"Mbak…mbak"sedikit berteriak karena yang dipanggil tak kunjung datang. Delia terlonjak kaget, lamunannya terhenti karena resepsionis tadi sudah memanggilnya dan telah selesai melakukan panggilan telepon.
"Eh..iya mbak bagaimana? Apakah saya harus meletakkan bunganya disini?" tanyanya sambil menunjuk yang dibawa pak Edo.
"Mohon maaf mbak sepertinya saya sedikit kerepotan karena partner kerja saya sedang cuti hamil, bisakah saya meminta tolong untuk mengantarkannya langsung ke ruangan presdir di lantai 20 ? sekretarisnya sudah menunggu disana…"
"Hah ? Oh iya mbak bisa… tapi selain bunga ini beliau juga memesan bunga-bunga untuk pesta nanti malam. Dimana kami bisa mengantarkannya…? Apakah dilantai yang sama dengan tempat bunga ini diantar ataukah dilantai lain kami harus mengantarnya?"
" Sekertaris presdir tadi berpesan supaya bunga bunga yang lain diantar dan ditata langsung di lantai 9. Disana sudah ada penanggungjawabnya nanti yang akan mengarahkan bagaimana peletakkan bunga-bunga yang tuan Agra pesan…"
"Mbak Delia kalau begitu saya yang ke lantai 9 saja karena banyak sekali bunga yang dipesan. Mbak Delia mengantar bunga lily nya saja…" ucap pak Edo yang sedari tadi mengekor dibelakang Delia kemudian memberikan bunga lily yang sedari tadi dibawanya dengan hati-hati pada Delia.
"Ok pak Edo…beress, mari pak lebih cepat lebih baik" dengan senyum cerianya Delia berlalu menuju lift khusus karyawan yang di ditunjukkan resepsionis tadi.
*********
Author POV
Di dalam lift yang sepi karena bertepatan dengan jam operasional kantor Delia sedikit termenung, dia berpikir tabungannya mungkin sudahlah cukup untuknya mendaftarkan diri ke perguruan tinggi dengan fakultas yang diminatinya perkara biaya lain lain biarlah nanti ia pikirkan lagi. Memang benar tak bisa dipungkiri bahwa pekerjaannya di toko bunga saat ini jauh menjadikan kehidupannya lebih baik lagi, dulu saat kedua orangtua nya meninggal karena kecelakaan begitu membuatnya terguncang, kepergian yang tiba-tiba tentu saja membuatnya tak mudah menerima atas suratan takdir yang Tuhan telah gariskan dia harus kehilangan satu-satunya penopang hidupnya, kehilangan disaat gadis seusia Delia membutuhkan dukungan untuk menentukan masa depannya, ia begitu terpuruk dan serasa tak sanggup menjalani hari-hari seorang diri tanpa kedua orang tua yang selama ini selalu ada untuknya, orangtua yang selalu menanamkan rasa kasih sayang didalam sebuah keluarga meski saat-saat terberat seperti apapun itu, masih teringat jelas canda tawa ayahnya, tangan hangat ibunya saat membelai rambut hitam panjangnya, bayangan itu masih selalu terngiang-ngiang dibenaknya dan takkan pernah ia lupakan sampai kapanpun itu hingga tak terasa ujung matanya sembab oleh air mata yang tiba-tiba luruh begitu saja akibat pergolakan batin yang belum benar-benar menerima kepergian orangtuanya.
Yura lah yang selama ini selalu ada disaat-saat terberatnya saat seluruh anggota keluarga mendiang orangtuanya tak seorangpun yang sudi merawatnya mereka hanya sibuk meperebutkan hak waris rumah Delia karena ternyata Delia adalah anak yang di adopsi Mira dan Panji dari panti asuhan, pasangan suami istri itu tak bisa memiliki keturunan akibat Mira yang pernah menjalani operasi pengangkatan rahim sewaktu terjatuh dulu ketika awal pernikahan mereka, meski begitu kedua pasangan itu merawat Delia dengan penuh kasih, hingga Delia tumbuh menjadi gadis yang periang dan santun. Kini Delia menyewa sebuah rumah kontrakan di kawasan perumahan sederhana sebab rumah peninggalan Mira dan Panji telah diambil alih oleh keluarga Panji, sesekali Yura datang menginap untuk menemani Delia atau Delia yang akan menginap ke tempat tinggal Yura yang tak jauh dari kontrakan Delia, sepeninggalan orangtuanya, Yura lah yang selalu menemani kala suka dan duka, seringkali Delia terharu atas perhatian Yura, ia begitu bersyukur memiliki sahabat yang selalu menghujaninya dengan perhatian dan kasih sayang tulus layaknya keluarga sendiri.
Ting…!!
Bunyi lift menyadarkan lamunan Delia, buru-buru menyeka ujung matanya yang basah akibat tangis yang tertahan tadi gadis cantik berkulit pucat itu segera bergegas menuju meja sekertaris presdir, dari depan lift tadi ia dapat membaca dengan jelas tanda pengenal diatas meja bertuliskan Sekertaris Presdir.
