Tin ... Tin ...
Suara klakson kendaran meraung-raung dijalanan pagi itu. Suasana yang sangat akrab di pagi hari, terlebih hari senin. Bermacam kendaran pun terlihat memenuhi jalanan yang sempit, seakan berlomba untuk menjadi yang pertama.
"Bagaimana ini? Kenapa jalanan sangat macet, bisa-bisa aku terlambat!" Seru Intan tak tenang dari dalam taxi yang ia naiki.
"Pak, saya turun disini saja." Ucap Intan memutuskan. Ia akan terlambat jika terus menunggu jalanan lancar.
Setelah membayar ongkos taxi yang ia naiki, Intan segera berlari menyusuri trotoar yang juga cukup padat pagi itu. Beberapa kali Intan melirik jam dipergelangan tangannya yang menunjukkan bahwa bel akan segera berbunyi.
"Kenapa, dihari pertama aku selalu terlambat!" Gerutu Intan kesal sepanjang perjalanan.
Ya, hari ini adalah hari pertama Intan resmi menjadi seorang siswi SMA. Sebelumnya ia sudah senang, karna selama masa orientasi ia tak terlambat seperti saat SMP, namun kenapa di hari pertamanya kini ia akan terancam terlambat?!
Semua ini salah mobil sang ayah. Pagi ini Intan tak terlambat bangun, bahkan ia berangkat lebih pagi. Namun, naas ditengah perjalanan ban mobil sang ayah kempes. Sehingga, Intan harus naik angkutan umum yang kebetulan pagi tadi juga susah didapatkan, ditambah jalanan yang macet. Lengkap sudah penderitaan Intan pagi itu.
.
.
Ting-Nong ... Ting-Nong ...
Suara bel masuk pun berbunyi. Tepat saat Intan memasuki gerbang sekolah. Ia bisa bernafas lega, karna tak sampai terlambat. Dengan masih berlari, Intan segera menuju kelasnya yang kebetulan berada diujung koridor.
Tak mudah bagi Intan melewati koridor pagi itu karna semua murid juga tengah berdesakan untuk memasuki kelas mereka masing-masing.
Sampai saat di tikungan koridor, Intan tak sengaja menabrak seseorang.
Brukk..
"Aww!!" Pekik Intan terkejut saat tubuhnya membentur sesuatu yang keras hingga membuatnya sedikit terpental kebelakang, ia mengusap-usap dahinya yang terasa sedikit nyeri karna benturan itu.
"Maaf!" Seru Intan cepat, sembari membungkuk kan badannya tanpa menatap sosok yang sudah ia tabrak.
Tanpa menunggu jawaban lagi, Intan kembali berlari pergi meninggalkan sosok tersebut.
Hufftt..
"Aku selamat!" Seru Intan saat ia berhasil sampai di kelas sebelum guru mata pelajaran jam pertama masuk.
"Intan!" Panggil Ifa dengan melambaikan tangan memintanya untuk mendekat.
Intan pun tersenyum dan bergegas menghampiri Ifa dan duduk dibangkunya.
"Biasa deh, kenapa hari pertama malah mau terlambat, huh?!" Tegur Ifa sinis.
"Ban mobil ... Ayah ... Tadi pagi kempes ... Ak ..."
"Nih, minum dulu. Lihat tampangmu sudah seperti ikan ******!" Potong Ifa sembari menyodorkan botol minum pada Intan.
"Huh!" Dengus Intan kesal, karna disamakan dengan ikan ******, yah walaupun mungkin ia sedikit merasa mirip dengan ikan ****** sekarang.
"Sudah? Sekarang mau kasih alasan apa?!" Sindir Ifa yang masih kekeh kalau keterlambatan Intan adalah karna kecerobahan seperti sebelumnya.
"Kali ini tuh bukan salah aku. Tapi, salah mobil ayah. Tadi, tiba-tiba dijalan main kempes aja. Apalagi, susah banget nyari kendaaran umum. Puas?!" Ucap Intan kesal.
"Oh.." jawab Ifa kikuk. Ia merasa tak enak hati karna sudah mencurigai Intan sebelumnya.
"Oh?! ... Mangkannya dengerin dulu baru nyinyir! Huh!" Sindir Intan ketus.
"Ya, maaf. Habisnya itu uda jadi kebiasaanmu sih. Hehe." Kilah Ifa mencari pembenaran.
"Terserah."
Hubungan Intan dan Ifa semakin dekat. Kini, tak jarang bagi mereka untuk saling mengejek. Namun, hal itu lah yang membuat mereka semakin dekat. Intan juga bisa menjadi sosok cerewet jika bersama dengan Ifa. Mereka berdua saling melengkapi.
"Ish ..." Dengus Intan sambil mengusap dahinya.
"Kenapa?" Tanya Ifa bingung.
"Karna terburu-buru tadi aku gak sengaja nabrak orang. Nih, masih sakit rasanya." Keluh Intan.
"Kamu beneran yakin nabrak orang jangan-jangan tembok?" Ucap Ifa acuh. Ia merasa Intan sedang melebih-lebihkan cerita, mana ada nabrak orang sampai sesakit itu.
