Shafira tersenyum melihat dirinya sendiri dari kaca, mulai merapikan rambutnya. Membubuhi wajahnya dengan sedikit polesan membuat wajahnya terlihat semakin anggun.
Drttzz…Drtzz…Drrttz
📱Leo
Aku sudah diluar, keluarlah ☺️
Shafira langsung merapikan tubuhnya meninggalkan Winda yang masih tidur pulas. Shafira berniat membangunkannya tapi takut mengganggu. Sebenarnya Winda sudah bangun tapi dia berpura pura tidur karena Winda berpikir dihari libur semacam ini Shafira pergi dengan penampilan yang berbeda.
Setelah Shafira turun dan dipastikan berada diluar, Winda langsung berlari kearah balkon untuk melihat Shafira. Dilihatnya seorang lelaki tampan berkacamata hitam dengan mobil yang cukup mewah membuat Winda semakin penasaran. Namun ketika kacamata itu dibuka, Winda menjadi terperangah.
Astaga lelaki itu… Ah mungkinkah Shafira sudah move on dari Marshal ??
Ih kan jadi penasaran, kenapa tadi aku tidak bangun lalu menanyakan mau kemana dia
Sampailah Leo dan Shafira kesebuah tempat. Leo sangat terpesona dengan keanggunan Shafira. Mereka berjalan dan berhenti tepat di sebuah jembatan kecil tempat tersebut.
"Shafira…" Leo membuka pembicaraan.
" emm ya " Shafira menengok kearah Leo disebelahnya.
"Astaga kau tau, ekspresimu membuatku mati berdiri" melihat ekspresi Shafira yang sok imut.
" He he he ternyata kamu bisa lucu juga Leo" dengan ekspresi yang belum berubah.
" Sebenarnya aku agak canggung, jujur ini kali pertama aku jalan dengan seorang gadis"
"Sungguh,?" dengan sedikit senyum Shafira menjawabnya.
Mereka berjalan menyusuri tempat itu sembari saling bercanda dan bertukar cerita. Sebenarnya Leo sudah mengetahui seluk beluk kehidupan Shafira dari Assistennya, Erick. Bahkan Leo juga sudah mengetahui hubungan Shafira dan Marshal. Ini yang membuat Leo semakin yakin untuk melangkah maju mendapatkam Shafira.
Shafira terlihat mulai berkaca kaca ketika menceritakan kehidupannya yang sebatang kara. Leo tiba tiba memegang kedua pundak Shafira membuat mereka saling berhadapan.
"Shafira, maaf aku membuat kamu menjadi mengingat semua yang menjadikanmu sedih, mulai sekarang aku berjanji, aku akan menjagamu dan tak akan membiarkan siapapun menyakiti kamu" Leo dengan yakin menatap Shafira.
Shafira tertegun,masih belum bisa mengartikan apa yang barusan Leo ucapkan.
"Aishh apa yang kau katakan tadi, mukamu lucu kalau seperti itu" Shafira melepaskan tangan Leo dari pundaknya kemudian meninggalkan Leo dan berlari meninggalkannya.
"Apa ada yang salah dengan ucapanku tadi" Leo bergumam sendiri.
" Hay Shafira aku serius !!!" Leo sedikit berteriak tersenyum sendiri dan langsung lari mengejar Shafira.
Layaknya anak kecil, Leo dan Shafira saling berlari kucing kucingan. Melihat pedagang ice cream Shafira berhenti.
" Mau ?" tanya Leo
" Iya aku mau" jawab Shafira
Leo kemudian memesan dua ice cream. Mereka duduk disebuah taman kecil untuk menikmati ice cream itu. Shafira yang memang suka dengan ice cream berasakan coklat itupun langsung melahapnya dengan rakus. Sesekali Leo mencolek pipi Shafira dengan ice cream dijarinya Shafira pun tak mau kalah dia juga membalasnya. Saking lahapnya memakan ice cream membuat bibir Shafira belepotan. Leo mencoba untuk membersihkannya.
"Enak ya " Leo mencoba membersihkan sisa makanan di bibir Shafira.
