"Abi . . " teriak Asyifa sambil berlari menuju di mana Abi Umar sedang berdiri di pintu masuk gedung utama pesantren.
Semua penghuni gedung itu menoleh ke arah Asyifa yang sedang berlari mengampiri Abinya.
Dasar bocah, baru tinggal di sini seminggu saja udah kaya tinggal bertahun - tahun. Gumam seseorang yang tidak menyukai Asyifa.
Asyifa memeluk Abinya dengan erat, begitu pun dengan Abi yang sangat merindukan putri satu - satunya itu.
"Wah, wah - wah rupanya ada yang mulai betah tinggal di sini" sindir Abian membuat Asyifa melepaskan pelukan dari Abinya.
"Harus betah demi masa depan yang baik" ujar Asyifa dengan bangganya. "Aku perempuan berani pesantren sendiri, jauh dari orang tua" Asyifa menyindir kakaknya.
"Pasti di sini kamu punya penyemangat yah, makanya kamu betah" tebak Abian.
"Punya dong" jawab Asyifa dengan bangganya.
"Siap dek ?" tanya Abian yang penasaran "Ustaz di sini apa santri ?" tanya Abian Lagi.
"Siapa lagi kalau bukan Ummah, Abi , dan tentunya Kak Shela" jawab Asyifa dengan santainya.
"Kak Abaian nggak di sebut ?" protes Abian.
"Karena kakak tidak termasuk, masa gitu aja gak tau". ketus Asyifa.
"Sudah - sudah, malu sama Kyai dan Umi" ujar Abi membuat Asyifa langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Maaf Umi dan pak Kyai mereka memang selalu begitu" ujar Ummah yang tidak enak hati.
"Gak papa, namanya juga adik kakak, anak saya juga suka gitu ko" jawab Umi sambik tersenyum.
Asyifa melepas rindu bersama keluarganya di ruang serbaguna khusus untuk santri saat di jenguk keluarganya.
Ummah membuka rantang yang isinya nasi, ayam asam manis dan capcay. semua itu makanan ke sukaan Asyifa, di situ Asyifa makan dengan lahapnya walaupun ia sudah makan tapi entah kenapa setelah melihat makanan yang di bawa Ummahnya perutnya kembali keroncongan.
...*******...
Bani dari tadi pagi tidak keluar kamar, ia keluar kamar saat sarapan dan habis itu masuk kembali ke kamarnya.
"Nak, Umi boleh masuk ?" tanya Umi saat di depan kamar Bani.
"Masuk Umi tidak di kunci ko" jawan Bani dari dalam kamarnya.
Umi masuk ke dalam kamarnya, melihat anak bujangnya yang duduk di atas kasur dengan rambut yang acak - acakkan.
"Kamu sakit ?" tanya Umi.
"Aku baik - baik saja Umi" .
"Tapi kenapa kamu tidak keluar kamar ? apa ada masalah ?" tebak Umi.
"Iya tapi sudah Bani atasi ko, Bani hanya ingin beristirahat saja" jawab Bani yang tidak ingin Uminya bersedih.
"Nanti ada acara makan siang di rumah bareng temennya Abah, Umi harap kamu bisa ikut dalam acara tersebut" ujar Umi pada Bani.
"Tapi Abah dan Umi tidak sedang merencanakan sesuatukan ?" tanya Bani penuh selidik.
"Ini Hanya makan siang biasa, karena dia sedang kebetulan datang ke sini untuk mengunjungi anaknya" jawab Umi sambil tersenyum.
Umi keluar dari dari kamarnya untuk mempersiapkan makan siang yang di bantu Bi Tuti. Bani keluar dari kamarnya dan memasuki kamar adiknya.
"Kakak kalau masuk itu ketuk pintu dulu" protes Fariz.
"Udah terlanjur" jawab Bani singkat.
"Ada apa ?" tanya Fariz penasaran.
"Tadi Umi bilang kalau siang nanti ada acara makan siang di rumah bareng temennya Abi" tutur Bani.
"Iya tau, Umi sudah cerita, gak usah geer itu makan siang biasa, kalau mereka mau menjodohkan anaknya kakak tenang saja, kalau kakak nolak Fariz bakalan mau ko di jodohin" ujar Fariz penuh semangat membuat Bani mengerutkan dahinya, ia bingung kenapa adiknya begitu bersemangat kalau di jodohkan.
"Kenapa kamu bersemangat sekali untuk di jodohkan ?" tanya Bani penasaran.
