Selamat membaca!
Tiga hari sudah sejak pernikahan Darren dan Dyra berlalu. Semenjak itu apa yang mereka lakukan tidaklah berubah, hanya sebatas hubungan antara anak dan ayah, tidak lebih. Dyra tetap tidur sendiri di kamarnya, sementara Darren di kamar pribadinya yang super mewah.
Selama tiga hari itu juga Dyra banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar atau sekedar jalan-jalan mengelilingi taman yang terletak di belakang rumah, untuk mengobati rasa rindunya kepada Ansel, yang setiap malam selalu hadir menyapanya di dalam mimpi, saat ia terlelap dalam tidurnya.
Dyra dan Darren kini sudah berada di ruang makan dan duduk di kursinya masing-masing, di atas meja makan yang panjang sudah tersaji menu hidangan untuk makan siang mereka, menu yang mengeluarkan aroma yang lezat dan mengunggah selera.
Keadaan siang ini masih sama seperti hari kemarin, Darren duduk di kursi kebesarannya dan Dyra berada di seberangnya, mereka duduk saling berhadapan.
"Bagaimana keadaanmu hari ini, Dyra? Apa kamu masih ingin mengurung dirimu dalam rumah, menghabiskan waktu di dalam kamar seorang diri? Apa kamu tidak merasa jenuh?"
Dyra seketika menghentikan tangannya yang baru saja ingin mengantarkan makanan ke dalam mulutnya, dengan menggunakan sendok yang sudah digenggamnya.
"Sebenarnya Dyra sudah mulai merasa bosan, Ayah. Apa Ayah mengizinkan kalau Dyra menginap di rumah orangtuaku selama beberapa hari?" jawab Dyra sambil mengungkapkan keinginannya kepada Darren.
"Kenapa tidak?" ucap Darren sembari mengangkat bahunya. "Ya sudah, besok Owen akan mengantarmu ke sana, tapi biarkan Erin ikut agar dia bisa melayanimu di rumah orangtuamu."
Kedua sudut bibir Dyra tertarik hingga membentuk sebuah senyuman, menyambut perkataan Darren, walau ia agak keberatan dengan keputusannya yang menyuruh Erin untuk ikut serta bersamanya, tapi pada akhirnya Dyra harus menurut, karena Dyra sudah hafal betul kebiasaan Darren yang tak bisa dibantah bila ia sudah memberi sebuah perintah.
"Terima kasih, Ayah."
Keduanya kini melanjutkan aktivitas makan siang mereka. Sesekali Darren mencuri pandang menatap wajah Dyra yang terlihat sudah jauh lebih baik dari tiga hari yang lalu.
Kondisi Dyra saat tiga hari yang lalu sangat memprihatikan, jangankan untuk menyuap makanan ke dalam mulutnya, bahkan untuk keluar dari kamarnya pun, sangat enggan bila Darren tidak memaksanya, karena itulah Darren sangat bersyukur dan merasa lega setelah melihat sikap Dyra, yang kini sudah kembali ceria dan terlihat baik-baik saja.
...🌺🌺🌺...
Sinar matahari yang sudah kemerahan, menjadi isyarat bagi sang malam untuk bersiap datang dengan cahaya bulan dan bintangnya.
Keadaan rumah saat itu terasa begitu hening, karena hanya ada Dyra di dalam rumah beserta beberapa pelayan yang bekerja di rumah megah, kediaman Darren.
Sementara Darren setelah selesai makan siang bersama Dyra di rumah, ia langsung berangkat menuju perusahaannya ditemani oleh Owen, karena ada meeting penting yang tidak bisa diwakilkan.
Sebuah mobil mewah mulai memasuki gerbang kediaman Darren. Mobil pun tepat berhenti di pelataran rumah. Dua pasang kaki terlihat mulai keluar dari dalam mobil dan melangkah masuk ke dalam rumah. Sepasang kaki jenjang berkulit putih mulus dan sepasang lagi tertutup celana bahan hitam yang mahal milik Ansel.
Setibanya di ruang keluarga, langkah kaki Ansel terhenti karena terkesiap melihat keberadaan Dyra di rumahnya, seorang wanita di sampingnya pun ikut menghentikan langkahnya dengan mendadak.
"Dyra..." Sebuah ucapan yang terdengar lirih terlontar dari mulut Ansel yang tak percaya dengan apa yang dilihatnya, karena kehadiran Dyra yang saat ini masih berada di rumahnya.
Ansel melepaskan tangan wanita, yang sedari tadi tak pernah lepas melingkar pada lengannya, sejak mereka turun dari mobil. Ansel pun melangkah maju mendekat ke arah Dyra yang menatapnya dengan air mata yang berlinang.
"Dyra, untuk apa kamu ada di sini?" Satu buah pertanyaan terlontar dari mulut Ansel, membuat air mata yang sudah berlinang di kedua bola mata Dyra terjatuh membasahi wajahnya.
Kedua kaki Dyra yang dipakai untuk menyangga tubuhnya terasa limbung, matanya kini menatap nanar kehadiran Ansel, lelaki yang menghilang di hari pernikahan mereka tiga hari yang lalu.
"Kamu tanya untuk apa aku di sini? Harusnya aku yang tanya sama kamu, Ansel, kenapa kamu pergi tanpa alasan di hari pernikahan kita? Kamu menghilang begitu saja meninggalkan aku?" tanya Dyra dengan lirih menahan rasa sakitnya.
Ansel menundukkan kepalanya dengan rasa sesal yang kini membalut hatinya, ia sadar kepergiannya telah membuat Dyra terluka dan harus menanggung rasa malu.
...🌺🌺🌺...
Bersambung✍️
Baca juga Penjara Hati Sang CEO
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Mamah Kekey
wah Ansel balik ke rumah
2023-12-08
0
Jade Meamoure
nah ini namanya Kau khianati aku, kuambil papamu
2023-07-28
1
I Gusti Ayu Widawati
Ya saya juga pingi tabu usia bapaknya berapa tahun sih?
2023-01-07
0