Kekecewaan

Entah sudah berapa bulan setelah Marshal gagal melamar Shafira, Marshal merasakan sepi yang berkepanjangan. Masih menyisakan rindu didalam hatinya. Memainkan benda pipihnya dengan memutar mutarkannya. Biasanya setiap detik Shafira selalu memberinya kabar, tapi ini sudah beberapa hari benda pipihnya sepi akan notif notif dari Shafira.

Menatap dedaunan hijau yang diterpa air hujan dan menyeruput secangkir kopi, ditemani beberapa camilan. Berfikir apa Marshal harus menghubungi Shafira.Tapi semua itu diurungkannya takut jika tiba tiba percakapan mereka didengar oleh orangtuanya.

Marshal sangat tidak percaya akan keputusan Shafira, mengakhiri hubungannya hanya karena tidak ada restu dari orangtua Marshal. Tapi Marshal menghargai keputusan Shafira, dia yakin jika Shafira sangatlah kecewa. Marshal sangatlah masih merindukan sosok Shafira.

Kerinduan ini ibarat segelas kopi panas

Tuang dan aduklah gulanya sesukamu

Cukup aku yang rahasiakan rasa pahitnya

"Shal...Marshal.. kau ini kesambet apa ha, sedari tadi papamu ngomong nggak pernah digubris" tangan Tuan Rusdi melambai lambai didepan muka Marsal.

Marshal terperanjat ketika sadar Papanya sudah berada di dekatnya.

" Ahhh Papa, kenapa pa mengagetkan saja" mengelus dadanya.

Tuan Rusdi menghela nafas sejenak, kemudian duduk mendekati Marshal .

" Kita mulai rencana awal kita, untuk menghancurkan keluarga Hariwijaya Marshal " menyunggingkan senyumannya membuat satu pipinya terangkat.

Marshal sebenarnya kurang suka dengan perbuatan Papanya yang suka bermain curang dengan Partner bisnisnya. Hanya untuk keuntungan pribadi semata. Marshal yakin dirinya hanya dijadikan alat untuk balas dendam antara keluarganya dengan keluarga Hariwijaya.

" Pa, sudahlah akhiri saja semuanya, itu sudah terjadi beberapa tahun lalu, Marshal tidak mau jika Marshal dijadikan alat untuk memenuhi keinginan Papa, Marshal tidak mau seperti robot Pa !" berdiri dan menghadap Tuan Rusdi.

" MARSHAL.!!!, Papa sudah lama merencanakan ini semua, beberapa hari yang lalu Papa juga sudah menemui pemilik perusahaan Hariwijaya yang baru, dan sepertinya kau bisa menanganinya. Ingat Marshal ! jangan sampai kecewakan Papa," Tuan Rusdi kini ikut bangkit.

" Apa Papa kurang puas dengan ganjaran Papa, Perusahaan yang semakin merosot dan hampir saja gulung tikar, dan Papa tahukan siapa yang menolong kita saat kita terpuruk Pa, KELUARGA HARIWIJAYA Pa, kurang baik apa mereka kepada kita, mereka yang selalu Papa injak injak harga dirinya masih bisa memaafkan kita masih bersedia menolong kita, apa Papa tidak malu haa, apa papa ingin air susu dibalas air tuba, apa Papa tidak memikirkan apa akibat dari perbuatan Papa ini haa !!!!".

" Dan juga perbuatan Papa ke Shafira..." kali ini Marshal berani mengacungkan jari telunjuknya didepan muka Tuan Rusdi.

" Kurang ajar kau Marshal, ohhh jadi ini hasil hubungan kalian selama ini, gadis itu sudah bisa mengajarimu berani menentang Papa !!" tangan Tuan Rusdi tiba tiba saja sudah mendarat dipipi Marshal.

Marshal yang sudah sangat kesal akhirnya meninggalkan Papanya. Marshal sesungguhnya sangat malas pergi ke kantor. Apalagi setelah pertengkarannya dengan Papanya tadi membuat Marshal semakin tidak tertarik untuk mengurusi Perusahaan.

Setelah Marshal membersihkan diri Marshal berniat mengganti pakaiannya dengan kaos, rasanya dia ingin pergi bersama teman temannya saja hari ini.

Tok...Tok...Tok....

Suara ketukan pintu membuat Marshal mengurungkan mengambil kaos yang berada dialmari. Menutupnya kembali almari itu dan berjalan menuju pintu kemudian membukanya.

" Selamat pagi Tuan " sapa Assisten Riko dari seberang pintu.

" Ohhh kau rupanya, ada apa pagi pagi sudah menemui saya ?" tanya Marshal malas.

" Begini Tuan, hari ini Tuan ada acara bertemu dengan pihak Cokro Group dengan agenda membicarakan hasil pertemuan terakhir" Assisten Riko menjelaskan serta menyodorkan beberapa berkas ke Marshal.

" Astaga, kenapa aku bisa lupa " manepuk jidatnya dan menerima berkas dari Assisten Riko.

Setelah mengecek berkas itu, lalu menyodorkan kembali ke Assisten Riko. Marshal kemudian menyuruh Assisten Riko untuk meninggalkannya. Bergegas mengambil hem dan jas, tak lupa sepatu yang sudah kinclong itu. Menuruni tangga dan bergegas menuju mobil, sedangkan Assisten Riko sudah stand by disana. Mobil mulai melaju menerobos keramaian kota pagi itu.

