop kepada Usatzah Aisyah.
"Apa Ini?" tanya Ustazah Aisyah.
"Aku titip ini untuk Bani" jawab Ustazah Salwa.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
***HAI PARA READER👋👋
Like adalah cara untuk memberi semangat di setiap Karya.
Vote adalah cara readers untuk mengahargai karya Author.
Jadi jangan lupa Like dan vote terus, dukungan kalian sangat berarti buat Author.
Sampaikan kritik dan saran kalian di kolom komentar***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Mulyatul Aini
sifat nya dirbh lh thoe
2021-06-16
0
Iin Zahril
ya ank kyai kok perilaku nya gk baik
2021-05-19
0
Mei Susanti
semua ny tidak mencerminkan sifat ustadz and ustadzah...santriny pun begitu juga...masak sifat ustadz dan ustadzah nya kaya begitu...
2021-05-07
14