Shafira seketika menghentikan aktivitas nya. Kini mereka saling bertatapan dengan penuh arti. Shafira sebenarnya juga belum mengerti arti rasa dalam hatinya semenjak pertama kali bertemu dengan Leo.
" Ehem.... berkedip lah nanti aku beneran mati berdiri jika tatapanmu seperti ini ha ha ha " kini Leo memajukan wajahnya tepat didepan wajah Shafira.
Shafira melotot dan sedikit memundurkan wajahnya. Leo cekikikan melihat tingkah Shafira yang pipinya kini mulai berubah warna menjadi merah semu.
Dari kejauhan terlihat seorang lelaki tidak sengaja melihat Shafira dan juga Leo. Lelaki itu memicingkan matanya memastikan jika itu memang benar benar Shafira. Dia berfikir sedang apa Shafira disini. Melihat Shafira bisa tertawa lepas. Memang setelah Shafira memutuskan mengakhiri hubungan dengan Marshal, jarang sekali terlihat tertawa selepas ini.
Drzt…Drzztt…Drzztt
Shafira mengambil benda pipihnya dan langsung membukanya.
" Hallo…hallo…hallo…" Shafira sesekali melihat layar memastikan jika sambungannya belum terputus. Namun tak ada sahutan sama sekali. Tak lama kemudian sambungan itu terputus.
" Siapa ? " tanya Leo.
" Kurasa salah sambung, tidak ada suaranya sama sekali. Emm Leo …?"
" Iya, kenapa ? " jawab Leo penasaran.
" Aku lapar " Shafira tersenyum lebar memperlihatkan semua gigi depannya.
Sampailah mereka disebuah rumah makan dan langsung memesan makanan. Saat hendak mengambil menu makanan tak sengaja mereka berbarengan mengambilnya membuat kedua tangannya saling bersentuhan. Pelayan yang melihat kejadian itupun langsung tersenyum sedangkan Leo dan Shafira dengan sigap menarik tangan masing masing. Shafira tersipu malu.
Selang beberapa waktu semua pesanan sudah terhidang. Shafira yang sedari tadi memang sangat lapar langsung melahapnya.
" Emmm Shafira…" Leo menghentikan makannya dan memandang Shafira yang sedang lahap lahapnya makan.
" Hemmm..." sahut Shafira dengan mulut masih mengunyah.
" Terimakasih untuk hari ini, aku sangat menikmati hari ini, bagaimana denganmu ?" fikiran dan mulut Leo sepertinya tidak bisa diajak kompromi sangat berbeda dengan yang ingin diucapkannya.
" Owhh aku juga menikmatinya.., emh aku rasanya kenyang sekali, harusnya aku yang berterimakasih denganmu tiba tiba mengajakku jalan, eh aku ke toilet sebentar ya" Shafira berdiri dan langsung meninggalkan Leo. Shafira masih agak canggung saja jalan dengan Leo yang memang belum terlalu mengenalnya.
Leo mengacak acak rambutnya, sebenarnya Leo ingin menyatakan perasaannya namun entah mengapa bibir berkata lain.
Shafira melihat bayangan dirinya dari kaca didepannya, memandang dirinya sendiri seperti ada yang sedang dia fikirkan.
" Kau dekat dengan anakku karena hartanya bukan"
" Hah cuma karyawan rendahan sebatang kara pula "
" Kalau kau dengan anakku, bagaimana reputasi keluargaku, bisa bisa semua bisa memandang rendah keluarga ini"
Shafira masih saja teringat semua ucapan itu, membuat dadanya sesak. Sebenarnya Shafira masih agak trauma ketika jalan dengan Leo, mengingatkan semua kenangan serta perlakuan orang tua Marshal. Shafira tertunduk dan membuang kasar nafasnya.
Drrttz…Drrttz…Drrttz
Ponsel Shafira berdering dan dilihatnya benda pipih itu. Terlihat nomor yang tadi menghubunginya.
"Hallo, maaf dengan siapa ini, hallo……"
" Shafira…" sahutan dalam telpon terdengar jelas di ruangan itu sepertinya yang menelponnya berada ditempat yang sama.
