Berubah Lembut

Setelah menyelesaikan makan malam, Delia dengan patuh meminum obat yang telah disiapkan untuknya. Selang hitungan menit tubuhnya bereaksi dengan rasa kantuk yang datang menyerang dan tak dapat ditahannya, beberapa kali ia menguap namun tetap pada posisi duduk setengah bersandar pada ujung ranjang.

" Kenapa kau menahan rasa kantukmu… cepatlah berbaring dan tidur, agar kau lekas pulih." Agra berucap dengan nada pelan dan tegas, sambil merebahkan tubuhnya pada sofa empuk dan lembut yang tersedia di seberang ranjang pasien. Didepannya ada meja dengan buah-buahan diatasnya. Terlihat masih segar dan begitu menggoda. Kemudian ia menegakkan kembali punggungnya, meraih pisau buah yang tersedia disamping keranjang tersebut serta mengambil satu apel dengan kualitas premium yang tentu saja khusus disediakan oleh pihak rumah sakit bagi para pasien kelas vvip sepertinya. Dengan gerakan cepat dan seperti sudah terlatih, ia mengupas dengan hasil nyaris sempurna bersih tanpa tertinggal kulitnya sedikitpun dan tentu saja tanpa membuatnya terlalu lama terkontaminasi tangannya yang mungkin saja akan membuat buah tersebut kehilangan vitamin yang terkandung di dalamnya.

Agra meraih piring kecil yang juga tersedia disana, lanjut memotongnya menjadi beberapa slice yang kesemuanya setiap slice terlihat hampir semua sama. Ia beranjak menuju ranjang pasien dengan membawa buah tersebut, berdiri menjulang mengamati Delia yang menahan matanya supaya tak terpejam hingga terkantuk- kantuk sebab tak ingin Agra memarahinya jikalau nanti lelaki itu merasa terabaikan olehnya seperti yang telah biasa terjadi ketika dikantor pada saat jam kerjanya. Menuntutnya untuk bekerja seprofesional mungkin dalam semua pekerjaan yang telah dilimpahkan untuknya, tanpa mengabaikan atasan meski apapun yang terjadi. Terkadang juga konsentrasinya sering terpecah saat dihadapkan pada setumpuk berkas yang membuat kepalanya serasa penuh.

"Makanlah ini supaya kau segar kembali jika tak ingin tidur lebih awal. Ini masih jam delapan, temani aku menghabiskan apel ini." Ujarnya sembari mengangsurkan piring kecil berisi potongan buah apel kehadapan Delia.

Perempuan itu mengangkat kepalanya yang menunduk kembali karena menahan kantuk yang semakin terasa melenakan netranya untuk segera mereguk nikmatnya berbaring guna membasuh penat yang menumpuk setelah seharian beraktivitas dan juga tentu saja efek samping obat yang dikonsumsinya, ia terperanjat ketika Agra mendudukkan diri di ranjang.

" Emhh… iya tuan." Dengan gerakan cepat ia meraih potongan apel yang diangsurkan padanya, karena tak ingin menyulut emosi suami sekaligus atasannya ini yang memiliki temperamen buruk.

"Hei…" Agra meletakkan apel diranjang, tak urung telunjuk dan ibu jarinya menyentuh kemudian mengangkat dagu Delia yang terlihat menundukkan wajah tak berani menatap Agra sambil mengunyah apel yang diambilnya tadi.

"Bukankah sudah kubilang kau harus memanggilku apa!"

"Emmh...i…iya tuan… maksudku, sa… sayang. Maafkan aku melupakan hal itu." Seketika rona merah muda menjalari, menghiasi tulang pipinya.

"Aku masih belum terbiasa memanggilmu seperti itu, jadi maaf jika terkadang aku tak sadar terlupa."

"Dokter bilang saat kau tak sadar tadi, kau kekurangan nutrisi dan juga asam lambung yang naik sehingga menyebabkanmu sampai tak sadarkan diri."

"Iya… maafkan aku merepotkanmu. Hingga membuat pekerjaan dikantor terbengkalai, aku berjanji tak akan mengulanginya."