Marshal ingat jika dia akan bertemu dengan Shafira, kemudian mengarahkan ke Assisten Riko untuk mampir ke toko bunga. Setelah mendapatkan bunga itu mereka meneruskan perjalanan menuju Cokro Group. Marshal berniat memberikan bunga itu kemeja kerja Shafira langsung.

Sedangkan suasana perusahaan Cokro Group sudah ramai dengan lalu lalang karyawan yang sudah datang. Shafira yang sedang mempersiapkan berkas berkas untuk pertemuan dengan perusahaan Hartono Group. Shafira yang mulai bangkit dari keterpurukannya kini semakin bersemangat untuk bekerja. Dengan sangat teliti dan tekun Shafira mempelajari berkas berkas itu. Dilihatnya jam pada tangannya menunjukkan pukul 09.30, waktunya untuk menuju tempat pertemuan.

" Fir ini jangan lupa berkas tambahan yang dikirim ke emailku" Rara memberikan secarik kertas.

" Oh iya Ra terimakasih, Ra" mengambil berkas itu.

Shafira memang sering tampil mewakili sahabat sahabatnya di bidang divisi 1 humas dalam kantornya. Tuan Fransisko yang memilihnya sendiri melihat ketekunan dan ketelitian Shafira lagipula Shafira merupakan salah satu karyawan terbaiknya.

" Guys nanti kalau jam makan siang aku belum selesai kalian duluan aja ya, nanti aku gampang..bisa nyusul belakangan" memastikakan kepada sahabat sahabatnya agar tidak menunggu Shafira nanti.

Mereka mengiyakan pertanyaan Shafira, dengan menganggukkan kepala sedangkan Bryan dan Reno mengacungkan jempolnya masing masing.

Shafira bergegas menuju tempat pertemuan, namun belum satu langkah ternyata sebuah tangan kekar menghalaunya dengan memegang tangan Shafira dan satu tangan lagi disembunyikannya dibalik badannya. Shafira pun sangat kaget akan hal ini. Dilihatnya wajah itu, sangat tidak asing bagi Shafira.

" Ehh maaf lepaskan tangan saya Tuan" Shafira mencoba melepaskan genggaman tangannya.

" Shafira, aku sangat rindu denganmu, semoga kau bisa memaafkan aku dan juga orangtuaku " menyodorkan seikat rangkaian bunga .

" Maaf Tuan ini kantor tidak baik membicarakan hal pribadi disini, tolonglah bersikap profesional" Shafira yang sudah berhasil melepaskan genggaman Marshal, langsung berlalu tanpa menghiraukan Marshal sedikitpun.

Sahabat sahabatnya yang mendengar sedikit kegaduhan itupun langsung menampakkan batang hidungnya. Mereka saling lempar pandangan dan akhirnya Reno menghampiri Marshal.

" Sorry Bro, tidak seharusnya kau mengkaitkan masalah pribadimu disini, benar kata Shafira tadi, bersikap profesionallah sedikit, mungkin diluar kau menjadi teman kami, dan juga kekasih Shafira, tapi tolong ketika kau menginjakkan kaki di kantor ini, kita hanyalah sebagai partner bisnis dan tidak lebih" mengusap pundak Marshal.

Marshal sangatlah malu atas perilakunya tadi. Marshalpun langsung menuju ruang pertemuan. Benar saja dugaan Marshal Shafira sangatlah profesional bahkan seperti tidak terjadi apa apa sebelumnya antara dirinya dan juga Shafira.

Setelah beberapa jam pertemuan diadakan akhirnya pertemuan berakhir. Shafira langsung membereskan mejanya dan segera bergegas sebelum Marshal menghampirinya.

" Shafira aku mohon, jangan seperti ini padaku, aku tak...." Marshal yang secepat kilat menghampiri Shafira. Belum selesai Marshal berucap Shafirapun langsung memotongnya.

" Kita bicarakan saat makan siang " Shafira berlalu dan meninggalkan alamat sebuat tempat makan.

Shafira sudah duduk dimeja yang sudah dipesannya, tak lama kemudian Marshal datang. Mereka saling memesan beberapa menu, tak menunggu lama pesanan itupun datang. Mereka langsung menyantapnya. Marshal sebenarnya sangatlah senang bisa makan bersama lagi dengan gadis yang sangat disukainya. Yahh meskipun perilaku Shafira sudah tak seenak dulu, kini Shafira yang lebih cuek dan seperti tak mengenal Marshal.

"Shafira aku mohon kau jangan seperti ini padaku, aku tak sanggup tanpamu Fir " mulai menyentuh kedua tangan Shafira.

" Sudahlah Shal, seperti yang aku bilang dulu, kita sampai disini saja, biarkan lah beberapa tahun lalu yang kita lewati bersama menjadi sebuah kenangan, yahh mungkin kenangan yang menyedihkan bagiku" melepas genggaman tangan Marshal.

Entah mengapa setelah kejadian malam itu, Shafira mulai sedikit merelakan Marshal. Meskipun sangat sulit untuk Shafira, namun ini cara yang lebih baik ketimbang harus mempertahankan sebuah hubungan yang membuatnya sakit.

" Dan aku mohon Shal, ketika kita berada dikantor, tolong anggap saja kita tidak saling mengenal lupakan masalah masalah kita, agar kita bisa bekerja lebih profesional, aku rasa semua sudah jelas, tidak ada lagi yang kita bahas, aku permisi Shal" mengusap kasar pipinya yang sudah basah oleh bulir bulir bening dan berlalu meninggalkan Marshal.

" Shafira aku tidak akan pernah melepaskanmu !!!" teriak Marshal sembari melihat Shafira yang semakin berlalu.

.

.

.

.

Bersambung......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!