"Karena pilihan Abah dan Umi tidak bakalan salah, dan aku juga tidak ingin mengecewakan Abah dan Umi" tutur Fariz.
Bani langsung termenung mendengar penuturan Fariz karena itu sama saja menyindir dirinya.sudah berkali - kali ia menolak wanita yang selalu di jodohkan oleh keluarganya, bukan tanpa alasan Bani menolaknya.
Bani kembali ke kamarnya, di kamarnya ia termenung, umurnya sudah cukup untuk menikah, dan bahkan temen - temannya juga sudah banyak yang menggendong anak. menurut Bani ketika ia di jodohkan dengan seorang wanita, dirinya selalu berdoa dengan cara shalat istikharoh tapi setiap wanita itu tidak ada yang mampu menggetarkan hatinya atau pun pun terbayang di pikirannya.
Lama Bani termenung di kamarnya meminta petunjuk agar di percepat bertemu jodohnya, hingga tak terasa Adzan dzuhur sudah berkumandang. Bani segera mengambil sarung dan kokonya lalu pergi ke surau untuk melakukan shalat berjamaah bersama santri.
Bagitu pun dengan keluarga Asyifa yang langsung bersiap untuk mengikuti shalat dzuhur. setelah selesai shalat dzuhur keluarga Asyifa di ajak makan siang di rumah Umi.
"Umi maaf Syifa tidak bisa ikut" ujar Asyifa dengan rasa takut.
"Kenapa sayang?" tanya Umi lembut.
"Syifa makan bareng santri yang lainnya saja, Syifa tidak enak dengan santri lain" jawab Asyifa.
"Tidak papa nak, santri yang lain kalau di jenguk keluarganya malah ada yang sampai di bawa keluar pesantren " ujar Umi yang mengerti akan ke khawatiran Asyifa.
Akhirnya Asyifa mau ikut ke rumah Umi, Asyifa berjalan paling belakang sendirian sehingga ada yang melihat Asyifa memasuki pekarangan rumah Umi.
"Lihat santri baru itu, sudah berani dia masuk ke rumah Umi" ujar seseorang padan temennya.
"Tapi dia masuk bersama keluarganya tau jangan - jangan " ucap temennya tersebut.
"jangan - jangan apa ?" tanya temennya penasaran.
" ya jangan - jangan Syifa mau di jodohkan dengan ustaz Bani" ujar temennya itu.
"Gak mungkin, si Syifa masih bocah, jadi gak cocok dengan ustaz Bani" ujar seseorang itu kesal.
"Kitakan gak tau, gimana kalau mereka berjodoh" ujar temennya.
"Jangan berpikir sampai situ, ayo pergi nanti kita ketahuan" ujar seseorang tersebut dengan perasaan yang kesal.
Asyifa memonitor seluruh ruangan di rumah Umi, yang sederhana tapi indah kalau di pandang. Asyifa duduk di ruang tamu bersama keluarganya, kemudian Umi perhi ke dapur untuk mempersiapakan untuk makan siang.Ummah perinisiatif untuk membantu Umi di dapur, Ummah mengajak Asyifa namun ketika Shela akan ikut ke dapur langsung di cegah Ummah dengan alasan takut ke capean.
Ummah, Umi dan Asyifa menata semua makanan di meja makan, mereka menyiapkan semuanya dengan rapih, setelah rapih Asyifa di tugaskan untuk memanggil anggota keluarga yang ada di ruang tamu.
Semua keluarga sudah berkumpul di meja makan, yang belum hanya tinggal anak - anak dari Abah dan Umi.
Asyifa izin ke toliet yang terletak di dekat tangga, namun saat keluar toilet dan berjalan ke arah meja makan Asyifa tersenggol seseorang hingga ia maju beberapa langkah karena terdorong.
"Aduh " rintih Asyifa yang membuat Semua orang yang di meja makan menatap ke arahnya.
🌺🌺🌺🌺
Bantu Like dan Vote biar Author tambah semangat untuk menulisnya. satu like dan Vote itu membuat Aku semakin semangat. Reader butuh cerita dan aku butuh like dan vote dari kalian.🙏
Like dan vote merupakan cara readers menghargai karya saya👍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Siti Fatma
kok ceritanya g kayak dipesantren yaaa.. lebih seru cerita cinta terhalang dinding pesantren
2022-01-29
0
Siti Suprihatin
mereka berjodoh❤️❤️
2021-09-12
0
Al Ibnu
emang jodoh ketemu terus walau harus tabrakan sih
2021-08-25
0