" Permisi… mohon maaf mengganggu waktunya" sudut mata sekertaris cantik itu menangkap sosok gadis membawa sebuah kotak berisikan bunga lily pesanan atasannya, dengan sigap wanita itu berdiri melangkah mendekati Delia.
" Mbak dari toko bunga Floris ya?" Delia menatap kagum sekertaris Sintya, nona ini begitu anggun, betapa beruntungnya aku andai dapat bekerja di perusahaan ini nanti, semoga saja.
"eh… i…iya nona saya dari toko bunga Floris mau mengantar bunga pesanan atas nama bapak Agra Wijaya tadi nona resepsionis mengarahkan saya ke lantai 20" sekertaris Sintya sedikit mengernyit kenapa lagi dengan Leni si resepsionis itu seharusnya ini adalah tugasnya karena tak semua orang dapat masuk ke lantai ini secara sembarangan tadi di telepon ia hanya mengatakan bahwa bunganya sudah datang "hm… kenapa resepsionis memintamu mengantar bunganya? kenapa bukan dia sendiri? karena ini adalah tugasnya dan tak sembarangan orang bisa masuk ke lantai ini…!" tegasnya
"ma…maafkan saya nona, tadi resepsionis berkata kalau partner kerjanya sedang cuti hamil oleh sebab itu sedikit kerepotan jadi meminta tolong kepada saya untuk mengantarkan bunganya" sekertaris itu terdengar menghela nafas memijat keningnya ia sungguh tak habis fikir atas ulah resepsionis yang sembrono membiarkan orang yang tidak berkepentingan memasuki area khusus ini padahal telah ditegaskan siapa saja yang akan memasuki lantai khusus tersebut haruslah memiliki id card perusahaan dan dengan alasan yang benar-benar penting saja " huhf… baiklah memangnya mau apalagi? kamu sudah disini kan, ayo ikutlah denganku untuk memberikan bunganya langsung pada presdir Agra, aku tak mau karena pelanggaran ini presdir murka, untuk itu sebaiknya kamu memberikan keterangan yang tak menimbulkan kekacauan nantinya, dan harus kamu ketahui kalau atasanku itu memiliki emosi yang meledak ledak…!"
mereka berdua telah sampai di pintu ruangan presdir, sekertaris Sintya mencoba mengetuk pintu tersebut dan setelahnya terdengar suara dari dalam. Delia dengan tangan dan kaki gemetar karena mendengar penjelasan panjang lebar sekertaris Sintya tadi hanya bisa pasrah, entah apa yang akan terjadi di dalam nanti, melamun memikirkan segala kemungkinan terburuk sekalipun akan terjadi padanya aaaa inikan bukan sepenuhnya salahku aku juga tidak tau menau masalah peraturan itu, karena aku kan memang bukan karyawan disini aaaa… kenapa jadi aku gemeteran begini si tangan dan kaki kumohon tenanglah!!
" Masuk!"
" Permisi pak, bunga pesanan bapak sudah datang dan…" ucapan sekertaris Sintya terpotong ketika atasannya mendapati yang bukan karyawannya berada diruangan khusus yang tak sembarang orang bebas masuk dan melanggar peraturan itu.
" Kenapa ada oranglain selain karyawan disini!! Sudah berapa kali kuperingatkan untuk tak sembarang orang yang masuk ke lantai ini!!"
Sekertaris Sintya hanya bisa menunduk dan tak berani memandang Agra. " Bagaimana kalau dia ternyata penyusup yang dikirim saingan kita? Kenapa kau tak mengerti juga Sintya?" Agra benar benar murka kali ini, bagaimana bisa Sintya teledor dengan membiarkan oranglain memasuki ruangan tempat berkas berkas penting milik perusahaan, mengingat dulu pernah terjadi kebocoran data dan mengakibatkan kerugian besar.
" Ma…maafkan saya tuan, ini semua salah saya dan tak ada hubungannya dengan sekertaris Sintya" Delia merasa bersalah karena Sintya hanya menundukkan wajah dan tak berani menatap atasannya.
Tadi Agra tak melihat siapa orang yang telah berani masuk ke ruangannya, ia hanya memindai dari depan Sintya karena perempuan itu berada dibelakangnya dan tertutupi oleh badan sekertaris seksi itu, saat matanya bersirobok dengan gadis itu sungguh membuatnya terkejut.
" Kau lagi!!!"
" Apa yang kau lakukan di ruanganku gadis bodoh!! Sintya cepat ambil bunganya dan bawa kemari"
Dengan tangan gemetar gadis itu tak dapat berbuat apa-apa, hanya pasrah menerima nasib apa yang akan menimpanya kali ini, laki-laki sombong yang tak ingin dilihatnya lagi malah kini tepat berada didepannya sebagai konsumen toko bunga tempatnya bekerja.
Bersambung…
Mohon dukungannya ya kakak kakak cantik dan ganteng
Jangan lupa vote rate dan bintang lima nya ya
Thank you and i love you so much ALL
oya komentar juga ya kak supaya aku lebih semangat nulisnya😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Eemlaspanohan Ohan
agra agra
2024-08-14
0
Sumini Ningsih
yg kuat ya del demi mewujudkan cita citamu
2024-07-26
1
Dia Amalia
nasibmu la neng dihina terossss😔
2024-06-08
0