Jangan lupa untuk vote, like dan berikan komentar di akhir episode ya. Terima kasih.
Selamat membaca!
Di tengah lamunan Ansel, seorang pelayan yang sudah sejak tadi memperhatikan Ansel dari kejauhan, datang mendekat.
"Maaf selamat sore, Tuan muda. Kalau boleh saya bertanya, kenapa Tuan menangis? Apa Tuan butuh sesuatu?" tanya kepala pelayan di rumah tersebut.
Ansel menengadah dan menatap wajah pelayan itu dengan matanya yang sudah memerah. Ia menggeleng tanpa berkata dan dengan memberi isyarat lewat sebuah kibasan tangannya, agar pelayan itu segera pergi meninggalkannya seorang diri.
Kepala pelayan itu bernama Tomi, yang sudah bekerja lebih dari 20 tahun di rumah kediaman Darren. Setelah mendengar ucapan Ansel, Tomi langsung pergi menuruti apa yang diperintahkan padanya dan tidak berani untuk banyak bertanya. Ia tidak ingin mencampuri urusan majikannya, namun jika ia tidak bertanya setelah melihat keadaan Ansel yang kini hanya duduk meringkuk dengan bersandar pada badan pintu, Tomi takut, Tuan mudanya itu membutuhkan sesuatu.
"Baik Tuan, kalau begitu saya pamit undur diri." Saat kepala pelayan itu hendak melangkah pergi, Ansel memanggilnya untuk bertanya sesuatu.
"Tom kira-kira jam berapa Ayah pulang?" tanya Ansel sembari menengadahkan kepalanya dengan air mata yang sudah berhasil diusapnya.
Tomi kembali membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah Ansel.
"Tuan besar akan pulang sekitar pukul 4 sore, mungkin sebentar lagi Tuan akan tiba di rumah."
Ansel mulai bangkit dari posisi duduknya. Ia mulai melangkahkan kakinya untuk menuju ke lantai bawah, dimana ia sudah sejak tadi meninggalkan Irene sendiri.
Setelah tidak ada lagi keperluan yang ingin disampaikan oleh Ansel, Tomi pun pergi melanjutkan pekerjaannya. Sementara Ansel kini sudah berada di samping Irene dengan duduk di sofa ruang keluarga.
Irene menatap wajah Ansel yang sudah memerah dengan kedua matanya yang sendu. Ia bisa melihat kesedihan di wajah Ansel, yang membuatnya merasa iba padanya. Irene coba mencairkan suasana yang saat itu terasa canggung.
"Ansel, kapan Ayahmu pulang?" tanya Irene menatap wajah Ansel dengan senyum kecilnya.
"Sebentar lagi, tunggu saja." Ansel menjawab dengan tak bertenaga.
"Kelihatannya Ansel benar-benar kehilangan wanita itu, apa kehadiran anak ini adalah malapetaka untuknya?" batin Irene menatap sendu wajah Ansel yang kini terlihat murung.
Tak berapa lama sebuah mobil mewah terlihat berhenti di pelataran rumah kediaman Darren.
Darren turun dari mobil dengan sorot matanya yang tajam langsung mengarah pada mobil Ansel, yang terparkir tepat di samping mobilnya.
"Ansel! Akhirnya anak pengacau itu pulang juga!" ucap Darren berdecak kesal dan langsung mempercepat langkah kaki untuk masuk ke dalam rumah.
Darren langsung mengedarkan pandangan matanya, melihat sekeliling. Ketika objek yang dicarinya terlihat, ia mengerutkan keningnya saat ternyata Ansel tidak datang seorang diri, melainkan bersama seorang wanita yang duduk di sampingnya.
"Siapa wanita itu?" batin Darren penuh tanya.
Darren lekas menghampiri Ansel, yang seketika terhenyak saat melihat sosok Darren kini sudah tampak penuh dengan gurat amarah di wajahnya.
"Ansel!" bentak Darren dengan lantang.
Ansel dan Irene seketika bangkit dari posisi duduknya. Irene bahkan sudah mundur dua langkah dan berdiri tepat di belakang Ansel. Ia merasa takut dengan wajah tak bersahabat yang ditunjukan oleh Darren saat ini. Namun baik Ansel dan Irena tak menampik bahwa mereka memang telah melakukan kesalahan yang sudah sepantasnya, mendapat kemurkaan dari Darren.
Ansel melangkah maju mendekat ke arah Darren, dengan rasa gugup yang membuat sekujur tubuhnya gemetar.
"Maafkan aku, Ayah..." Belum sempat Ansel menyelesaikan kalimatnya, sebuah tamparan keras diberikan ke arah pipi Ansel, yang seketika memerah menahan perih di wajahnya.
Ansel masih memegangi pipinya dan kembali menatap wajah Darren dengan sorot mata penuh penyesalan. Ia langsung berlutut sambil memegangi kedua kaki Darren, memohon maaf dan ampunan kepada Ayahnya, karena ia tahu apa yang dilakukannya adalah kebodohan yang tidak pantas untuk dilakukan olehnya.
"Aku mohon maafkan aku, Ayah. Aku khilaf." Ansel terus meratapi kesalahannya yang benar-benar tak bisa ditolerir lagi. Ia sudah membuat hari pernikahannya menjadi hari yang paling memalukan untuk Darren, betapa tidak, Darren sampai dicerca beragam pertanyaan oleh kedua orangtua angkatnya terkait keputusannya untuk menjadi pengganti Ansel dan menikah dengan Dyra, wanita yang sebenarnya sudah lebih dulu Darren temui sebelum Ansel.
🌸🌸🌸
Bersambung ✍️
Berikan komentar kalian?
Terima kasih banyak atas dukungan kalian.
Jika berkenan beri juga vote kalian ya, agar karyaku ini bisa masuk ranking atas ya.
Ayo vote, vote, vote..
Oh ya sahabat semua, aku minta spam like kalian juga ya ke karyaku yang sudah tamat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Cher Ganbate
owh ini kisahnya si ansel dan irene juga ya
2023-01-15
2
I Gusti Ayu Widawati
Ooh berarti Darren lebih dulu kenal Dyra dp Ansel? Ya baguslah nikahi saja terus.
Dyra malah menjadi ibu tiri Ansel jadi naik pangkat ha haa.
2023-01-07
0
Romi Yati
waaahhh daren ternyata kau punya 🤔🤔🤔🤔
2022-09-11
0