Selamat membaca!
Kepala Ansel yang semula menunduk, kini kembali terangkat dan pandangan mata mereka saling bertemu. Ansel mulai melangkah untuk lebih dekat ke arah Dyra, namun Dyra merentangkan kedua tangannya tepat di hadapannya.
"Jangan dekati aku!" ucap Dyra penuh penekanan walau terdengar lirih.
Ansel terhenyak dengan penolakan Dyra, ia kemudian menghentikan langkahnya dengan raut wajah yang terus mengharap, agar Dyra mau memaafkannya.
"Dyra, aku minta maaf karena harus pergi di hari pernikahan kita, tapi aku punya alasan kenapa aku harus membatalkan pernikahan kita. Aku benar-benar minta maaf telah membuatmu terluka dan kecewa."
Dyra menegaskan raut wajahnya, membuang sejenak kesedihannya yang sudah sejak tadi menaunginya semenjak melihat Ansel kini sudah kembali di hadapannya.
"Kata maaf tidak bisa mengubah keadaan seperti semula, Ansel. Sekarang kamu katakan, apa yang menjadi alasan sampai kamu pergi di hari pernikahan kita?" tanya Dyra menuntut sebuah jawaban dari Ansel.
Sebuah jawaban yang selama 3 hari ini terus bertahta dipikirkannya, membuat ketenangannya terusik, karena sampai saat ini Dyra tidak tahu apa kesalahannya, hingga Ansel pergi meninggalkannya.
"Karena dia tengah mengandung anakku," ucap Ansel sembari menoleh ke arah wanita cantik yang berdiri di belakangnya.
Perkataan Ansel membuat Dyra bak tersambar petir di siang hari. Hatinya terasa sakit, seolah bergulung-gulung di kedalaman awan hitam yang membuatnya kehilangan arah untuk dapat keluar dari perasaan sakitnya saat ini.
Setelah mendengar alasan Ansel yang ternyata telah mengkhianatinya. Napas Dyra terasa sesak hingga membuatnya tercekat. Kepalanya menggeleng dengan perlahan, seolah tidak percaya dengan kebenaran yang telah Ansel katakan.
"Katakan padaku jika kamu berbohong, Ansel. Semua ini tidak benar kan, ini pasti hanya lelucon. Aku tahu banget, kamu itu orang yang paling iseng dan suka jahilin aku dengan gurauanmu seperti ini, tapi sumpah Ansel, leluconmu kali ini nggak lucu sama sekali." Dyra terus meracau, dengan kedua bola mata yang semakin tenggelam oleh air mata.
Melihat air mata Dyra yang terus terjatuh tiada henti, membuat hati Ansel rapuh dan terasa hancur. Air mata kesedihan Dyra seperti pisau tajam yang menusuk jantungnya secara perlahan. Ansel merutuki kebodohannya, karena bisa-bisanya meniduri wanita lain saat dirinya telah merencanakan pernikahan bersama Dyra, wanita yang telah menjadi kekasihnya selama dua tahun ini.
"Ansel jawab aku! Tolong jangan diam seperti ini, bilang bahwa semua yang kamu katakan tadi hanya sebuah lelucon saja kan?" teriak Dyra yang sudah histeris menuntut sebuah jawaban pada Ansel yang masih diam tanpa sepatah katapun.
Ansel tak mampu lagi mendengar isak tangis kepedihan dari wanita yang dicintainya. Ia segera merengkuh tubuh mungil Dyra yang seperti tak bertenaga dan membawanya masuk ke dalam pelukannya.
"Dyra, kali ini aku tidak bercanda. Aku benar-benar telah melakukan kesalahan, aku tidur dengan dia saat kita tengah sibuk mempersiapkan pernikahan kita dua bulan yang lalu." Perkataan Ansel kali ini membuat Dyra yakin, bahwa kekasihnya itu tidak main-main dengan perkataannya.
Dyra segera melepaskan diri dari dalam pelukan Ansel, ia mundur dua langkah untuk menjauhkan tubuhnya yang begitu dekat dengan Ansel yang telah mengkhianatinya. Air mata kekecewaan terus mengalir dari kedua sudut mata Dyra, yang entah sudah berapa bulir kesedihan ia curahkan.
"Kamu jahat Ansel, kenapa kamu harus melakukan itu? Apa salah aku sampai kamu tega mengkhianatiku?" tanya Dyra yang kini sudah tidak dapat mengontrol emosinya, setelah mendengar kebenaran yang baru diketahuinya.
"Dyra, aku khilaf. Aku melakukannya karena pada malam itu aku tengah mabuk berat, aku pun tidak sadar kenapa aku bisa melakukannya, padahal saat itu hari pernikahan kita sudah begitu dekat. Aku sungguh minta maaf, Dyra." Ansel coba berlutut di hadapan Dyra, mencoba meraih kedua tangan Dyra yang terjulur lemas, namun wanita itu semakin menjauhi laki-laki yang telah membuat impiannya hancur.
"Aku tidak tahu lagi, harus bicara apa padamu. Intinya kamu sudah membuat harapan yang selama ini aku bangun hancur berkeping-keping, aku tidak bisa memaafkanmu." Dyra tak mampu lagi menahan diri untuk berlama-lama menatap sosok Ansel di hadapannya. Ia pun memutuskan kembali ke kamar untuk menenangkan dirinya, agar jauh dari Ansel.
Dyra berlari meninggalkan Ansel yang masih berlutut mengharapkan maaf darinya. Wanita itu kini mulai menaiki anak tangga yang akan mengantarkannya ke lantai dua, tempat dimana kamarnya berada. Kamar yang seharusnya menjadi kamar Dyra dan Ansel setelah menikah.
"Kamu jahat Ansel, kamu adalah laki-laki paling jahat yang pernah aku kenal, mana janji manis yang kamu ucapkan padaku untuk setia, sehidup semati, nyatanya sekarang kamu mengkhianatiku dengan begitu mudahnya," batin Dyra sambil terus menapaki anak tangga menuju kamarnya
🌸🌸🌸
Bersambung✍️
Berikan like dan komentar kalian ya?
Terima kasih.
Jangan lupa vote, vote, vote...
Mampir juga ke karyaku yang sudah tamat ya :
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
suharwati jeni
apakah ansel & cewe tsb sama² mabuk.
saling kenal kah mereka
2023-01-02
0
Maghfirah Azizah
anseeeelll ih geregetan banget lihat tingkahnya
2022-10-28
0
Romi Yati
critanya smakin menarik
2022-09-11
0