Sesampainya di kantor, Shafira langsung menuju ruangan Pak Fransisko setelah itu menuju ruang kerjanya. Sahabat sahabatnya sudah lebih dulu bermanja dengan laptopnya.
" Loh udah sampe Fir ?" tanya Rara
" Emmh iya, " jawab Shafira lemas.
Mendengar jawaban yang tak seperti biasa Rara langsung mendorong kursinya kearah meja Shafira.
" Apa ada masalah disana Fir, sepertinya kamu tidak suka"
" Oh tidak apa Ra, barangkali sedikit capek aja, sudah sana kembali ke mejamu" perintah Shafira.
" Ehmm oke lah, kalau ada apa apa cerita aja yupps" Rara mendorong kursinya kembali ke mejanya.
Shafira tidak langsung membuka laptopnya, namun dia masih sedikit terbayang akan ucapan Leo. Mungkinkah Leo menyukainya. Shafira mulai mencerna setiap perlakuan Leo kepadanya.
Mulai membuka laptopnya namun tetap saja membiarkan begitu saja. Masih terbayang sosok Marshal dibenaknya.
Rara mendorong kursinya kebelakang menuju meja Winda, diikuti Bryan. Mereka berkumpul bak ibu ibu yang sedang bergosip entah membicarakan tentang apa.
Shafira tersadar akan lamunannya karena bisikan bisikan serta tawa cekikikan dari sahabatnya, membuatnya langsung berdiri menoleh ke pusat bisikan itu dengan tatapan sedikit tajam serta tangannya yang berkacak pinggang.
" Ehhheemmm……" Shafira sengaja memperbesar suaranya.
Rara dan Bryan langsung mendorong kursinya ke meja masing masing dengan spontan. Sedangkan Rara yang paling dekat dengan meja Shafira langsung mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya serta meringis selebar lebarnya sehingga terlihatlah semua gigi depannya.
Setelah semua sudah kembali normal, Shafira duduk kembali dan mulai fokus dengan pekerjaan kembali. Melupakan sejenak tentang Leo dan Marshal.
Akhirnya jam kantor sudah usai, semua karyawan bergegas untuk pulang begitu juga dengan anggota Tim Divisi. Namun sepertinya Shafira tidak seperti biasa, dirinya palah bingung untuk pulang. Iya... bingung karena Leo akan menjemput dan mengantarnya ke rumah Marshal.
" Fir... Fir.. Shafiraaaa Hellooooooww " tangan Bryan melayang layang dimuka Shafira.
"Hah.. apa Bry ?" jawab Shafira seketika setelah mulai sadar dari lamunannya.
" Kamu ini dari tadi melamun aja, kesambet baru rasa kamu, gini tadi kita ke unit kesehatan kantor mau jenguk Reno, ehh Reno ternyata sudah pulang ini kita mau jenguk Reno kerumahnya kamu mau ikut nggak ?" tanya Reno.
Saking terbayang akan Leo dan Marshal sehingga Shafira lupa akan keadaan Reno, bahkan menanyakan pada sahabat sahabatnya sepulangnya dari Hariwijaya Group.
" Astaga Tuhan, kenapa aku bisa lupa dengan ini, tapi maaf ya guys sepertinya aku nggak bisa ikut kalian, aku sudah ada janji dengan seseorang jadi mungkin aku kerumah Reno menyusul lain hari aja, Sekali lagi maaf ya" Shafira sangat menyesal.
" Okelah tak apa Fir, kalau begitu kita jalan dulu ya, kamu hati hati " ucap Winda menyudahi.
Tak lama kemudian datang sebuah mobil dan berhenti didepan Shafira, kemudian turunlah yang empunya. Lagi lagi Shafira terpesona dengan ketampanan Leo.
" Kenapa menatapku seperti itu, ayo naik" ujar Leo.
" Ti..tidak" jawab Shafira kemudian masuk dalam mobil.
Di dalam mobil Leo terus menatap wajah Shafira meskipun dalam wajah yang terlihat sangat lelah tetap saja menarik hati Leo. Shafira yang sadar dirinya diawasi oleh Leo menjadi salah tingkah. Mencium setiap sudut badannya. Leo tersenyum dan mengalihkan pandangannya ke depan lagi.
" Kau juga kenapa menatapku seperti itu hah,?" kemudian Shafira sedikit mendekatkan wajahnya ke wajah Leo membuat hanya berjarak beberapa centi saja.
" Apa aku bau badan ya, atau penampilanku sudah kusam ?"bisik Shafira.
