Hari ini Setya tak bermain basket. Ia diberi tugas oleh guru mapel setelah jam istirahat untuk meresume sekilas salah satu buku refrensi untuk bahan pembelajaran di kelas nanti. Akhirnya, ia memutuskan untuk menghabiskan waktunya di perpusatakaan, lagipula Intan juga jarang melihatnya bermain basket.
Padahal alasan ia bermain basket dan berusaha menjadi populer adalah untuk Intan, tapi jika Intan sendiri cuek maka tak ada alasan bagi dirinya untuk terus bermain basket. Namun, tanpa ia sangka gadis yang selalu ia pikirkan saat itu juga berada di tempat yang sama dengannya.
Sesudah Setya menemukan buku referensi dari guru mapel, ia mencari bangku kosong yang jauh dari keramaian. Ya, walaupun sebenarnya perpustakaan memang sepi. Hanya 1-2 orang saja yang ada disini. Matanya membulat saat melihat sosok yang sangat ia cintai, siapa lagi kalau bukan Intan.
Ia melihat Intan tengah duduk bertopang dagu menatap ke luar jendela. Cahaya matahari siang itu membuat Intan terlihat semakin cantik. Tanpa pikir panjang, Setya diam-diam memotret Intan dengan ponselnya. Baru, kemudian ia berjalan mendekat pada Intan.
"Boleh aku duduk bergabung disini?" Tanya Setya pelan.
Namun, siapa sangka pertanyaan itu membuat Intan terlonjak kaget, ia menatap Setya dengan mata membulat lebar karna terkejut. Dengan reflek ia juga memundurkan kursinya hingga ia akan jatuh kebelakang.
"Ahh ..." Teriak Intan sudah bersiap akan jatuh terjerembab ke lantai perpustakaan, ia sudah menutup matanya rapat.
Namun, Intan merasa aneh karna ia tak juga jatuh. Perlahan ia membuka matanya dan pertama kali yang ia lihat adalah tubuh Setya. Yup, Setya dengan gerakan cepet segera menahan kursi Intan agar Intan tak jatuh, sehingga posisinya seperti memeluk Intan. Wajah Intan tepat mengarah di dada Setya.
Blusshhh ...
Pipi Intan memanas. Dia sangat tegang dengan poaisinya saat ini. Bahkan, ia bisa merasakan nafas Setya di atas telinganya.
"Hmm ..."
"Oh, maaf. Aku tak sengaja. Kamu baik-baik saja?" Tanya Setya sembari melepaskan pegangannya pada kursi setelah mengembalikan keseimbangannya.
Intan yang masih belum pulih dengan keterkejutannya pun hanya mengangguk kecil.
"Kenapa kamu sekaget itu saat aku bertanya. Apakah kamu melamun?" Tanya Setya sembari berjongkok hendak mengabil bukunya yang berserakan karna ia lempar begitu saja agar bisa menolong Intan.
Melihat itu Intan reflek ikut turun berjongkok membantu Setya. Namun, karna jarak yang terlalu dekat dan pergerakan Intan yang terlalu cepat menyebabkan dahi mereka saling terbentur.
Brukkk
"Aww!!" Pekik mereka berdua bersamaan.
"Maaf! Seru Intan.
"Hahahaha"
Sedangkan Setya malah tertawa dengan kekonyolan yang sudah mereka buat barusan. Intan menatap Setya yang tengah tertawa dengan bingung. Ia tak paham, apa yang sedang ditertawakan Setya. Sampai Setya begitu lepas saat tertawa.
Setelah Setya selesai memungut semua bukunya ia berdiri dan diikuti oleh Intan yang masih menatapnya bingung.
"Bagaimana bolehkan aku bergabung duduk disini?" Tanya Setya sekali lagi.
"Aku tak memiliki hak untuk melarang kakak. Perpustakaan ini tempat umum dan semua murid berhak menggunakan fasilitas disini." Jawab Intan dingin. Ia sudah mulai mendapatkan kesadarannya. Ia berusaha meyakinkan diri bahwa sosok didepannya adalah kakak kelas. Ia harus menjaga jarak dan sikap agar tak terjebak kembali.
Mendengar nada bicara Intan dan sorot mata Intan yang kembali dingin, membuat Setya sedikit sedih. Namun, berusaha tak ia tunjukkan dihadapan Intan.
"Baiklah, ku anggap itu sebagai Iya. Dan ini kedua kalinya kamu menjawab seperti ini saat aku bertanya padamu, seperti waktu itu di halte bus." Jawab Setya dengan senyum diwajahnya mengenang momen saat di halte bus waktu itu. Setya juga memilih duduk berhadapan dengan Intan.
