Kopi

Happy reading 🤗

Arza membawa Aluna pulang kerumah orangtuanya. Hujan begitu deras dan juga petir menyambar saling bersahut-sahutan.

Arza mengendari mobil dengan kecepatan sedang karna jalanan licin.

''Sepertinya gadis ini akan, sakit demam" ujar Arza dalam hati sambil melirik kearah Aluna yang pingsan dengan wajah yang begitu pucat.

Karena jarak antara rumah dengan halte bis tadi jauh, membuat Arza lama sampai rumah. Apalagi jalanan macet, ada kecelakaan lalulintas disana. Arza begitu kesal, sampai tak sengaja memukul putaran stir mobil dengan keras. Aluna yang mulai sadar, pun langsung mengerjapkan matanya berulangkali, mengumpulkan kesadarannya kembali setelah pingsan.

''Aku, ada dimana...." ucap Aluna dengan nada lemah. Arza yang mendengar pun langsung menoleh ke arah kiri dan melihat Aluna sudah sadar.

''Kau sekarang berada didalam mobilku" ujar Arza sambil menatap wajahnya.

Lalu Aluna mulai mengingat saat dimana tadi dia berada hingga sekarang berada dalam mobil dan bersama Arza. Setelah ingat semua, Aluna pun beristighfar, ia tak rela jika kesuciannya diambil oleh ketiga preman itu.

''Terimakasih, pak. Sudah menolong saya" ucap Aluna sambil menunduk.

''Pak? Apakah aku setua itu, sehingga si panggil dengan sebutan bapak?" tanya Arza sambil melirik pada Aluna.

''Iya lah, kan bapak adalah atasan saya'' jawab Aluna, kemudian Aluna bersin, hidung merah dan juga matanya yang ikut memerah. Lalu Arza mengambil kotak tisu dan diberikan pada Aluna.

''Tapi, jika di luar jam kantor jangan panggil aku bapak, karna aku bukan bapakmu. Pakai tisu ini. Jangan sampai virus mu menyebar didalam mobilku" ujar Arza sambil menyerahkan kotak itu.

''Terimakasih, tisu nya pak" jawab Aluna sambil mengambil alih kotak tisu itu. Berulangkali ia bersin dan juga hidungnya mulai meler. Meski sudah memakai jas yang Arza beri, tetap saja tubuh Aluna terasa menggigil.

''Pak lagi? Sudah ku bilang jangan panggil aku dengan sebutan BAPAK. Apa kau paham!" teriak Arza.

''Lah, saya bingung mau panggil dengan sebutan apa" jawab Aluna.

''Panggil aku dengan sebutan tuan" ujar Arza enteng.

''Daripada tuan, lebih baik saya panggil anda dengan sebutan kakek. Itu lebih cocok untuk anda'' ujar Aluna sambil merenges.

''Kau......!" teriak Arza

''Jalanan udah lenggang pak, ayo jalan" ucap Aluna mengalihkan pembicaraan.

Arza pun tak jadi marah dan ia melanjutkan perjalanan pulang.

Akhirnya kemacetan berlalu, dan hujan pun mulai reda. Jalanan mulai lenggang. Tapi sebelum sampai di rumah. Arza singgah ke cafe. Ia membeli sesuatu, dan Aluna hanya menunggu didalam mobil tanpa ikut keluar.

''Kau disini, aku akan keluar sebentar" ucap Arza sambil melepas sabuk pengaman mobil.

''Iya pak...." jawab Aluna menurut.

Arza pun keluar, dan pergi menuju cafe itu. Di sana banyak pelanggan, namun, dengan sabar Arza menanti sampai para pelanggan mulai berkurang. Butuh waktu lama hingga pelanggan berkurang, yah sekitar 30 menitan.

''Pesan apa tuan?" tanya pramusaji pada Arza.

''Aku beli kopi 2 gelas" jawab Arza.

''Apakah kopinya akan dibawa pulang?" tanya pramusaji.

''Iya..." jawab Arza singkat.

Lalu pramusaji pun meninggalkan Arza dan mengambil pesanannya. Hanya sebentar saja, namun mengantri nya yang begitu lama. Setelah pramusaji memberikan kopi, kemudian Arza membayarnya. Kopi sudah ia dapat, saatnya kembali kedalam mobil.

''Ini, kopi untukmu" ucap Arza setelah menutup pintu mobil.

''Untuk, saya...?" tanya Aluna sambil menaikkan salah satu alisnya.

''Iya, aku belikan ini untukmu, agar tubuhmu tidak menggigil lagi. Dengan kopi hangat, mungkin bisa mengurangi" jawab Arza.

Aluna hanya bisa menatapnya, ragu untuk mengambilnya. Arza sudah kepanasan memegang gelas kopi itu pun menjadi kesal pada Aluna.

''Ambilah, aku memberimu secara gratis tidak perlu takut untuk membayarnya" ujar Arza dengan nada kesalnya.

''Ba...baiklah, saya ambil. Dan terimakasih kopinya" jawab Aluna sambil mengambil kopi itu. Akhirnya Arza bisa bernapas lega dan ia meniup telapak tangannya yang terasa panas sebab memegang kopi itu terlalu lama.

Memang benar apa yang Arza katakan. Dalam keadaan hujan atau udara dingin, enaknya minum kopi panas, apalagi kopinya begitu nikmat dan enak untuk diseruput. Arza yang melihat Aluna meniup kopi hanya tersenyum miring dan ia juga meminum kopi miliknya.

Bersambung

.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!