Menikah

Beberapa hari setelahnya

Jadwal keberangkatan sekertaris Sintya telah tiba. Delia menjadi tinggal sendiri di asrama. Sudah terbiasa hidup mandiri dikontrakan membuatnya tidak merasa keberatan atas situasi yang dihadapinya. Sekertaris Sintya menyampaikan permintaan maafnya karena harus meninggalkan Delia seorang diri di asrama. Sebenarnya sekertaris Sintya memintanya untuk pindah lagi di kontrakan dengan fasilitas yang hampir sama dengan asrama tersebut. Tetapi Delia bersikeras bahwa dirinya tak masalah jika harus tinggal sendiri di ruangan luas itu. Dia bilang kalau sudah menjadi kesehariannya hidup seorang diri, apalagi perempuan itu sekarang sudah merasa begitu menikmati segala fasilitas yang tersedia untuk merawat diri sebagai tuntutan pekerjaan. Bahkan sekarang hasil dari perawatan setiap hari yang terjadwal khusus, membuatnya semakin terlihat bersinar dengan kulit putih mulusnya. Semakin hari kecantikannya semakin terpancar, membuat Agra diam-diam mencuri pandang setiap mereka terlibat interaksi saat di kantor dalam ruangan yang sama.

Seperti permintaan Agra. Tak ada seorang pun yang mengetahui rencana pernikahan mereka. Hanya asisten Alex dan sekertaris Sintya saja yang mendengar kabar tersebut. Bukan tanpa alasan mereka mendapat berita tersebut. Pasalnya dua orang itu adalah jajaran orang-orang kepercayaan Agra.

...***************...

Sesuai dengan perintah Agra. Beberapa penjaga bersiap berjaga-jaga di depan pintu gerbang mansion. Tidak ada seorangpun yang diijinkan memasuki kediaman keluarga Wijaya selama acara berlangsung. Begitupun para penghuni mansion, terutama pelayan-pelayan yang bertugas pagi ini. Mereka dilarang keras membicarakan apapun yang terjadi pagi ini pada pihak luar. Jika sampai itu terjadi Agra tak akan segan-segan memberi hukuman bagi siapa saja yang telah berani melanggar peraturan

Sah…

Sah…

Sah…

Kedua saksi menjawab dengan tegas, akad berjalan dengan lancar. Tidak ada pesta. Tetapi tetap terasa sakral. Mama Rani tersenyum bahagia menatap putera satu-satunya akhirnya melepas masa lajang. Kemudian dia menarik tangan mungil Delia mengegamnya dengan penuh kasih sayang, menyatukan dengan tangan kokoh Agra.

" Terima kasih Agra. Terima kasih sudah bersedia menerima perjodohan ini. Semoga kebahagian selalu menyertai kalian. " Mata senjanya tampak berkaca-kaca. Tidak dapat menahan haru yang menyeruak memenuhi rongga paru-parunya.

Pandangannya beralih menatap Delia. Tersenyum simpul kearah menantu cantiknya. Delia terlihat berbeda, mengenakan kebaya modern yang pas membalut tubuhnya dengan rambut disanggul sederhana juga hiasan bunga-bunga kecil serta kain jarik bercorak tradisional membuatnya semakin terlihat cantik luar biasa. Setelah acara selesai, beberapa pelayan terlihat sibuk kesana kemari membersihkan ruangan, tersisa mama Rani, Agra serta Delia duduk bertiga diruang tamu.

" Terima kasih nak… untuk semuanya. Terima kasih telah bersedia menikah dengan putera nakal mama ini" Ucapnya dengan nada setengah terkekeh.

" Mamah… apaan sih bikin malu saja." Agra pergi meninggalkan Delia dan mama Rani tanpa berkata apapun. Tidak perduli dengan reaksi mama Rani yang terlihat marah melihat sikap arogannya.

"Maafkan suamimu ya Del. Dia memang begitu, selalu keras kepala dan semaunya sendiri. Tetapi percayalah nak, sisi lain dari Agra. Dia sebenarnya laki-laki penyayang. Hanya saja, mungkin dia tidak tahu bagaimana cara menyampaikannya."

