Waktu berjalan semakin cepat. Saatnya seluruh karyawan untuk pulang. Shafira langsung bergegas keluar tanpa menggubris sahabat sahabatnya.
………………………………………………………………………………
" kamu ini kapan mau nikah ?" tanya Nyonya Lina.
" tenang aja Ma, Leo pasti nikah kok" duduk menyilangkan kaki, badan agak condong ke sofa sambil mengutak atik kartu identitas gadis yang tak sengaja ditemuinya kemaren.
Leonardo Hariwijaya merupakan anak tunggal dari pengusaha terkenal Tuan Anggoro Hariwijaya dan Nyonya Lina Hariwijaya. Leo merupakan CEO termuda diantara kolega kolega Papanya, Tuan Anggoro. Meskipun masih terbilang muda, orang tuanya menginginkan Leo untuk segere mempunyai pendamping hidupnya. Mengetahui akan kesuksesan yang diraihnya, orang tuanya berpikir untuk apa berlama lama membujang. Apalagi semua sepertinya sudah dicapainya.
Leo sangat tidak suka diatur masalah percintaan apa lagi perjodohan. Leo lebih suka dirinya sendiri yang memilih soal masalah hati, dia sangat cuek masalah cewek sehingga sampai saat ini dia masih membujang alias jomblo. Sebenarnya banyak gadis gadis diluar sana apalagi gadis anak dari kolega Papanya yang berlomba lomba untuk bisa singgah di hatinya. Akan tetapi tak satupun bisa mendapatkan hati Leo. Hanya saja satu dari sekian gadis, Angel ya Angel yang tak habis habisnya membuat segala cara agar Leo bisa menjadi pendampingnya. Terlalu over untuk mendapatkan hati Leo, padahal Angel mengetahui bahwa Leo tidak pernah menaruh hati sedikitpun kepadanya, membuat Leo menjadi risih setiap bertemu dengan Angel.
Akan tetapi semenjak pertemuan yang tak sengaja dengan gadis itu, ya nampak di kartu identitas tercantum nama "Shafira Naraswari" membuat Leo merasakan hal yang aneh pada dirinya. Leo selalu saja terbayang oleh wajah Shafira. Wajahnya sangat anggun nan mempesona.
"Nak..apa kamu akan menikah dengan Angel itu ?" Mamanya agak mulai cemas menanyakan hal ini.
" Ma...! Please Ma jangan pernah ucapkan nama itu lagi, aku mendengarnya sudah risih apalagi mau bersanding dengannya. Aku akan menikah dengan gadis lainnya bukan dengan Angel!!" nada Leo mulai meninggi.
" Sebenarnya apa yang sedang kalian bicarakan, nampaknya kamu kurang sependapat dengan Mamamu, ada apa Nak ?" kedatangan Tuan Anggoro membuat Leo tercengang. Mengingat sang Papa sangat tidak suka akan keributan sekecil apapun.
"Ini Pa, Mama tuh sukanya ngomongin Angel Angel dan Angel terus, aku kan risih jadinya"
" Bukannya gitu Nak, Mama hanya khawatir jika kamu milih Angel untuk bersanding, Mama tidak bisa membayangkan " mendekati Leo dan mengelus us rambutnya.
" Loh Mama juga kurang suka sama si Angel, kirain Papa saja yang begitu" tersenyum kemudian mulai membaca koran yang baru saja dibukanya.
" Mama sama Papa juga nggak suka sama si Angel" tanya Leo agak kurang percaya.
Orang tua Leo saling bertatapan dan serentak menatap Leo dengan anggukan meyakinkan. Leo berdiri dan berjingkrak jingkrak kegirangan mengetahui kedua orang tuanya ternyata sejalan dengan fikirannya. Sekarang difikirannya hanyalah gadis di kartu identitas itu. Tanpa berfikir Shafira sudah punya pasangan atau belum.
Hari ini Leo berniat untuk mengembalikkan kartu identitas itu. Beranjak meninggalkan kedua orang tuanya. Menelisik keberadaan Assisten pribadinya, si Erick.
Terlihat Assisten Erick sedang mengobrol santai dengan satpam. Leo pun langsung melangkahkan kaki menuju pos satpam depan rumah. Assisten Erick yang melihat kedatangan Bos mudanya, langsung keluar dari pos satpam dan langsung membungkukkan sedikit badannya tanda hormat kepada atasan.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan ?"