"Untuk apa meminta maaf, aku yang seharusnya lebih memperhatikanmu. Aku sudah menghubungi mama untuk mempekerjakan asisten rumah utama di apartemen. Kulihat dari cctv kamu membersihkan tempat tinggal kita dengan kepayahan, jadi akulah yang seharusnya minta maaf padamu karena membuat keputusan yang menyebabkan istriku yang cantik ini kelelahan." Dengan sebelah tangannya mengelusi wajah Delia yang semakin hari semakin terlihat begitu bersinar meski kini sedikit pucat akibat sakitnya.

Sejenak ia tak percaya apa yang Agra ucapkan padanya. Apakah ini hanya halusinasinya? Ataukah ini kenyataan? Agra yang arogan dan bersikap dingin sebelum-sebelumnya, mengapa kini berbicara selembut ini padanya? Bahkan terkadang jika ia melakukan kesalahan sekecil apapun, suaminya itu tak segan akan langsung menghardiknya dengan mulutnya yang luar biasa tajam itu.

Semburat merah muda lagi bertambah terlihat jelas dipipi Delia. Ia memberanikan diri menatap Agra yang masih menelusuri sisi wajahnya, semakin tersipu ketika mengetahui pandangan Agra bersirobok dengannya. Tatapan mata yang jarang sekali ia temui sebelumnya, begitu terlihat memuja dan penuh kasih.

"Tidurlah… aku akan menjagamu." Ucapnya pelan namun tegas tak terbantahkan.

"Hmm… sayang. Di… disini, kurasa disini masih cukup luas untukmu beristirahat. Jadi maukah kamu tidur disini, karena aku tak mau melihatmu tidur disofa. Itu pasti akan membuat punggungmu terasa tak nyaman." Dengan nada takut takut ia mengutarakan kekalutannya saat ini.

Agra menahan senyum namun tak terlihat oleh Delia karena ia di posisi membelakangi istrinya saat akan melangkah menuju sofa untuk beristirahat.

"Apakah… kamu yakin dengan ucapanmu itu? Aku bahkan tak menjamin kau bisa tertidur nyenyak jika aku berada disisimu, meski kondisimu saat ini sedang lemah."

Perempuan itu bergidik ngeri mendengar penuturan Agra. Terakhir kali ia tak diberikan waktu istirahat barang sejenak guna memenuhi kebutuhan suaminya , hingga keesokan harinya ia terjatuh akibat kaki dan tulang-tulangnya terasa remuk redam serta lemas sebab kekuatannya tak sebanding oleh hasr*t Agra yang begitu kuat bak singa yang menerkam mangsanya, menjeratnya sampai benar-benar tiada ampun dan berakhir tak berdaya.

"Hanya tidur saja, aku hanya ingin melihatmu istirahat dengan baik. Kamu tahu… postur tubuhmu tak sepadan dengan sofa itu" Tunjuknya jengah pada sofa diseberang ranjang.

Lelaki itu tersenyum penuh arti, membalikkan tubuhnya melangkah menuju sisi ranjang samping Delia yang terlihat masih cukup luas untuk tiga orang dewasa.

"Baiklah… dengan senang hati Sayang!" Membuat Delia tersipu mendengar panggilan baru Agra padanya.

Ia merebahkan tubuhnya, berbaring miring menghadap istri cantiknya yang juga sedang menatapnya malu-malu.

Delia merutuki ucapannya sendiri, seharusnya ia tak menawari Agra untuk tidur bersamanya. Terlihat amat jelas jikalau saat ini detak jantungnya berdegup kencang imbas menyadari ada lelaki dewasa yang kini sedang berada disampingnya sebab undangannya sendiri.

Kepalang tanggung, pun matanya sudah tak bisa berkompromi. Benar-benar mengantuk, yang akhirnya ia pun memejamkan mata dan tidur dengan Agra yang terus menatapnya penuh arti.

"Dasar kelinci nakal… sudah tahu mengantuk tapi masih saja memprovokasiku, huh!" ucapnya dengan sinis kemudian berdiri dan melangkah menjauhi ranjang pasien dengan rasa nyeri dipusat tubuhnya akibat godaan tak sengaja istrinya tadi.

Begitu mendudukan diri di sofa, ia meraih ponselnya yang terletak dimeja bergetar beberapa kali menampilkan layar yang berkedip dan sekilas terlihat asisten Alex memanggil.

"Ya hallo. Ada apa?"

"Besok anda harus menghadiri pertemuan penting di…"

"Kenapa tidak kau saja yang datang. Aku harus menemani Delia, dia sedang sakit!" Sergahnya tanpa menunggu kelanjutan jadwal yang disampaikan asisten Alex.

"Maaf tuan… tapi sekertaris dari pihak investor hari ini menyampaikan jika tuan diharuskan hadir dalam rapat besok karena atasannya dalam seminggu ini memiliki jadwal padat sehingga kalau anda tidak datang dalam meeting kali ini beliau akan membatalkan kontrak dengan Wijaya Group" Terangnya panjang lebar.

" Cih… banyak tingkah sekali tua bangka itu!" Umpatnya lalu memutuskan panggilan sepihak dan beralih menatap Delia yang tengah terlelap dalam tidurnya di ranjang pasien. Sejujurnya ia pun tak peduli pada investor dari perusahaan yang masih jauh kredibilitasnya dibandingkan dengan Wijaya Group, tapi tentu saja Agra tak akan ingkar pada janjinya, ia akan tetap datang meski muak jika harus berhadapan dengan penjilat seperti mereka.

Pagi hari masih dirumah sakit

Suara gemericik air terdengar dari balik pintu kamar mandi di ruangan dimana Delia dirawat. Beberapa menit berlalu Agra terlihat keluar menggunakan bathrobe hitamnya yang semalam diantarkan asisten Alex untuknya beserta beberapa keperluan pribadi istrinya. Delia sendiri sebenarnya sudah terlihat lebih segar setelah beberapa perawat perempuan menyeka tubuhnya dan membantu menggantikan pakaian pasien yang baru untuknya.

Ia sebenarnya sudah diperbolehkan untuk pulang siang ini sebab tak ada hal serius yang perlu dikhawatirkan lagi, tetapi karena Agra ada jadwal meeting seharian yang tak bisa ditunda membuat Delia harus mengundur jadwal pulangnya dan menunggu mama Rani yang juga masih mengurus boutiqe miliknya.

Agra telah menghubungi mama Rani pagi pagi sekali dan memintanya untuk menemani Delia karena tak mungkin jika istrinya ia tinggalkan sendiri walaupun dokter dan perawat jaga akan datang memeriksa setiap tiga puluh menit sekali khusus untuk pasien vvip seperti dirinya.

Mama Rani langsung bergegas menuju rumah sakit begitu selesai dengan urusannya, dan ketika ia sampai di koridor yang menghubungkan langsung ke ruangan Delia melalui lift khusus, mama Rani berpapasan dengan Agra yang terlihat sedang menutup pintu perlahan hendak keluar sambil melakukan panggilan telepon.

Begitu mengetahui mama telah sampai ia langsung mematikan sambungan teleponnya dengan asisten Alex lalu berbicara sebentar, memberitahu mamanya bahwa Delia siang ini sudah diperbolehkan pulang dan ia tak bisa menemani karena ada beberapa agenda penting yang tak bisa diwakilkan pada asisten Alex. Sebagai gantinya Agra telah menyiapkan mobil khusus untuk mengantarkan mereka menuju mansion Wijaya.

"Ma… maaf hari ini aku ada beberapa pekerjaan yang tidak bisa kutunda. Untuk itu aku tadi sudah memerintahkan sopir dan pengawal untuk mengantar pulang dan maaf Agra merepotkan mama." Ucapnya dengan tak enak hati sebab tak bisa menemani dan malah merepotkan mamanya.

" Agra… sebaiknya sementara waktu kalian menginap di mansion dulu, mama khawatir akan kondisi istrimu saat ini, mama lihat ia masih sedikit pucat wajahnya." Dengan nada penuh kekhawatiran mama Rani berucap.

"Iya ma… Agra juga berpikir seperti itu, karena akhir-akhir ini jadwal Agra sedikit padat jadi kemungkinan tidak bisa pulang tepat waktu. Maka dari itu biar Delia menginap di mansion menemani mama sementara waktu, setelah urusan hari ini selesai aku akan langsung menyusulnya". Putusnya tegas, kemudian berlalu meninggalkan ruangan setelah mengecup kedua pipi mamanya.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Hernita Hernita

Hernita Hernita

kak saran aja sii supaya pembaca ngga bosen, teks nya jangan terlalu panjang ginii, kasi sesuai paragraf aja dong 4-5 baris trus buat paragraf baruu/Sob//Sob//Sob/

2024-03-29

1

lihat semua
Episodes
1 1. Pengenalan Tokoh
2 2. Pertemuan pertama
3 3. Pertemuan kedua
4 4. Pertemuan ketiga
5 5. Rencana Perjodohan
6 Menolak Perjodohan
7 Kerja Kantoran
8 Perjodohan berlanjut
9 Musuh mengintai
10 Sesi Curhat
11 Sekertaris Tuan Agra
12 Teman Lama
13 Menikah
14 Malam Pertama
15 Sayang?
16 Insiden
17 PINGSAN!!
18 Berubah Lembut
19 Tak Dapat Menahan...
20 Mempublikasikan?
21 Menyadari....
22 Ternyata Jatuh Cinta
23 Merajut Kasih..
24 Hamil..?
25 Rujak...?
26 Pelakor Atau Pebinor???
27 kegaduhan...
28 Mie Instan...
29 Menghukum Pak Li
30 Ke Rumah Yura...
31 Kencan Manis
32 Ngidam Nasi Goreng
33 Celaka!
34 Ngidam lagi?
35 Ancaman Natasya.
36 Dia Milikku!
37 Cinta
38 Mengejar Cinta
39 Sepenggal Kisah
40 Rencana Publikasi
41 Kesalahpahaman?
42 Bayi-bayi Sehat?
43 Kamar Rahasia
44 Ramuan Turun Temurun
45 Draft
46 Tak Bisa Jauh Darimu!
47 London...
48 Penculikan
49 Menemukanmu
50 Dalam Jangkauan
51 Barend
52 Karisa
53 Kontraksi Palsu
54 Mertua Idaman
55 Leo membuat ulah lagi?
56 Tak bisa marah padamu.
57 Long distance Relationship?
58 Memanjakan Diri
59 Yura dan Ibu
60 Kangen
61 Asiik Suamiku Pulang
62 Melepas Rindu
63 Melepas Rindu Lagi
64 Draft
65 Pesta Pernikahan Part 1
66 Pesta Pernikahan Part 2
67 Pesta Pernikahan Part 3
68 Menjelang Pesta.
69 Draft
70 Kelahiran Sang Penerus
71 Go Home
Episodes

Updated 71 Episodes

1
1. Pengenalan Tokoh
2
2. Pertemuan pertama
3
3. Pertemuan kedua
4
4. Pertemuan ketiga
5
5. Rencana Perjodohan
6
Menolak Perjodohan
7
Kerja Kantoran
8
Perjodohan berlanjut
9
Musuh mengintai
10
Sesi Curhat
11
Sekertaris Tuan Agra
12
Teman Lama
13
Menikah
14
Malam Pertama
15
Sayang?
16
Insiden
17
PINGSAN!!
18
Berubah Lembut
19
Tak Dapat Menahan...
20
Mempublikasikan?
21
Menyadari....
22
Ternyata Jatuh Cinta
23
Merajut Kasih..
24
Hamil..?
25
Rujak...?
26
Pelakor Atau Pebinor???
27
kegaduhan...
28
Mie Instan...
29
Menghukum Pak Li
30
Ke Rumah Yura...
31
Kencan Manis
32
Ngidam Nasi Goreng
33
Celaka!
34
Ngidam lagi?
35
Ancaman Natasya.
36
Dia Milikku!
37
Cinta
38
Mengejar Cinta
39
Sepenggal Kisah
40
Rencana Publikasi
41
Kesalahpahaman?
42
Bayi-bayi Sehat?
43
Kamar Rahasia
44
Ramuan Turun Temurun
45
Draft
46
Tak Bisa Jauh Darimu!
47
London...
48
Penculikan
49
Menemukanmu
50
Dalam Jangkauan
51
Barend
52
Karisa
53
Kontraksi Palsu
54
Mertua Idaman
55
Leo membuat ulah lagi?
56
Tak bisa marah padamu.
57
Long distance Relationship?
58
Memanjakan Diri
59
Yura dan Ibu
60
Kangen
61
Asiik Suamiku Pulang
62
Melepas Rindu
63
Melepas Rindu Lagi
64
Draft
65
Pesta Pernikahan Part 1
66
Pesta Pernikahan Part 2
67
Pesta Pernikahan Part 3
68
Menjelang Pesta.
69
Draft
70
Kelahiran Sang Penerus
71
Go Home

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!