Rona merah menjalari pipi mulusnya. Jelas terlihat berlawanan dengan kulit putihnya. Rasa malu mendengar bahwa dirinya yang sekarang telah bersuami membuatnya terasa asing. Ini memang pernikahan yang tak direncanakannya, tetapi semua telah terjadi. Delia akan menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri, janjinya pada diri sendiri. Sekalipun itu terpaksa.

" Ii… iya tante. Sa… saya mengerti" ucapnya lirih hampir tak terdengar.

" eeehh kenapa manggil tante… panggil mama sayang! Mama ini kan juga mama mu, ibu mu. Orangtua mu juga kan Del?"

" iya tan…eh ma" ucapnya lirih dengan sikap canggung.

" Ayo Del…mama tunjukkan kamarmu dengan Agra. Ada di lantai tiga" Mereka menaiki tangga menuju lantai dimana kamar Agra berada. Tidak menggunakan lift, karena sengaja ingin menunjukkan pada Delia supaya nanti tidak kebingungan mencari kamarnya.

Setelah melewati beberapa ruangan, mama Rani serta Delia telah sampai di depan kamar Agra.

" Nahhh… ini kamar kalian sayang. Kalau mama dan papa ada di lantai bawah. Kaki tua ini terkadang tak sanggup lagi kalau harus naik turun tangga." Tuturnya dengan nada setengah terkekeh. " Jadi kami memutuskan untuk memasang lift supaya memudahkan jika ingin ke lantai atas."

Delia menggenggam erat tangan mama Rani, lalu menatap kearah sorot senja mama Rani. " Terima kasih ma… terima kasih karena menganggap Delia seperti puteri mama sendiri." Matanya tampak berkaca-kaca. Dia yang sebatang kara kini memiliki keluarga baru yang selama ini dimpikannya. Bahagia tak terbendung membuatnya secara impulsif memeluk mama Rani.

" Kamu ini kenapa menangis begini Delia. Mama begitu bahagia mempunyai menantu seperti kamu, jadi tidak usah merasa sungkan begitu. Anggaplah mama ini seperti ibumu, jadi jika ada apa-apa kamu tidak perlu menahan diri untuk bercerita dengan mama ya sayang."

Sungguh hatinya begitu tersentuh oleh kata-kata yang terlontar dari mama Rani.

" Yasudah, mama kebawah dulu ya. Kalau kamu butuh apa-apa nanti bisa langsung menghubungi pak Li lewat kamar… sana masuk, Agra pasti sudah menunggumu" Mama Rani setengah mendorong Delia yang terlihat ragu-ragu untuk membuka pintu.

Jantungnya berdebar kencang ketika memasuki kamar luas dengan nuansa abu-abu tersebut. Ketika matanya sibuk mencari pintu kamar mandi suara ketukan dari arah pintu depan mengagetkannya. Kemudian dengan cepat Delia membuka handle pintu.

Ternyata pak Li. Lelaki setengah baya dengan rambut putihnya ini terlihat setengah membungkuk memberi salam hormat pada nyonya mudanya. " Perkenalkan nyonya, saya adalah kepala pelayan di mansion ini. Dan ini Mia, dia yang akan menyiapkan segala kebutuhan anda nantinya." Tunjuknya pada pelayan perempuan disampingnya.

Delia menatap keduanya. " Emh… iya pak Li terima kasih atas bantuannya."

" Tidak perlu sungkan nyonya muda. Nyonya besar yang meminta saya untuk memberikan pelayan pribadi untuk anda. Nyonya muda bisa meminta Mia untuk membantu membersihkan diri nanti. Dia akan menunjukkan dimana letak barang-barang anda."

" Iya pak Li. Koper saya dimana ya? Tadi sepertinya saya tidak melihatnya. Saya mau mengambil pakaian ganti saya, bisa tolong tunjukkan dimana kopernya?"

