Ayo vote, vote, vote..
Selamat membaca!
Ansel tak tinggal diam, ia bangkit dari posisinya untuk mengejar Dyra yang berlari menuju lantai dua. Namun seorang wanita yang bernama Irene, meraih tangan Ansel dan menahan langkahnya.
"Sudahlah Ansel. Lebih baik kita sekarang cari Ayahmu untuk membicarakan pernikahan kita," ucap Irene menatap wajah Ansel yang saat ini terlihat kacau.
Perkataan Irene membuat rahang Ansel mengeras. Ia langsung menyibakkan genggaman tangan Irene, hingga membuatnya terlepas.
"Ini semua gara-gara kamu! Semua ini tidak akan terjadi, seandainya kamu mau mengikuti perintahku untuk menggugurkan bayi itu." Ansel menunjuk perut Irene, dengan raut wajah yang penuh amarah.
Ansel tak menghiraukan apa yang telah Irene katakan, ia pun pergi begitu saja, dengan mempercepat langkahnya yang sempat tertahan. Sementara itu Irene hanya bisa menatap nanar kepergian Ansel, pria yang memang begitu sulit, untuk dimintai pertanggungjawaban atas kehamilannya saat ini.
"Aku harus kuat, mau bagaimanapun dia adalah Ayah dari anak yang aku kandung ini," batin Irene menahan rasa sakit di hatinya.
Ansel terus menaiki anak tangga, sampai akhirnya setelah tiba di lantai 2, ia melihat Dyra memasuki kamar dan langsung menutup pintu itu dengan keras.
"Jadi Dyra tinggal di kamar ini? Apa Ayah yang mengizinkan Dyra untuk tinggal di rumah ini, walau pernikahan kami batal?" tanyanya dalam hati, dengan kedua alis yang saling bertaut.
Saat ini Ansel masih belum mengetahui pernikahan yang telah terjadi antara Darren dan Dyra.
Ansel pun kembali melanjutkan langkah kakinya, untuk mendekati kamar yang ternyata sudah dikunci pintunya oleh Dyra. Ia mengetuk pintu itu berulang kali, sambil memohon kepada Dyra, agar memberikan kesempatan padanya untuk bisa menjelaskan semua yang telah terjadi.
"Dyra, tolong beri aku kesempatan! Bukakan pintu ini, aku mohon. Jujur Dyra, aku sangat menyesal atas semua yang aku lakukan, aku khilaf karena telah meniduri wanita itu. Walau hatiku berat untuk meninggalkanmu, tapi aku harus melakukan semuanya, agar wanita itu tidak menghancurkan nama baik Ayahku yang selama ini selalu aku jaga. Aku berani bersumpah! Sampai detik ini, aku masih mencintaimu, hanya kamu yang selalu aku cintai, bukan wanita itu Dyra. Kejadian itu terjadi bukan atas kemauanku, karena saat semua itu terjadi aku dalam keadaan tidak sadar. Aku mohon Dyra, tolong buka pintunya! Aku ingin bicara baik-baik denganmu."
Dyra menutup telinganya dengan rapat. Ia tak ingin mendengar apapun dari mulut Ansel, karena bagi Dyra semua perkataan yang terlontar dari mulut Ansel, hanya akan menambah luka di hatinya, yang kini sudah semakin sakit.
Dyra sudah terlihat lemah, wajahnya memucat dengan bibir yang gemetar. Ia akhirnya hanya dapat menyandarkan tubuhnya di balik pintu, yang berangsur turun, hingga membuat Dyra duduk meringkuk di dasar lantai, sambil terus menangis dengan terisak.
Sejak kemarin Dyra berharap, Ansel kembali ke rumah dan memperbaiki hubungan mereka. Namun apa yang diharapkannya, harus kandas dan bahkan yang lebih buruk lagi, Ansel membawa sebuah alasan yang membuat harapan Dyra untuk dapat lepas dari statusnya sebagai ibu tiri dari Ansel, hilang seketika.
Ansel menggedor pintu kamar dengan keras, berharap Dyra mau memberinya kesempatan untuk memperbaiki hubungan mereka.
"Dyra, buka pintunya. Kalau kamu marah dan kecewa kamu boleh bunuh aku sekarang juga, agar rasa sakit yang kamu rasakan terlampiaskan. Aku rela jika harus mati di tanganmu, asalkan kamu bisa memaafkan kebodohanku."
Dyra semakin tak sanggup menahan rasa sesak di dadanya, tangisannya kini semakin terdengar keras, hingga memenuhi seisi kamar.
"Pergilah Ansel, lakukan tanggung jawabmu pada bayi yang sedang dikandung oleh wanita itu. Jangan hiraukan aku lagi! Pergilah, hubungan kita telah berakhir, tidak ada lagi yang harus kita bicarakan. Anggaplah apa yang pernah terjalin di antara kita adalah sebuah masa lalu, yang bahkan tidak perlu kamu ingat, karena aku juga akan menghapusnya dari ingatanku."
Seketika tubuh Ansel terasa lemas, mendengar Dyra mengusir dan memintanya untuk pergi dari kehidupannya. Sungguh, Ansel merasa terjebak dengan dua pilihan yang sulit untuk dipilihnya. Di satu sisi, Ansel tidak rela harus berpisah dengan Dyra, wanita yang sangat dicintainya bahkan sampai detik ini. Namun di sisi lain, Ansel juga harus menjaga nama baik Darren, dari perbuatannya yang telah membuat Irene sampai hamil, karena jika Ansel tidak bertanggung jawab, maka Irene mengancam akan melaporkannya ke polisi dan menyebar luaskan tentang kasus pemerkosaannya ke hadapan media, bisa dibayangkan bagaimana reputasi keluarga Darren, apabila berita pemerkosaan Ansel sampai terblow up ke media. Hal itulah yang menjadi pertimbangan Ansel, ia tidak mau kerja keras Darren, hingga sampai di titik saat ini, harus hancur karena kebodohannya.
Ansel langsung terduduk lemas di dasar lantai, dengan tubuh yang bersandar pada badan pintu, membuat keduanya saling membelakangi, hanya dipisahkan oleh pintu kamar yang menjadi pemisah di antara mereka.
🌸🌸🌸
Bersambung✍️
Berikan komentar kalian ya?
Ayo vote, vote, jangan lupa like juga ya di setiap episodenya.
Mampir juga ke karyaku yang sudah tamat ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Cher Ganbate
iiiiihhh kok bs sih
2023-01-12
0
suharwati jeni
betil mbak nina puji
2023-01-02
0
Maghfirah Azizah
minum alkoho itu ga ada manfaatnya ya sepertinya, udah memabukkan, ga baik juga biat tubuh
2022-11-23
0