"Yaelah, gak percayaan banget sih. Beneran nabrak orang aku tuh. Keras banget tau gak sih, sampe mental sedikit aku tadi." Ucap Intan mengingat kejadian sebelumnya.
"Beneran nih?! Emang kayak gimana orang yang kamu tabrak itu?" Tanya Ifa mulai penasaran.
"Hmm ... Gatau!" Jawab Intan acuh.
"Huh?! Kamu gimana sih, katanya habis nabrak orang tapi kok gatau gimana orang yang kamu tabrak. Jangan bilang kamu langsung lari?!" Tebak Ifa.
"Emang, iya." Jawab Intan acuh dan tak merasa bersalah.
"Kamu gak tanggung jawab?!" Tanya Ifa heran.
"Ya ampun Ifa. Aku tuh nabrak orang pakek tubuh aku nih. Bukan pakek mobil. Ya kali, harus tanggung jawab. Lagian, aku yang mental tadi." Ucap Intan gemas.
"Hehe. Santai lah. Habis, kamu juga Tan. Ya masa gak inget sama sekali, apa tadi kamu juga gak ngucapin maaf gitu?" Tanya Ifa bingung.
"Tentu lah. Setelah bilang maaf aku langsung lari lagi." Jawab Intan acuh.
"Hm, cowok ato cewek ya yang kamu tabrak tadi?" Tanya Ifa penuh selidik.
"Ya mana ku tahu! Lagian apa hubungannya dia cowok ato cewek. Gak penting juga!" Seru Intan kesal.
Namun, otaknya secara otomatis mengingat kejadian itu. Memang benar Intan tak tahu orang ia tabrak itu seperti apa, namun sepertinya ia yakin bahwa itu cowok. Karna, saat ia membungkuk untuk meminta maaf ia melihat sepasang kaki dengan celana panjang khas siswa SMA.
"Kan kalau cowok, bisa gitu sekalian kenalan Tan." Goda Ifa.
Intan yang mendengar ucapan itu pun merasa mulai tak nyaman. Memori kelam cinta pertamanya kembali terlintas dalam benak Intan. Ia kembali merasa sesak, walaupun sudah lewat setahun berlalu. Tanpa sadar, ia tersenyum kecut.
"Bisakah kita tak membahas hal begini lagi?" Ucap Intan berusaha tetap tenang.
"Kenapa? Kamu teringat masa lalumu lagi? Lalu, sampai kapan itu akan terjadi? Sampai kapan kamu harus lari dan menutup dirimu dari cinta yang baru. Ayolah Tan, move on dan buka hatimu lagi." Ucap Ifa kesal.
Ifa sudah cukup melihat sahabatnya itu menderita setahun sebelumnya, saat Cinta Pertamanya berakhir tragis. Butuh waktu lama untuk Intan bisa tersenyum lagi seperti saat ini. Namun, luka dihatinya seakan tak bisa dihilangkan. Intan akan mulai sensitif jika mulai masuk pembahasan tentang hubungan seperti saat ini.
"Kamu pikir aku tak berusaha melakukannya? Ngomong saja gampang Ifa. Tapi, kamu tahu aku seorang Taurus, susah bagiku untuk melupakan perasaan yang telah lalu. Sudahlah, aku tak ingin membahasnya!" Seru Intan kesal. Kemudian, ia mulai mengeluarkan buku mata pelajaran pagi itu.
"Lalu sampai kapan kamu bakal begini? Kenapa kamu terus menyiksa dirimu sendiri seperti sekarang? Padahal, tak menutup kemungkinan bahwa cinta pertamamu itu sekarang sedang bahagia. Sedangkan kamu? Kamu masih terikat dan belum bisa melepaskan cinta tak berbalas itu!" Seru Ifa kesal. Ia sudah lelah melihat sahabatnya itu terus terkurung dalam lingkaran masa lalu.
"......"
Intan tak menjawab dan hanya diam. Ia tahu niat Ifa baik dan apa yang dikatakan Ifa juga benar. Hanya saja ... Dia belum siap ... Ya, hatinya belum siap ... Belum siap untuk memulai sebuah cinta yang baru.
"Baiklah terserahmu. Aku hanya menasehatimu. Maaf, mungkin aku yang terlalu sensitif." Ucap Ifa mengalah.
"Kamu tak salah. Aku saja yang masih belum bisa menerima dan berdamai dengan perasaanku. Maafkan aku ... Dan juga terima kasih karna sudah menemaniku selama ini. Aku sungguh-sungguh berterima kasih. Ntahlah, jadi apa aku tanpamu." Ucap Intan tulus.
Ya, tak dapat Intan pungkiri. Peran Ifa dalam mengembalikan senyumnya patut diakui. Tanpa Ifa, mungkin saat ini Intan akan terlihat menyedihkan. Dan Intan juga bersyukur bisa satu sekolah bahkan sekelas lagi bersama Ifa. Ini sebuah keberuntungan.
"Tentu, karna kita adalah Sahabat." Jawab Ifa dengan senyum lebarnya.
.
.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Sis Fauzi
semangat up Thor
2021-04-06
1
Yoo_Rachel
mkasih udah dukung.. saling support yah
2021-03-28
1
Dhina ♑
#156
2021-03-19
1