"Maaf nyonya muda… nyonya besar yang menyimpannya. Beliau menyampaikan kalau nyonya muda tidak memerlukannya lagi, jadi silahkan anda masuk ke kamar dan Mia akan menunjukkan dimana ruang ganti anda. Semua keperluan pribadi anda sudah kami siapkan." Tegasnya dengan nada setengah memerintah, karena Delia belum mengerti dengan penjelasannya.

" Ha? Apa pak Li?… tapi semua barang-barang saya ada disana dan pakaian saya?…" Delia belum menyelesaikan kalimatnya ketika pak Li mengangkat tangannya memberi isyarat kepada Mia untuk segera masuk ke dalam kamar dan mempersilahkan Delia mengikuti Mia.

" Silahkan nyonya muda. Saya permisi " Pak Li bergegas menuju pintu keluar tanpa menghiraukan Delia yang masih kebingungan dengan semua penjelasan pak Li.

Mia yang mendengar interaksi antara pak Li juga majikan barunya hanya menunduk tanpa sepatah katapun yang terlontar dari mulutnya. Segala aturan yang tercetak menjadi buku tebal untuk seluruh pelayan selama ini mungkin sudah berada diluar kepalanya. Setiap hari ketika berganti shift dia akan membacanya secara rutin layaknya membaca kitab suci. Salah satu dari sekian ribu aturan yang tertulis adalah berpura-pura tidak mendengar apapun pembicaraan majikan mereka. Pak Li sebagai kepala pelayan akan menindak tegas bagi siapapun yang bergunjing di jam kerja,perempuan atau laki-laki akan mendapat sanksi tegas darinya sesuai perintah dari Agra.

Ketika Delia juga pelayannya keluar dari ruang ganti Agra tiba-tiba muncul dari arah pintu kamar mandi dengan rambut basahnya, dia mengenakan bathrobe berwarna hitam juga handuk kecil berwarna senada yang dikalungkan dilehernya. Lelaki itu menatap tajam Delia, menunjukkan tatapan mengintimidasi pada istrinya.

" Keringkan rambutku!!" Perintahnya dengan nada arogan.

Delia hanya terdiam karena tidak mengerti maksud Agra. " Kau itu tuli atau bodoh sebenarnya ha??"

" Apa? Apa maksud singa kelaparan ini? Bentak-bentak saja terus, huh… bisa-bisa copot jantungku kalau begini setiap hari!!" Umpatnya dalam hati

Karena melihat Delia yang tetap tidak melakukan apa yang diperintahkannya Agra dengan serampangan melempar handuk kecil tepat mengenai wajah Delia.

Delia tersentak kaget, lalu mengambil handuk yang jatuh kelantai setelah menimpa tubuhnya. Sebelumnya ia sudah mengetahui sifat Agra ketika mereka berinteraksi dikantor. Bahkan Delia pernah tak sengaja tertimpa box kakinya ketika Agra sedang memaki karyawan laki-laki yang tidak kompeten dalam menangani masalah proyek dilapangan dan tanpa sadar dia menendang meja hingga menyebabkan benda diatasnya goyang lalu akhirnya jatuh mengenai Delia.

Jantung Mia berdegup kencang melihat Delia diperlakukan layaknya pelayan. Sebelumnya Mia bertugas sebagai asisten koki, tetapi karena dia perempuan pak Li memindahkannya dibagian laundry. sebab terkadang ketika Nyonya dan tuan besar mengadakan jamuan bisnis dengan menu beraneka ragam dan dalam jumlah banyak, tenaga seorang perempuan tak akan kuat mengerjakannya. Tentu saja bagi pak Li tenaga laki-laki lebih dibutuhkan. Menjadi pelayan di kediaman keluarga Wijaya merupakan impian terbesar bagi gadis seperti Mia, jadi dia tidak akan menolak perubahan peraturan apapun dari pak Li termasuk pemindah tugasannya secara tiba-tiba ini. Baginya yang tidak pernah bertatap muka dengan tuan mudanya, ini menjadi keberuntungan tersendiri sekaligus sebuah kejutan untuknya melihat dengan mata kepala sendiri kalau tuan muda yang menjadi perbincangan para pelayan ketika mereka istirahat dirumah belakang ternyata begitu mempesona.