Leo terkejut dengan Shafira yang berbisik membuat Leo sontak langsung menoleh kearah Shafira. Kini wajah Shafira dan Leo sangatlah dekat bahkan bibir Leo hampir menyentuh bibir Shafira. Mereka saling bertatapan, detak jantung Leo tak bisa dikendalikan begitu juga dengan Shafira. Kebetulan saat itu sedang lampu merah pada jalan sehingga membuat mereka menikmati tatatap mereka.
Shafira yang sebelumnya tak pernah merasakan seperti ini dengan Marshal membuat dia semakin terpana oleh Leo. Entah berapa lama mereka dalam posisi seperti itu hingga sebuah klakson dari pengemudi lain menghentikan semuanya. Tersadar mobil Leo membuat sedikit kemacetan Leo langsung tancap gas.
Shafira kini menjadi sedikit tertunduk, entah rasa apa yang kini dia rasakan. Merasa arah jalan yang tak sesuai Shafira menjadi kebingungan. Bukannya ke rumah Marshal tapi Leo palah membawanya ke rumah Shafira.
" Cepat bersihkan dirimu dulu, aku tunggu disini saja," celetuk Leo.
Tanpa kata Shafira langsung turun dan masuk kerumahnya dengan perasaan yang tak jelas menyelimuti hatinya. Sedangkan Leo memukul kepalanya dengan ganggang stir.
" Ahh bodohnya diriku yang tak bisa berkutik didepan Shafira, jika Shafira masih saja berhubungan dengan Marshal pasti dia akan semakin terluka, hahh bodoh…bodoh…" Gerutu Leo.
Tak lama kemudian Shafira keluar dengan anggunnya, mengenakan baju lengan pendek dan rok jeans selutut serta rambutnya yang dikucir membuat dirinya semakin terlihat cantik.
Leo langsung melajukan mobilnya kerumah Marshal tanpa sepatah katapun di dalam mobil. Setelah sampai dirumah Marshal, Leo hanya diam membisu.
" Kau mau ikut ?" tanya Shafira.
" Kau saja yang masuk, enak saja jadi obat nyamuk " jawab Leo singkat.
Shafirapun langsung keluar dan masuk ke rumah Marshal. Terlihat Bi Inah sedang menyiapkan beberapa menu hidangan untuk makan malam.
" Halo Bi Inah" sapa Shafira.
" Ehh nak Shafira, kapan datangnya kok bibi nggak tau" jawab bi Inah seperti sedang ketakutan.
" Baru saja kok bi, oh iya apa Marshal diatas?"
" Oh Den Marshal ada diatas barusan habis mandi sepertinya, mari saya antar ke kamarnya Nak" ajak bi Inah.
Shafira pun mengikuti bi Inah menuju kamar Marshal. Diketuknya pintu kamar tersebut dan bi Inah langsung membuka serta mempersilakan Shafira untuk masuk.
Marshal yang tertidur, raut mukanya sudah sedikit terlihat lebih sehat. Berjalan pelan dan duduk disebelah ranjang Marshal. Shafira melihat bungkusan obat yang masih utuh, serta makan malamnya yang masih hangat mempertandakan jika bi Inah baru saja membawakan nya .
Marshal terbangun dan langsung mengubah posisi tidurnya.
" Kau datang juga hah" Marshal sedikit tersenyum.
" Kau pasti belum makan, dasar anak mami!!"
" Iya aku cuma memastikan jika kau yang akan menyuapiku" Marshal tertawa sedikit.
Shafira akhirnya mengambil nampan berisi makan malam tersebut kemudian mulai menyuapi suap demi suap. Tak lupa setelah makanan sudah habis Shafira langsung memberikan Marshal obat.
Bi Inah yang sedang berada didapur menjadi was was karena hari ini berteepatan dengan kepulangan Mamanya Marshal dari luar kota.
Leo yang sedari tadi menunggu diluar merasa bosan. Pandangannya kini tertuju pada sebuah mobil yang masuk dan parkir disebelah mobil Leo. Seorang wanita paruh baya keluar dengan sangarnya. Leo curiga jika itu mamanya Marshal.
Leo membuka benda pipihnya lalu menghubingi Assisten Erick.
" Halo Asissten Erick, Iya cepat kirimkan informasi mengenai keluarga Marshal sekarang." perintah Leo kepada Assisten Erick.
Tak lama kemudian semua informasi tentang keluarga Marshal muncul di benda pipihnya. Leo semakin merasa geram tatkala muncul nama Rusdy Hartono tak lain merupakan ayah dari Marshal. Orang yang selalu mencoba menjatuhkan keluarga Leo.
" Ini tidak bisa dibiarkan, aku tak ingin terjadi apa apa dengan Shafira" Leo mengepalkan tangannya lalu turun menuju rumah Marshal untuk menjemputnya.
Wanita itu masuk dan bertemu dengan Bi Inah. Bi Inah yang mengetahui kedatangan mamanya Marshal langsung terkejut bukan main.
" Wadduuhh bakalan ada keributan lagi" Bi Inah menepuk jidatnya.
" Bi Inah, kenapa kamu ini, oh iya mobil didepan itu mobil siapa, ada tamu kah ?" tanya Mama Marshal sembari menelisik keruang tamu, namun tak ada siapa siapa.
" Anu Nyonya itu...itu..." belum sempat selesai bicara Mama Marshal sudah menuju kamar Marshal.
Dibukanya pintu kamar Marshal dengan kasar. Terlihat Marshal yang sedang bercandaria dengan Shafira. Nyonya Berta menjadi kebakaran jenggot saat mengetahui ada Shafira di dalam kamar Marshal.
Marshal dan Shafira pun tak elak juga sangat terkejut. Nyali Shafira semakin menciut bahkan Nyonya Berta yang belum berkata sudah membuat wajah Shafira menjadi pucat. Shafira dan Marshal sontak langsung berdiri.
" MARSHAL !!!" Nyonya Berta membentak Marshal.
" Ma...Mama, ?" Marshal terbata bata.
Nyonya Berta langsung mengarah ke Shafira dan menyeretnya ke sofa membuat diri Shafira hampir terjatuh.
" Oohh gadis licik, kau memanfaatkan kesempatan ketika aku diluar kota untuk bisa berduaan dengan anakku hah, dasar kau ini, tampangmu saja yang sok polos tapi kelakuanmu sangat nihil. Ooohhhh aku yakin kamu pasti masih menginginkan Marshal, karena kehidupanmu yang malang itu, kamu meminta kepada Marshal agar selalu mengasihanimu bukan, dengan begitu kau akan selalu hidup enak, ikut menikmati harta kekayaan Marshal, !!!" mulailah Nyonya Berta merendahkan Shafira.
" Mama!! Cukup Ma, !" Marshal terpancing emosi.
Leo ternyata sudah berada di depan pintu kamar Marshal dan menyaksikan betapa kejamnya Nyonya Berta. Shafira hanya bisa diam membisu, kembali lagi mendengarkan kata kata yang sangat menyayat hatinya.
Nyonya Berta menghampiri Shafira lagi.
" Kauuu....dasar gadiss....." tangan Nyonya Berta sudah bersiap untuk melayangkan pukulan ke pipi Shafira, namun semua itu langsung ditahan oleh tangan kekar Leo.
Nyonya Berta terperanjat dan membuat tubuh Nyonya Berta terdorong kebelakang.
" Sudah cukup Nyonya, tidak sepantasnya Anda berlaku seperti ini pada Shafira" Leo langsung merangkul Shafira dan membawanya keluar.
" Shafiraaa !!" teriak Marshal histeris.
Marshal tak bisa berbuat apa apa melihat kelakuan Mamanya. Kini Marshal terduduk lemas menyaksikan Shafira meluar dan lagi dengan serang laki laki yang waktu itu pernah bersama Shafira.
Bi Inah sangat merasa bersalah melihat Shafira diperlakukan seperti itu, mengingat semua ini adalah inisiatif dirinya sendiri.
" Nak.. nak Shafira ?" Bi Inah menghentikan langkah Leo dan Shafira yang sudah hampir masuk dalam mobil.
Shafira pun menoleh kearah Bi Inah dengan masih dalam rangkulan Leo.
" Ma..maafkan Bibi ya Nak, semua ini gara gara Bibi, jika Bibi tidak memaksa Nak Shafira untuk menjenguk Den Marshal pastinya ini semua tak pernah akan terjadi" sesal Bi Inah.
Shafira tersenyum meskipun kelopak matanya sudah terbentuk bendungan yang siap membanjiri kedua pipinya membuat tak bisa berkata lagi.
" Sudah Bi tak apa, biarkan Shafira menenangkan dirinya sejenak, kita permisi " ucap Leo mewakili Shafira
Leo melajukan mobilnya meninggalkan rumah yang seakan menjadi neraka bagi Shafira.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Ameliana Borjun
suka cerita ny Thor kacian Shafira dan marshak
2021-04-16
0
Hikmah Amalia
kasian marshal sma shafira nya 😪
2021-04-15
0