Memberikan kartu identitas seraya berkata "nanti antarkan aku ke alamat ini "
...................................................................................................
Kediaman Marshal
Kali ini Shafira sangat anggun dengan balutan dress coklat yang membuat kulit putihnya terlihat lebih sempurna, dengan sepatu sedikit heels menampakkan kedua kaki jenjangnya.
Marshal tak hentinya memegang tangan Shafira yang mulai dingin. Mengisyaratkan bahwa dirinya sedang gugup. Dia selalu meyakinkan Shafira dan terus meyakinkannya. Membuka pintu dan menuju ruang makan. Disana sudah ada Tuan Rusdi Hartono dan juga sang istri Nyonya Berta Hartono. Shafira semakin gugup dan sedikit menunduk. Melihat kedatangan sang anak Nyonya Berta langsung mempersilakan untuk bergabung makan malam bersama. Ini memang sudah direncanakan sedari tadi oleh Marshal.
" Oh ini kejutannya yang kamu bilang tadi ?" Tanya Tuan Rusdi dengan melirik kearah Shafira.
" Ehmmm iya, kenalin Pa Ma ini Shafira gadis yang Marshal cintai sejak 5 tahunan yang lalu, disini Marshal mau minta restu dari Papa dan Mama, Marshal ingin melamarnya sekarang juga didepan kalian, karena selama kami berhubungan kami sudah merasa cocok" Marshal memberanikan diri untuk bicara kepada orangtuanya.
" Om... Tante..." Shafira baru berani bersuara kali ini.
Tuan Rusdi hanya tersenyum kecut sedangkan Nyonya Berta menahan nafasnya dan membuangnya kasar, membanting sendok yang digenggamannya ke atas piring, membuat suasana lebih mencekam. Shafira kaget bukan kepalang.
" Apa kamu tidak bisa memilih gadis lain yang lebih baik hah, banyak gadis diluar sana yang sepadan denganmu kalau kau menikahi gadis ini apa kata teman bisnis papamu, apa kau akan menghancurkan reputasi Papamu dan keluarga ini !!" Nyonya Berta berdiri dan memperhatikan gerak gerik Shafira yang mulai berkaca kaca.
"Benar Ma, sepertinya Papa mengenal gadis ini, kau hanya karyawan biasa di tempat Cokro Group bukan ? Bukan main...."
"PAPA MAMA ,....!!!!" Marshal langsung memotong ucapan Papanya. Kali ini Marshal melihat buliran bening menetes dipipi Shafira. Namun Shafira langsung menghapusnya.
"Kalian tidak seharusnya menghina Shafira begini, apa kalian tahu, aku sudah berjanji kepada Shafira akan melamarnya sepulangku dari New York. Shafira gadis yang baik Pa Ma,kalian hanya butuh waktu untuk bisa mengenalnya lebih jauh, aku pikir dengan aku melamarnya kalian akan lebih tau bagaimana Shafira yang sebenarnya, sebelum aku mempersuntingnya" nada Marshal sedikit bergetar.
" Tidak Marshal, Papa sangat tidak setuju kau berpasangan dengan gadis yang tak tau asal usulnya" beranjak dari kursi dan mendekati Marshal yang sudah berdiri, meneruskan ucapannya.
" Kau tinggal pilih gadis itu, atau keluar dari keluarga Hartono" menekankan nadanya dengan mata yang melotot memperlihatkan keganasan Tuan Rusdi, berlalu meninggalkan meja makan. Diikuti sang istri Nyonya Berta.
Seharusnya aku sadar jika aku tak layak berada disini. Harusnya aku juga sadar aku hanya wanita biasa. Orang tua, saudara pun tak punya. Kenapa aku sangat yakin jika aku akan menjadi pendamping Marshal.
Tuhan kuatkan aku, aku terima semua ini. Jika memang Harta yang menjadi tolak ukur setiap hubungan. Aku mundur Tuhan.
Shafira bungkam seribu bahasa. Dia yakin pasti akan jadi seperti ini. Hatinya seakan remuk tak berbentuk, mengingat kata kata dari kedua orang tua Marshal yang menolak mentah mentah rencana lamarannya. Menunduk dan merasa dirinya hanya wanita hina di mata kedua orang tua Marshal. Tak terasa buliran bening terus saja mengalir mebuat dadanya semakin sesak. Marshal yang sedari tadi terpaku akan jawaban kedua orangtuanya bergegas menghampiri Shafira dan langsung memeluknya erat.
