"Tapi kalau cowok yang pake kokok dan sarung punya kegantengan sendiri, kenapa kakak malah memilih kak Abian yang gak pernah pake koko dan sarung dalam kesehariannya ?" tanya Asyifa yang masih bingung dengan ke gantengan cowok pake koko dan sarung.
Shela hanya tertawa kecil mendengar pertanyaan adik iparnya itu, dan sebenarnya Shela pun bingung kenapa dia mau sama Abian padahal dulu waktu masih di pesantren banyak ustaz - ustaz muda dan sukses yang mengajaknya untuk ta'aruf.
"Ya itulah yang namanya jodoh" jawab Shela.
"Jangan - jangan nanti kamu juga bertemu jodoh kamu di pesantern, kan jodoh tidak ada yang tau" sambung Shela untuk menggoda adik iparnya.
"Kakak jangan ngada - ngada aku ini masih kecil belum waktunya ketemu jodoh, gimana mau ketemu jodoh pacaran aja belum" ujar Asyifa dengan polosnya.
"Heii inget dalam agama islam itu di larang pacaran" Shela memperingati adik iparnya.
"Kalau emang di larang kenapa dulu kakak pacaran sama kak Abian ?" tanya Asifa yang masih bingung,membuat Shela hanya menggeleng - gelengkan kepalanya.
Ini anak polos apa emang bener - bener gak tau si ? tanya batin Shela.
Dengan sangat hati - hati dan teliti Shela menjelaskan bagaimana prosesnya dulu dengan Abian hingga mereka menikah.
Lama ke lamaan Asyifa mulai bisa melupakan kesedihannya, di sela - sela mereka bercerita selalu ada tawa, membuat Shela merasa lega karena berhasil menghibur adik iparnya.
Sementara itu, Abi Umar keluar dari kamarnya untuk makan malam, dirinya sengaja melewati kamar Asyifa karena ingin melihat ke adaan anaknya, saat mendekati pintu kamar anaknya terdengar suara Asyifa sedang tertawa riang di dalam kamar, membuat hati Abi umar merasa sedikit lega.
"Alhamdulilah" ucap Abi Umar pelan sambil mengusap dadanya. lalu pergi ke ruang makan.
"Kakak lupa membantu Ummah menyiapkan makanan" ujar Shela lalu pergi meninggalkan Asyifa dan berlari menuju ke dapur.
"Ummah maafkan Shela, tidak membantu Ummah di dapur" ujar Shela dengan raut wajah yang merasa bersalah. "Shela malah asik bercerita dengan Syifa". sambung Shela.
"Tidak apa - apa sayang, kamu kan sudah bantu Ummah jagain Syifa" Ujar Ummah dengan lembut pada menantunya. "Cepat panggil suami mu" perintah Ummah pada menantunya. " dan Ummah akan memanggil Syifa" Sambung Ummah lalu pergi ke kamar Asyifa.
Setelah makan malam selesai Ummah di bantu Shela dan Syifa membereskan bekas makan malam mereka. sedangkan Abi dan Abian pergi ke ruang televisi untuk mengobrol.
"Gimana proses pembagunan rumah kalian ?" tanya Abi memulai pembicaraannya.
"Sudah 50% Abi" jawab Abian. "Mungkin satu atau dua bulan lagi sudah bisa di tempati" sambung Abian.
"Bian Abi ini sudah pengen bersantai - santai, kapan kamu siap bergabung di perusahaan Abi ?" tanya Abi pada Abian.
Abi Umar mempunyai sebuah rumah produksi yang ia rintis sejak tiga puluh tahun yang lalu bersama Ummah istrinya. usah garmen yang mereka rintis kini sudah berkembang walau pun tidak besar namun cukup untuk menghidupi keluarganya. dan pernah beberapa kali perushaan Abi Umar mendapat orderan dari luar negeri.
"Tapi Bi, sekarang ini restaurant masih belum bisa aku tinggal sepenuhnya." ujar Abian dengan lembut.
Abian memiliki sebuah restaurant yang kini sedang berkembang, Abian yang mempunyai sifat pekerja keras, hingga ia bertekad harus mempunyai usaha sendiri dan tidak bergantung pada orang tua.
"Abi selalu menunggu kesiapan kamu, karena itu juga bakalan menjadi milik kamu dan adik kamu" ujar Abi umar.
Sementara di dapur Shela sedang menyuci piring di bantu oleh Asyifa sedangan Ummah sedang membersihkan meja makan, mereka tidak memperkerjakan asisten rumah tangga karena menurut ummah dirinya masih sanggup menghandle semuanya.
"Ummah apa bener kalau cowok yang pake sarung dan koko itu mempunyai ke gantengan tersendiri ?". tanya Asyifa yang pemasaran.
Ummah yang mendengar pertanyaan dari Asyifa hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum karena melihat tingkah polos anaknya.
"Kata siapa sayang ?" tanya Ummah dan mendekati Asyifa yang sedang memberekan piring yang habis di cuci.
"Kak Shela yang bilang" jawab Asyifa sambil melirik kakak iparnya.
Shela yang namanya di sebut oleh adik iparnya hanya menggelengkan kepala dan tersenyum geli karena Shela tak pernah berpikiran kalau Asyifa akan bertanya hal itu juga pada ummahnya, Shela melirik ke arah Ummah dan tersenyum penuh makna.
"Lihat saja nanti sayang, kamu akan menilainya sendiri. ujar Ummah sambil tersenyum.
...******...
Senin pagi seperti yang sudah di sepakati oleh keluarga Abi Umar. mereka akan mengantar Asyifa ke pesantren. barang bawaan yang sudah di persiapkan dari hari - hari kemaren kini sedang di masukan ke bagasi mobil oleh Abian. Banyak sekali barang bawaannya, udah kaya mau pindahan saja.gerutu Abian saat memasukan barenng Asyifa ke bagasi.
"Udah bereng Bi !" ujar Abian pada Abinya.
Ummah dan Shela berjalan ke arah suami mereka masing - masing.
"Mana Asyifa ?" tanya Ummah pada Abian dan Abi Umar.
"Dia belum keluar " jawab Abi Umar singkat.
"Sayang Ayo turun kita sudah siap !!".
"Bentar Ummah ".
Asyifa yang sedang melamun di depan meja rias di buat kaget oleh teriakan Ummahnya.
Asyifa bangkin dari tempat duduknya dan melangkah ke arah pintu keluar, namun langkahnya terhenti, Asyifa kembali melihat - lihat sekeliling kamarnya. Kamar yang susah ia tempati selama kurang lebih 12 tahunan, kamar yang luas dan berisikan baberapa fasilitas seperti kamar mandi, Ac, tv dan yang lainnya. ada rasa tidak rela untuk meninggalkannya.
Dan Seketika Asyifa terbanyak suasana pesantren yang berada di perkampungan, dan pasti kamar yang akan di tempatnya sempit dan penuh sesak, lebih parahnya lagi tidak ada Ac, bahkan untuk ke kamar mandi pun harus antri. Asyifa hanya bergidik saat membayangkannya.
"Ifa Ayo turun, ini kita sudah telat" teriak Abian sukses membuat Asyifa kaget dan sadar dari lamunannya. Asyifa langsung berlari dari kamarnya menuju teras depan rumahnya dimana keluarganya sudah menunggunya.
"Habis ngapain si lama banget ?" tanya Abian yang kesal sudah menunggu Asyifa terlalu lama.
"Kepo !!".
Abian duduk di bagian kemudi dan Abi Umar berada di samping Abian sedangkan Ummah, Shela dan Asyifa duduk di jok tengah.
Selama perjalanan Ummah terus memeluk putri semata wayangnya, dan Ummah pun menahan sekuat tenaga untuk tidak menangis karena takut putrinya akan Khawatir.
"Kamu gak usah so sedih, walau pun sedih kami akan tetap mengantarmu ke pesantren" Celetuk Abian pada Adiknya.
"Kakak !!" Pekik Asyifa.
"Emang begitu kenyataannya".Bela Abian yang tak mau kalah dari adiknya.
"Kamu fokus nyetir saja, jangan ganggu adik kamu" tegur Shela pada suaminya.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Haii para Reader 👋👋
Semoga kalian suka dengan ceritanya, jangan sungkan untuk memberi kritik dan sarannya. .
Masih di tunggu Boom Like dan Votenya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Al Ibnu
aku suka bangat baca novel yang berhubungan dengan pesantren
2021-08-25
3
Seila Na
🤗🤗
2021-07-21
0
Uda'k Issal
yg jelas cara penulisan nya aj d beneri thoor ,maaf sementara itu dulu saran dr sy.
2021-06-17
0