Mendengar perkataan Setya, Intan juga kembali mengingat kejadian itu. Lalu, tanpa sadar kehangatan kembali meresap ke hatinya karna mengingat bagaimana Setya bisa menariknya keluar dari salah satu belenggu hatinya saat melihat hujan.
Ia hanya diam dan kembali duduk di kursinya menatap Setya yang mulai membuka buku yang ia bawa sekaligus note kecilnya. Setya mulai membaca bab yang diperlukan dan mencatat hal-hal penting ke dalam note miliknya.
Tanpa sadar, Intan terus memperhatikan apa yang dilakukan Setya dan membiarkan buku yang sudah ia ambil sebelumnya teronggok begitu saja. Diam-diam Setya mengetahui bahwa Intan memperhatikannya. Hatinya sangat senang, ia ingin sekali tersenyum atau berteriak saat itu, namun ia tahan dengan susah payah.
"Ehem ... Apakah bukumu tak menarik? Dari tadi kamu belum berganti halaman?" Tanya Setya menatap Intan heran.
"Ahh ... I-ini ... Ak-Aku perlu banyak waktu untuk memahaminya." Kilah Intan terbata.
"Mau ku bantu? Barangkali aku mengerti."
"Ti-Tidak perlu! Ak-Aku sudah mengerti sekarang." Tolak Intan cepat.
"Baiklah. Jika, ada yang diperlukan kamu bisa mengatakannya padaku." Ucap Setya dengan senyum diwajahnya yang membuat Intan semakin salah tingkah.
"Hm, anu ... Ja-Jaket kakak waktu itu, masih di aku." Ucap Intan mengalihkan obrolan.
"Oh ya. Ku kira kamu ingin memilikinya." Goda Setya.
"Ti-Tidak. Aku sudah menyiapkan untuk dikembalikan pada kakak, hanya saja selalu tak sempat."
"Aku hanya bercanda. Tapi, kalau kamu memang menginginkannya aku bisa memberikannya padamu."
"Tidak perlu. Aku akan mengembalikannya sekarang. Bisakah kakak menunggu sebentar disini?" Tanya Intan sembari berdiri dari duduknya.
"Kamu tak perlu buru-buru." Jawab Setya santai.
"Ini saat yang tepat. Aku akan mengambilnya sebentar di kelas. Bisakah kakak menunggu sebentar?" Tanya Intan sekali lagi.
"Baiklah. Pelan-pelan saja, jangan lari-lari." Ucap Setya lembut yang diangguki oleh Intan sebelum ia berlari meninggalkan perpustakaan.
Setelah kepergian Intan, Setya baru bisa mengeluarkan senyum lebarnya. Dia sangat bahagia saat itu.
Dia sangat lucu ... Menggemaskan sekali, wajah tersipunya. Ingin rasanya aku mencubit pipinya tadi ...
Setya menatap ke luar jendela untuk mencari tahu apa yang sedang ditatap oleh Intan sebelumnya. Dan ia terkejut saat melihat lapangan basket disana.
Apakah Intan mencariku yang tidak ada di lapangan basket hari ini?
Setya berusaha menebak sekaligus berharap, bahwa memang Intan tadi mencarinya. Dia semakin senang dibuatnya. Kemudian, ia mengambil buku yang ditinggalkan Intan diatas meja. Senyum lebar semakin menghiasi wajah Setya saat mengetahui buku yang dibaca Intan tadi hanyalah novel.
"Ini kan hanya sebuah novel. Apakah selama itu untuk memahaminya? ... Kamu sangat tidak bisa berbohong Intan. Kamu tadi menatapku kan?" Gumam Setya senang, ia tersenyum semakin lebar membayangkan Intan memperhatikannya tadi. Bahkan, Intan juga mencarinya.
"Tunggu, apakah itu yang membuatnya terkejut tadi? Apa karna dia merasa tertangkap basah oleh ku?" Tanya Setya pada dirinya sendiri.
Ku harap, keajaiban itu segera datang dan menjadi sebuah kenyataan ...
.
.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
lanjut thor👍
2021-05-26
1
Neti Jalia
10 like lagi untukmu🤗🙏
*hujan dibalik punggung
*suamiku Ceo ganas
2021-04-29
1
Sis Fauzi
Selasa pagi hadir nikma 👍 lima bintang buat kamu 🌟
2021-04-27
2