Baru menikah seharusnya terlihat romantis. Ini malah kasar banget, begitu pikir Mia. " Nyonya muda beda banget sama tuan Agra. Cantik tapi tidak sombong, yaa… meskipun tuan ganteng mempesona. cara bicaranya pun sopan. Beruntung banget tuan Agra mendapat istri sebaik nyonya Delia. Semoga nyonya kuat menghadapi sikap suaminya. Semoga pernikahan mereka langgeng sampai nanti. Aamiin" Ucap Mia dalam hati.

Delia mengenakan dress mustard dengan panjang semata kaki tidak berlengan serta tali dibagian leher sehingga memperlihatkan kulit putih mul**nya, membuatnya semakin cantik. Ini adalah baju ganti yang dipilihkan oleh Mia, karena Delia enggan memilih sendiri. Terlalu banyak pilihan membuatnya pusing sendiri.

" Kau ini lama sekali mengringkannya!!"

" Iya tuan" Mengepalkan tangan di belakang kepala Agra.

" Kau pikir kau ini siapa ha? Berani mengumpatiku dalam hati dan otak kecilmu itu!!"

" Tidak tuan. Bukankah lebih baik saya keringkan dengan pengering rambut supaya lebih cepat tuan" ucapnya lirih.

" Berani sekali kau mengajariku!! Sudah merasa diatas angin ya?"

" Ti… tidak tuan"

" Kalau aku bilang keringkan dengan handuk ya keringkan. Lakukan tugasmu dengan baik dan jangan banyak bicara!!"

" Iya tuan"

" Minta pelayanmu pergi dari sini. Kau harus tahu, aku tidak menyukai orang asing berada disekitarku terlalu lama. Jadi usir dia!!"

" Baik tuan" Melepaskan haduk meltakkan dikeranjang handuk kotor, lalu mendekati Mia yang sedari tadi berdiri diam didekat pintu dengan perasaan canggung ketika melihat interaksi antara tuan dan nyonya mudanya.

" Mia "

" Saya nyonya muda"

" Terima kasih atas bantuannya ya. Nanti saya hubungi lagi kalau ada apa-apa, sekali lagi terima kasih Mia." Tersenyum tulus memegang pundak Mia.

" Sudah menjadi tugas saya nyonya. Jangan sungkan memanggil saya jika membutuhkan apapun. Saya permisi nyonya muda dan selamat istirahat." Ucapnya dengan setengah membungkuk kemudian berjalan keluar kamar.

Dari ujung matanya Delia melihat Agra sudah berganti baju rapi. Dengan kemeja biru muda serta celana bahan berwarna senada membuatnya semakin terlihat tampan.

" Besok kita akan pindah ke apartemen. Jadi persiapkan dirimu. Karena kita tinggal tanpa asisten atau pelayan satupun!" Tegasnya tanpa menunggu jawaban Delia kemudian melangkah keluar kamar.

" Memangnya kenapa kalau tanpa pelayan. Yang seharusnya ditanya ya dirinya sendiri kan! Kenapa jadi aku?"

Bersambung…

...****************...

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA

Terpopuler

Comments

Author Ika.

Author Ika.

saya Uda like, rate 5 bintang dan sudah mengirim satu bungga mawar sebagai hadiah🌹mampir dong Author ke novel saya“Aku bukan lesbian," ditunggu kehadirannya.

