Sakit

" Hay anak mami !!!" dengan agak malas Shafira akhirnya buka suara dengan nada tinggi.

Marshal yang sangat kenal akan sebutan " Anak Mami" langsung membuka matanya. Alangkah bahagianya Marshal ketika melihat sosok Shafira berdiri didekatnya.

" Sha…Shafira ?" Marshal seketika langsung ingin bangun dari ranjang tapi apa daya tubuhnya yang lemas membuat dirinya tak kuat meskipun hanya berdiri. Marshal ambruk didepan Shafira.

Shafira sangatlah merasa iba, sungguh besar rasa cintanya hingga sampai mengabaikan kondisi kesehatannya hanya untuk Shafira.

Shafira memapah Marshal ke ranjang lagi.

" Dasar anak bodoh, kau lakukan semua ini cuma untuk mencari perhatianku bukan ?" Shafira menjitak kepala Marshal. Kebiasaan yang sering dilakukannya ketika mereka masih bersama. Shafira langsung menghentikan kelakuannya, dia rasa semua ini refleks karena terbiasa dengan Marshal.

" Awwhh sakit tau, he he he tapi aku sangat senang kamu ada disini, apa kabar Shafira ?" Marshal tertawa terpaksa.

" Sudah sekarang kamu makan, kalau tidak makan nanti kamu sakit dan kalau kamu sa..."

" Kalau aku sakit nanti aku tak bisa bertemu denganmu, menghiasi hari harimu, dan melindungimu.... begitu kan" Marshal menahan tangan Shafira yang ingin menyuapinya menatapnya dengan lembut. Itu adalah kata kata yang sering diucapkan Shafira ketika mengetahui jika Marshal sakit. Begitupun sebaliknya, jika Shafira yang sakit atau dalam keadaan tidak baik Marshal akan mengatakan hal serupa.

Shafira lagi lagi dibuat bingung dengan tingkahnya sendiri, mengapa semua kenangan masih saja tersimpan dalam memorinya. Bahkan saat Shafira ingin sekali melupakan semua kenangan serta sosok Marshal dalam hidupnya.

" Makaann, atau aku pergi !!!" ancam Shafira dan langsung menyuapi Marshal lagi.

Dari bilik pintu Bi Inah yang mengetahui bahwa Marshal mulai tersenyum dan mulai makan membuatnya lebih lega.

" Mbok dari kemarin bilang aja suruh nak Shafira kesini, gitu kan gampang, pake acara ngambek nggak mau makan, huuhhh dasar anak muda sekarang, ehhh tapi romantis juga ya kalau seperti itu, sayang aku sudah setengah baya, punya anak juga, hi hi hi kenapa aku jadi melow gini ya " Bi Inah bergumam sendiri kemudian berlalu.

" Oke selesai, kamu pasti belum mandi, mulai dari kapan hah dasar jorok, sana mandi biar para dedemit hilang seketika biar kamu cepetan sadarnya " ujar Shafira sembari membereskan sisa sisa makanan.

" Kalau aku tidak mau, gimana ?" Marshal dengan ucapan menantang.

" Ohhh kamu mau aku jitakin lagi, atau kalau perlu aku suruh dedemit beneran buat ngangkat badan kamu kekamar mandi, biar mandi sekalian sama mereka,! " Shafira berdiri dan bertolak pinggang.

" Ehhh ehh iya iya aku mandi, tapi... kamu jangan pulang dulu, tunggu sampai aku selesai mandi , OK ?" Marshal memastikan jika Shafira tak akan pergi.

" Emhh" jawab singkat Shafira.

Marshalpun akhirnya menuju kamar mandi. Shafira mengamati setiap sudut ruangan itu, terjejer rapi buku buku di sebuah rak almari kecil. Terlihat beberapa foto wisuda Marshal, foto bersama keluarga dan juga teman temannya. Sebuah foto menarik perhatian Shafira. Sebuah foto Shafira dengan Marshal saat berlibur disuatu tempat wisata. Diamatinya foto itu dalam dalam.

" Tidak ada yang berubah sama sekali" gumamnya sendiri.

Dari arah belakang ternyata Marshal mengamati Shafira. Marshal mendengar gumaman Shafira.

" Semua tidak akan berubah, kecuali kamu yang akan merubahnya sendiri" Marshal berjalan menuju Shafira.

" Ohh sudah selesai rupanya," Shafira kini duduk di sebuah sofa .

" Fir.."

" Emhh apa ?" jawab Shafira ketus.

" Apa aku harus menjadi sakit agar kamu bisa kembali kepelukanku ?" tiba tiba Marshal melow.

" Hanya orang bodoh yang akan melakukan seperti itu" Shafira masih saja ketus, kini dirinya sembari membolak mbalikkan magazine disofa itu.

Drrtt…Drrtt…Drrttt…

Shafira mengambil benda pipihnya yang bergetar.

📲 : Hallo Wind ada apa ?

📲 : Makan malem yuk, aku kerumahmu tapi kosong, ini udah ada Rara sama Bryan Reno juga. Aku jemput kamu deh , kamu dimana sekarang ?

📲 : Oh ya ok, kamu jemput aku di pertigaan gang arah rumah Marshal aja OK ?