Shafira langsung membalikkan badannya ketika mengetahui seorang lelaki berada tepat dibelakangnya melalui bayangan kaca.
" Marshal !!! " Shafira sangat terkejut.
" Iya ini aku, apa kabar lama tak bertemu, kamu baik baik saja kan ? Fir apa sebegitu inginnya kamu melupakan aku, sehingga nomor telfonku tak ada di handphone mu ?" Marshal berjalan dan mendekati Shafira.
Shafira lupa jika SIM card nya mengalami masalah sehingga semua nomor terhapus. Ingin menjelaskannya tapi Shafira yakin jika semua itu akan sia sia bagi Marshal.
" Oh kamu Marshal, maaf bukannya begitu tapi…"
Marshal semakin mendekat dan kini memegang kedua bahu Shafira.
" Apa kamu tahu selama ini yang aku rasakan setelah kamu tiba tiba memutuskan hubungan kita, waktu serasa sangat lambat bagiku Fir, dan setelah sekian lama aku tak bertemu denganmu aku pikir kamu juga masih memikirkan tentang diriku, tapi sepertinya kamu memang sudah mengubur semua kenangan kita dalam dalam, hingga cepat sekali kau menggantikan posisiku dengan lelaki tadi, hah !!!" Marshal semakin mencengkeram bahu Shafira.
Shafira meringis kesakitan dan berjalan mundur mencoba melepas cengkeraman Marshal yang semakin diliputi amarahnya.
" Cukup Marshal… cukup, semua tak seperti yang kau bayangkan. Cukup untuk membuatku ingat tentang semuanya. Lepaskan aku, sa…sakit Marshal" Shafira memberontak tapi Marshal semakin kuat.
Marshal tak tahu jika dilengan Shafira terdapat luka yang belum pulih. Cengkeramannya membuat luka itu kembali berdarah. Tapi Marshal tak menggubrisnya.
Dari luar Leo curiga akan Shafira yang tak kunjung keluar dari toilet, akhirnya Leopun memutuskan untuk menyusulnya ke toilet.
" Marshal hentikan, ini sungguh sakit Marshal,. sudahlah kalau memang kita tidak ditakdirkan untuk bersama mau dikata apa lagi, Marshal sakit Marshal,…!!! " Shafira mulai merintih.
Leo yang melihat Shafira sudah terpojok dengan lengannya yang mengalir cairan merah, dengan sigap langsung menarik tubuh Marshal dan membantingnya ke lantai.
" Kau tak apa Shafira ?" tanya Leo khawatir.
Marshal yang mulai sadar jika cengkeraman nya tadi membuat lengannya luka kembali, melihat lengannya yang masih tertempel kain kasa. Marshal mulai mendekati Shafira dirinya kini sedikit menyesal. Namun Leo langsung mencegah niat Marshal untuk mendekati Shafira. Leo mendorong Marshal hingga terjatuh lagi.
" Aku peringatkan sekali lagi, jangan pernah ganggu Shafira lagi " Leo membungkuk dan menatap tajam Marshal.
" Beraninya Anda melarang saya, memangnya Anda ini siapanya Shafira hah !" Marshal mulai terpancing emosi oleh Leo.
Leo berbalik dan merangkul Shafira dan tepat didepan Marshal Leo berhenti sesekali memandang Shafira.
" Aku calon suami Shafira !!!"
Shafira tercengang mendengar ucapan Leo ke Marshal. Shafira memandang leo kaku. Marshal pun seperti tersambar petir mendengar ucapan Leo. Marshal lemas seakan akan tak punya tulang untuk berdiri. Kini terasa seakan ada benda tajam menusuk hatinya.
Shafira dan Leo berlalu meninggalkan Marshal. Leo terus menggandeng tangan Shafira. Leo tak peduli nanti Shafira akan mempertanyakan ucapannya tadi. Yang terpenting sekarang adalah mengobati lengan Shafira.
.
.
.
.
Bersambung……
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Reja Puja Saputra
woah seru banget thorr😍
2021-04-14
0