2021-02-11

0

lihat semua
Episodes
1 1. Pengenalan Tokoh
2 2. Pertemuan pertama
3 3. Pertemuan kedua
4 4. Pertemuan ketiga
5 5. Rencana Perjodohan
6 Menolak Perjodohan
7 Kerja Kantoran
8 Perjodohan berlanjut
9 Musuh mengintai
10 Sesi Curhat
11 Sekertaris Tuan Agra
12 Teman Lama
13 Menikah
14 Malam Pertama
15 Sayang?
16 Insiden
17 PINGSAN!!
18 Berubah Lembut
19 Tak Dapat Menahan...
20 Mempublikasikan?
21 Menyadari....
22 Ternyata Jatuh Cinta
23 Merajut Kasih..
24 Hamil..?
25 Rujak...?
26 Pelakor Atau Pebinor???
27 kegaduhan...
28 Mie Instan...
29 Menghukum Pak Li
30 Ke Rumah Yura...
31 Kencan Manis
32 Ngidam Nasi Goreng
33 Celaka!
34 Ngidam lagi?
35 Ancaman Natasya.
36 Dia Milikku!
37 Cinta
38 Mengejar Cinta
39 Sepenggal Kisah
40 Rencana Publikasi
41 Kesalahpahaman?
42 Bayi-bayi Sehat?
43 Kamar Rahasia
44 Ramuan Turun Temurun
45 Draft
46 Tak Bisa Jauh Darimu!
47 London...
48 Penculikan
49 Menemukanmu
50 Dalam Jangkauan
51 Barend
52 Karisa
53 Kontraksi Palsu
54 Mertua Idaman
55 Leo membuat ulah lagi?
56 Tak bisa marah padamu.
57 Long distance Relationship?
58 Memanjakan Diri
59 Yura dan Ibu
60 Kangen
61 Asiik Suamiku Pulang
62 Melepas Rindu
63 Melepas Rindu Lagi
64 Draft
65 Pesta Pernikahan Part 1
66 Pesta Pernikahan Part 2
67 Pesta Pernikahan Part 3
68 Menjelang Pesta.
69 Draft
70 Kelahiran Sang Penerus
Episodes

Updated 70 Episodes

1
1. Pengenalan Tokoh
2
2. Pertemuan pertama
3
3. Pertemuan kedua
4
4. Pertemuan ketiga
5
5. Rencana Perjodohan
6
Menolak Perjodohan
7
Kerja Kantoran
8
Perjodohan berlanjut
9
Musuh mengintai
10
Sesi Curhat
11
Sekertaris Tuan Agra
12
Teman Lama
13
Menikah
14
Malam Pertama
15
Sayang?
16
Insiden
17
PINGSAN!!
18
Berubah Lembut
19
Tak Dapat Menahan...
20
Mempublikasikan?
21
Menyadari....
22
Ternyata Jatuh Cinta
23
Merajut Kasih..
24
Hamil..?
25
Rujak...?
26
Pelakor Atau Pebinor???
27
kegaduhan...
28
Mie Instan...
29
Menghukum Pak Li
30
Ke Rumah Yura...
31
Kencan Manis
32
Ngidam Nasi Goreng
33
Celaka!
34
Ngidam lagi?
35
Ancaman Natasya.
36
Dia Milikku!
37
Cinta
38
Mengejar Cinta
39
Sepenggal Kisah
40
Rencana Publikasi
41
Kesalahpahaman?
42
Bayi-bayi Sehat?
43
Kamar Rahasia
44
Ramuan Turun Temurun
45
Draft
46
Tak Bisa Jauh Darimu!
47
London...
48
Penculikan
49
Menemukanmu
50
Dalam Jangkauan
51
Barend
52
Karisa
53
Kontraksi Palsu
54
Mertua Idaman
55
Leo membuat ulah lagi?
56
Tak bisa marah padamu.
57
Long distance Relationship?
58
Memanjakan Diri
59
Yura dan Ibu
60
Kangen
61
Asiik Suamiku Pulang
62
Melepas Rindu
63
Melepas Rindu Lagi
64
Draft
65
Pesta Pernikahan Part 1
66
Pesta Pernikahan Part 2
67
Pesta Pernikahan Part 3
68
Menjelang Pesta.
69
Draft
70
Kelahiran Sang Penerus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!