📲 : Yappp dahh

Tut…Tut…Tut

Marshal menatap Shafira, dia yakin jika Shafira akan pergi dengan teman temannya, tapi apakah dengan lelaki itu Shafira akan pergi.

" Siapa ?" tanya Marshal penasaran.

" Bukan urusanmu, sudah sekarang kamu istirahat, ingat obatnya jangan lupa diminum, biar bi Inah yang membantumu aku pergi dulu," Shafira merapikan pakaiannya kemudian berjalan ke arah keluar.

Pandangan Marshal mulai kabur, dipaksanya berdiri untuk mencegah Shafira tapi semua pandangan terlanjur menjadi hitam.

Brruugghhh

Marshal terjungkir kedepan, Shafira yang belum sempat keluar seketika langsung menoleh kearah Marshal yang sudah tersungkur. Shafira langsung kembali kearah Marshal.

" Ya ampun Marshal kau ini, ihh berat banget lagi, dasar kamu ini " Shafira mencoba memapah Marshal ke ranjang.

Setelah Marshal sudah tertidur di ranjang, Shafira menepuk nepuk pipinya.

" Hai bangun anak mami, ayo bangun!!" beberapa kali Shafira melakukan itu, akhirnya Marshal tersadar.

" Singkirkan tanganmu dari pipiku itu menyakitkan " belum juga melek si Marshal mulai berucap lemas.

" Ihhh dasar kau ini, kau tahu hah, kau hanya memperlambat urusanku, sekarang aku pergi biar bi Inah yang mengurus.

Tangan Marshal langsung menahan tangan Shafira yang sudah dalam posisi berdiri ingin berjalan keluar.

" Besok kamu kesini?" tanya Marshal

" Iya Bawel" Shafira langsung melepaskan tangan Marshal dan berlalu meninggalkannya.

Marshal tersenyum melihat Shafira pergi, kali ini dia merasa senang akhirnya bisa bertemu dengan Shafira dan bisa melihat tingkah konyolnya.

Shafira berlari menuju pertigaan gang tempat dimana Shafira janjian dengan Winda. Terlihat sebuah mobil sudah terpakir disana. Shafira yakin jika itu mobil Winda. Benar dugaan Shafira, yang empunya langsung membukakan pintu untuk Shafira. Akhirnya Winda melajukan mobilnya ke suatu tempat.

Sesampainya di sebuah resto mereka langsung menikmati hidangan yang sudah tersaji.

" Wahhh ini kita ditraktir loh sama Winda iya nggak Wind ?" tanya Rara

" Iya ayo kita bersenang senang kali ini, habiskan ya guys" ujar Winda.

" Dalam rangka apa Wind kok tumben kita makan besar gini, jadian sama cowok ya kamu, kenalin ke kita dong kalo itu bener iya kan guys, " timpal Bryan.

" Uhuuukk…Uhhuukk…Uhhuukk.." Reno tiba tiba terbatuk saat mendengar ucapan Bryan.

" Ren kenapa kamu, kesedak apaan sih ?" tanya Shafira.

Winda mengetahui jika itu adalah suatu reaksi Reno. Winda tersenyum nyengir melirik ke arah Reno. Reno pun juga melirik ke arah Winda.

" Mungkin Reno saking senengnya jadi nelen garpu dia, hi hi hi gini guys, papi aku baru saja menang tander, sebenarnya sih beliau pengen banget ikut tapi berhubung sibuk ya jadinya kita kita aja," Winda melirik ke Reno dengan nada sindiran.

" Eh ngomong ngomong ni Fir, kamu balikan ya sama Marshal , kok bisa kamu kerumahnya Marshal ?" tanya Bryan penasaran.

" Oh itu, Marshal kebetulan sakit, dan aku dijembut sama bi Inah buat ngurusin dia yang sok manja itu, awalnya aku nolak, kalian tahu sendiri kan gimana kalau aku bertemu dengan orangtuanya,? tapi karena orangtuanya sedang diluar kota, jadi terpaksa nih, eh aku ulangi lagi TERPAKSA, aku ikutin saran bi Inah deh " Shafira menjelaskan secara gamlang.

" Ehh tapi Fir gimana dengan cowok yang namanya...eh siapa aku lupa..." Rara berfikir

" Leo" tukas Reno.

" Eh iya Reno itu Fir, kalau aku lihat lihat pas jemput kamu waktu pulang kerja, dia kayaknya sudah mapan terus ganteng lagi, kalau aku sih mending pilih dia aja Fir" tambah Rara.

Dari meja pengunjung lain tak sengaja Leo ternyata berada disana. Mau tidak mau Leo mendengarkan pembicaraan mereka.

" Aku...aku sebenarnya masih trauma Guys, aku takut dengan latar belakangku yang seperti ini, akan hina didepan mata mereka mereka yang bisa berkuasa, ahh aku bingung guys" Shafira menggeleng nggelengkan kepalanya.

" Tapi kalian kan bukannya dipertemukan lagi setelah pertemuan kalian yang pertama, bukannya itu jodoh namanya, " Reno mulai tertarik dengan cerita Shafira.

Shafira pun tak tahu bagaimana kelanjutan hubungannya, biarlah takdir Tuhan yang menentukan.

Mereka sangat menikmati dinner kali ini, setelah selesai Winda memulai tugasnya kembali untuk mengantarkan satu persatu sahabat sahabatnya.

Bersambung…

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!