" Sayang maafkan aku, maafkan perilaku kedua orang tuaku. Bukan ini yang aku harapkankan, buk...."
Kata kata Marshal terpotong ketika Shafira melepaskan pelukan Marshal dan memberikan jarak antara keduanya.
"Harusnya aku sadar diri dari dulu siapa aku sebenarnya, kita bagai langit dan bumi, sangat jauh Shal. Benar ucapan Mamamu, masih banyak gadis yang jauuuhhh lebih baik dariku. Aku harap setelah kejadian ini kita bisa hidup dan menemukan pendamping yang lebih baik."Mencoba tegar dan seolah olah tak terjadi apa apa.
Marshal sangat tidak percaya dengan ucapan Shafira. Marshal berualang kali meyakinkan Shafira lagi agar bisa mempertahankan hubungannya. Namun Shafira kali ini sepertinya sudah pupus harapan. Biarlah hubungan selama ini menjadi kenangan yang akan sirna lambat laun.
"Tidak Fir aku tidak mau semua berakhir, TIDAK ! Fir kumohon jangan putuskan hubungan kita cuma karena tidak adanya restu dari orangtuaku" Marshal memegang tangan Shafira seraya berlutut terus memohon kepada Shafira.
Melepaskan tangan Marshal dan membangunkan dari posisi setengah berjongkoknya. Membuat mereka saling berhadapan. Kali ini giliran pipi Marshal yang sudah dibanjiri oleh buliran bening.
" Maaf Shal, kali ini tekadku sudah bulat biarkan aku pergi. Biarkanlah seolah olah kita tidak punya hubungan spesial sebelumnya. Jujur aku masih sangat mencintaimu, tapi jika mencintaimu aku menjadi merasa sakit dan lebih sakit lebih baik aku mundur. Hubungan tidak akan menjadi baik jika tanpa adanya restu orang tua, darinyalah kata kata bisa menjadi doa untuk kita. Dan mungkin Tuhan berencana lain untuk hubungan kita."
Shafira mencoba menenangkan Marshal yang sedari tadi menjadi tidak karuan. Shafira mengambil tasnya di kursi, lalu berlalu meninggalkan Marshal yang masih menangis sesenggukan.
Marshal termenung dan menyaksikan kepergian Shafira dengan rasa yang sangat campur aduk.
Kau benar lebih baik untuk tidak mencintaiku lagi. Karena cintaku hanya akan melukai hatimu. Meskipun aku tidak rela kau pergi dengan sejuta kelukaan dihatimu. Semoga Tuhan punya rencana baik untuk kedepannya
.........................................................................................
Assisten Erick sesekali melihat atasannya dari kaca mobil. Leo yang duduk dibangku belakang membuatnya terlihat jelas dikaca. Tidak biasanya jika setiap ada urusan yang bukan mengenai kantor, Tuan Leo akan memintanya untuk menyelesaikan. Tapi kenapa yang ini beda, apa yang sebenarnya dilakuan Tuan Leo ini . " apa Tuan Leo sedang dekat dengan wanita itu, atau bahkan jatuh cinta " gumam Assisten Erick.
" Apa yang kau kata tadi Assisten Erick?" Leo menyadari jika Assisten Erick memperhatikannya sedari tadi dari kaca mobil.
"Ehmm anu Tuan, ini jalanan agak macet sedikit membuat perjalanan kita agak terganggu" beda dimulut beda difikiran, tak disangka Tuan Leo mendengar gumamannya.
Saat perjalanan terhenti karena lampu merah, Leo melihat seorang gadis yang sedang berjalan agak terhuyun ditambah guyuran hujan membuatnya sedikit agak berhati hati untuk berjalan. Leo memerintahkan Assisten Leo untuk mengikuti gadis tersebut. Gadis itu terhenti di halte, dengan kondisi basah kuyup, gadis itu memegangi kepalanya dengan satu tangan berpegangan di tiang penyangga.
Leo sangat yakin jika gadis itu sama persis dengan foto gadis di kartu identitas itu.Tanpa pikir panjang Leo lansung keluar dan menangkap tubuh gadis itu yang sudah tak sadarkan diri.
"Ahhh Nona !!"
.
.
.
.
Bersambung......
Mungkin cerita kali ini agak rancu rancu gimana gitu, soalnya Authornya tiba tiba ngeblank..😟
Jangan lupa comment dan likenya ya, masukannya juga boleh banget 😘🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments