Sepanjang perjalanan Asyifa banyak memandang ke arah luar, memperhatikan setiap langkah mobilnya melaju. Pesantren Al- Barokah berada jauh dari pusat kota. Dari rumah Asyifa memerlukan waktu satu setengah jam untuk sampai di pesantren. Suasana kampung yang masih asri, hawa sejuk membuat siapa saja yang datang ke situ akan betah berlama - lama.
Bukan tanpa alasan Abi Umar memilih menitipkan anaknya di pesantren tersebut, Selain jarak yang tidak terlalu jauh, dan pesantren tersebut juga merupakan milik Sahabat Abi Ummar.
Mobil yang di kendarai oleh Abian sudah memasuki Kawasan pesantren, setelah memarkirkan kendaraannya, satu persatu semua penumpang turun, Abi dan Ummah sudah melangkah terlebih dahulu di susul oleh menantu mereka, Abian Sibuk menurunkan barang bawaan Asyifa.
Sementara Asyifa masih duduk termenung dalam mobil,pandangan matanya melihat setiap sudut pesantren, rasa takut mulai menghantui dirinya.
"Sayang Ayo turun, kita sudah sampai". ujar Ummah saat melihat anaknya melamun di dalam mobil.
Shela melihat adik iparnya termenung di mobil kemudian menghampirinya.
"Ayo turun" Ajak Shela dengan lembut.
Akhirnya Asyifa mau turun dari mobil,mereka beriringan berjalan menuju bangunan utama pesantren.
"Asalamualaikum. . . "
"Walaikumsalam. . . "
Pak Umar mengucapkan salam sebelum memasuki gedung utama dari pesantren Al-Barokah.
Sosok lelaki yang usianya hampir sama dengan pak Umar menjawab salam dan menyambut kedatangan keluarga pak Umar.
"Mari silahkan masuk Umar". sambutnya dengan senyum penuh kewibawaan.
"Gimana ke adaan mu sehat ?" tanya pak Umar sambil memeluk erat sahabatnya itu.
"Alhamdulilah sehat" jawab Pak Hasan. "Saya kira kamu tidak jadi menitipkan putrimu di sini, kaya dulu waktu akan menitipkan putra sulung mu" sambungnya.
Dulu pak Umar juga pernah akan menitipkan Abain di pesantren ini namun karena Abian yang menolak dan mengancam akan pergi meninggalkan rumah jika terus di paksa untuk pesantren. maka pak Umar membatalkn niatnya karena tidak mau anaknya akan pergi dari rumah.
"Insya Allah Jadi " ujar pak Umar.
Mata Asyifa sibuk memonitor seluruh ruangan sekitar. jantungnya tiba - tiba berdegup, mungkin karena rasa cemas yang berlebihan. pak Umar melirik ke arah Asyifa yang hanya mematung sedari tadi.
"Asyifa sini nak, ini kenalin Kyai Hasan temen Abi Sekaligus pemilik pesantren ini". pak Umar memanggil Asyifa dan mengisyaratkan agar mendekat dan memberi penghormatan kepada Kyai Hasan.
Asyifa menyalami Kyai Hasan dengan penuh penghormatan,dan sekaligus memperkenalkan dirinya.
"Asyifa. . ".
"Sudah siap nak untuk tinggal di sini ?" tanya Kyai Hasan membuat Asyifa tergagap bingung harus menjawab apa, kalau di tanya siap atau tidak pasti jawabannya tidak, karena ini semua bukan kemauan sendiri.
"Insya Allah siap" Jawab Asyifa dengan suara yang gemeteran.
"Bagus Nak " sahut Kyai Hasan dengan senyuman penuh ke banggaan "Tapi harus kamu tau kalau di sini semua pekerjaan di lakukan secara bersama - sama alias gotong royong, tidak ada fasilitas khusus juga, dan semua santri di sini di perilakukan dengan sama rata".
Kyai Hasan menjelaskan panjang lebar tentang kondisi dan peraturan di pesantren. walaupun Asyifa anak sahabatnya tapi Asyifa tidak mengharapkan perlakuan istimewah, bagi Asyifa adalah bagaimana dirinya bisa betah tinggal di pesantren agar bisa membuat tenang kedua orang tuanya.
"Kalian istirahat saja di sini dulu nanti baru bisa keliling - keliling melihat pesantren" titah Kyai Hasan. "Saya tinggal sebentar karena ada urusan sebentar" sambung Kyai Hasan.
"Terima kasih " ujar pak Umar.
Asyifa duduk di samping Ummahnya dan menyandarkan dirinya pada Ummahnya seakan - akan dirinya tidak ingin berpisah.
"Ifa yang betah ya di sini, Ummah dan Abi bakalan sering - sering berkunjung ke sini".
Bibir Asyifa mengatup rapat, serta pelupuk matanya sudah mulai banjir, namun ia tahan dengan kekuatan senyumannya agar orang tuanya berat atau kepikiraan saat meninggalkannya.
Sedih rasanya mendengar kata perpisahan tersebut bagaimana pun selama tujuh belas tahun dirinya selalu bersama Ummah, Abi dan Kakaknya.
"Baik - baik di sini ya nak, inget jaga shalat mu " ujar Abinya. " Dan inget jaga pandanganmu karena ustaz dan santrinya banyak yang ganteng" Goda Abi untuk mencairkan suasana yang sudah mulai menegang.
"Siapa tau nanti kamu pulang bawa jodoh" Sambung Ummah menambah godaan suaminya.
"Ahh adik gue pulang bawa jodoh" Timpa Abian sambil tertawa dengan keras membuat Abian dapat sebuah cubitan keras di lengannya dari Istrinya. "Aww sakit sayang" rintih Abian.
Asyifa hanya tersenyum saat mendengar godaan dari keluarganya, namun ia teringat kembali dengan kata - kata kakak Iparmya yang berkata tentang kegantengan pria yang sarungan dan kokoan. Seganteng apa si orang yang pakai baju koko dan sarungan. Asyifa semakin penasaran akan hal tersebut dan ingin segera melihatnya.
...********...
Setelah Keluarga Asyifa pamit pulang, Asyifa di bawa ke Asrama putri oleh ustazah Aisyah.
pintu kamar yang akan di tempati Asyifa terbuka dengan lebarnya, dua sosok gadis yang ada di dalamnya kemudian berdiri menyambut dengan senyumannya.
"Perkenalkan ini Asyifa, dia akan tinggal bareng kalian, saya titip Asyifa pada kalian ya" ujar Ustazah pada kedua gadis tersebut.
"Baik Ustazah" jawab gadis tersebut berbarengan.
"Asyifa ini teman baru kamu, kamu akan tinggal di sini, kalau ada yang kamu tidak mengerti bisa kamu tanyakan pada mereka" tutur Ustazah Aisyah pada Asyifa. "Saya pamit dulu, kamu silahkan istirahat sebelum mengikuti kegiatan yang lain" sambung Ustazah Aisyah lalu pergi meninggalkan Asyifa dan kedua temen barunya.
Asyifa memasuki kamarnya dan di bantu kedua temennya. mata Asyifa tidak lepas memonitor seluruh kamar yang hanya ada tiga tempat tidur kecil, tiga lemari kecil dan tiga meja yang tidak terlalu besar. di dalam kamarnya juga terdapat satu buah kamar mandi. rasa cemas akan antri di kamar mandi sebagai mana biasanya di pesantren langsung hilang karena ternyata setiap kamar terdapat satu buah kamar mandi.
"Kenalin Aku Nayla. ."
"Asyifa panggil aja Syifa".
"Aku Mila. ."
"Asyifa panggil aja Syifa ".
Mereka saling memperkenalkan diri satu sama lainnya dan saling berjabat tangan.Nayla dan Mila hampir seumuran dengan Asyifa, membuat Asyifa senang mendapat langsung teman baru.
"Baju kamu masukin saja baju kamu ke lemari itu" Nayla menunjukan lemari yang akan menjadi milik Syifa.
"Itu juga kasur dan meja milik kamu" timpal Mila.
Mereka bertiga mulai bercerita tentang asal usul mereka sambil Asyifa terus memberskan barang bawaannya. Asyifa pun tak lupa bertanya tentang ke adaan pesantren tersebut.
Kini sudah memasuki waktu Asar, Asyifa mengikuti sholat Asar berjama'ah dan mengikuti kegiatan pertamanya yang di pimpin oleh Ustazah Aisyah.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
***Hai para readers
Author mohon maaf belum bisa Update tiap hari karena author juga mempunyai kesibukan di dunia nyata.
Jangan lupa Like dan komennya. .
Terima Kasih***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Siti Muyasaroh
menarik
2024-11-06
0
bunda syifa
baru Nemu ini Thor cerita pesantren ada kamar mandi sendiri setiap kamar nya, sebelum nya belum pernah Nemu d dunia nyata maupun dunia halu
2024-08-03
0
Al Ibnu
lanjut thor
2021-08-25
0