Permainan pun terus berlanjut. Toni yang merasa kesal karna tendangan sebelumnya tak dapat mencetak angka, terlebih saat melihat Setya menatap Intan membuat Toni terasa terbakar. Ia pun bermain seperti orang gila.
Terus-terusan menyerang berusah membobol gawang lawan. Namun, berkali-kali Toni menyerang, Setya dengan lihainya juga bisa selalu menangkap bola itu.
Decakan kagum juga heran keluar dari penonton yang menyaksikan pertandingan futsal hari itu. Sedangkan, Intan masih setia mengamati lajunya permainan. Tanpa menyadari, bahwa dirinya lah penyebab dari panasnya pertandingan hari itu.
Priitt ... Priitt ... Priitt
Peluit tanda waktu habis pun berbunyi dan hasil akhirnya dimenangkan oleh kelas Setya.
"Wah kamu hebat sekali, Setya!"
"Benar, berkatmu kelas kita hari ini menang!"
"Aku kira kamu hanya jago di permainan basket, ternyata kamu juga kipper yang handal."
Pujian-pujian mengalir diucapkan oleh teman-teman Setya padanya. Setya hanya tersenyum menanggapi pujian-pujian itu. Ia menatap Intan yang sedang menatap Toni yang tengah menunduk kesal.
Toni merasa sangat kesal, karna dia tak bisa mencetak gol. Padahal, hari ini ia ingin menunjukkan kemampuannya pada Intan. Ia melihat Intan yang sedang menatapnya. Perlahan, Toni mendekati Intan.
"Yah, ternyata aku kalah." Ucap Toni pelan.
"Bagiamana ya, taruhannya masih berlaku bukan? Aku tak jadi membelikanmu minum." Jawab Intan
menggoda Toni. Ia bisa melihat kekesalan diwajah Toni.
"Yaa.." Jawab Toni lesu.
"Tapi, aku tetap terkesan dengan permainan mu hari ini. Kamu memang hebat di futsal." Ucap Intan memberi semangat.
"Heleh, bilang aja mau ngledekin." Seru Toni memalingkan muka.
"Aku serius! Kalau gak percaya yauda." Jawab Intan santai.
"Baiklah. Karna, aku yang kalah maka aku yang akan membelikanmu sesuatu." Ucap Toni.
"Wah ... Mau! Belikan aku es coklat." Seru Intan cepat.
"Ok, yuk!" Ajak Toni.
Setya yang melihat Toni pergi bersama Intan pun segera mengikuti mereka diam-diam. Sampai ketika di kantin, Setya sengaja membeli minum di tempat yang sama dengan Intan dan Toni.
Intan yang tengah menunggu pesananya disiapkan, merasa terkejut melihat kedatangan Setya yang sudah berdiri di sampingnya. Intan, teringat jaket Setya yang masih bersamanya.
"Anu ..." Ucap Intan pelan untuk mengalihkan perhatian Setya padanya.
"Oh hai. Apa kabar?" Tanya Setya, berpura-pura seakan dia terkejut melihat Intan disana. Namun, senyum lebar tak bisa Setya tahan untuk ia keluarkan.
"Ah, ba-baik ... Hm ...."
"Syukurlah." Ucap Setya sembari tersenyum menatap Intan.
"Anu ... Kak, itu ..." Ucap Intan terbata.
Ia sendiri juga tak mengerti kenapa ia menjadi gugup dan bingung pada Setya sekarang, tepatnya setelah kejadian hari itu. Padahal, sebelumnya ia memandang Setya seperti kakak kelas dan pria pada umumnya. Orang asing yang akan membuatnya tak nyaman.
Namun, karna sikap Setya sebelumnya, dimana Intan yang merasa Setya seperti berusaha untuk mengelurkan dirinya dari kegelapan dihatinya pun tanpa sadar sedikit demi sedikit telah menghangatkan hati Intan.
Sedangkan Toni sedari tadi sudah melemparkan tatapan tajam pada Setya. Ia curiga, bahwa Setya sengaja mengikuti dirinya dan Intan. Terlebih, melihat sikap Intan yang tak biasa pada Setya, membuat Toni semakin kesal.
"Ya?" Tanya Setya bingung.
"Intan!" Panggil seseorang dan itu sukses membuat Toni, Intan dan Setya menoleh serentak.
"Oh, Pak Ketu. Ada apa?" Tanya Intan saat mengetahui kalau Dharma yang memannggilnya.
"Aku perlu bantuanmu. Pak Pin menyuruh ku dan sekretaris untuk menemuinya." Ucap Dharma.
"Oh baiklah." Jawab Intan langsung. Karna, ia melihat Toni yang masih belum berganti pakaian setelah bermain.
"Toni, bawakan es nya ke kelas saja ya. Aku harus pergi bersama Pak Ketu. Dan, ehm ... Kak, untuk jaket kakak aku akan segera mengembalikannya pada kakak nanti." Pamit Intan pada Toni dan Setya.
"Ya." Jawab Toni singkat.
"Kamu bisa mengembalikannya kapanpun." Jawab Setya lembut.
Setelah itu, Intan berjalan pergi bersama Dharma meninggalkan Toni dan Setya di kantin.
"Kakak sengaja mengikuti ku dan Intan kan?" Tanya Toni tanpa basa-basi.
"Kalau iya memangnya kenapa?" Tanya balik Setya yang menjawab dengan sangat tenang.
"Apa hubungan kakak dengan Intan?" Tanya Toni tajam.
"Kenapa kau ingin tahu?"
"Karna, aku menyukai Intan." Jawab Toni jujur. Ya, Toni mengaku bahwa ia menyukai Intan.
"Jawaban yang sama untuk pertanyaanmu." Jawab Setya, kemudian berlalu pergi. Ia tak menutupi perasannya, bahwa ia juga sedang mengejar Intan.
Dengan begini, mereka berdua bisa saling bersaing dengan terbuka. Salah, maksudnya mereka bertiga, termasuk Dharma tentunya.
Toni tak terkejut mendengar jawaban Setya. Karna, sudah sangat terlihat jelas dari sikap Setya selama ini. Mulai dari kecemasannya saat Intan pingsan juga sampai hari itu, dimana Setya rela jadi kipper agar Intan bisa melihatnya.
"Aku juga gak akan menyerah dengan mudah." Gumam Toni menatap kepergian Setya.
Sedangkan, Dharma yang sedang bersama dengan Intan. Sebenarnya, ia juga berbohong karna nyatanya Pak Pin tak memanggil dirinya maupun Intan. Itu hanya reflek dari dirinya saat melihat Intan bersama dua lelaki.
"Kamu sangat populer ya?" Seru Dharma menggoda Intan.
"Apa maksudnya Pak Ketu?" Tanya Intan bingung.
"Tadi, kamu bersama dengan dua laki-laki tampan." Jawab Dharma.
"Haha. Kebetulan saja. Ku rasa Pak Ketu lebih terkenal, setiap hari bukannya di sisi Pak Ketu juga banyak gadis-gadis cantik?" Sindir Intan.
"Ah, itu ... Aku juga tak bisa menghentikan mereka." Jawab Dharma kikuk.
Intan tak menenggapi, karna memang urusan Dharma bukan urusanya. Lagian, apa yang ditebak oleh Dharma juga memang benar sebuah kebetulan, ketika ia bersama dengan Toni dan Setya.
Dilain sisi, Setya sudah selesai membersihkan diri dan berganti pakaian. Dan teringat Toni juga Dharma di sisi Intan.
"Sekarang disisimu banyak sekali lelaki yang menyukaimu. Apakah kamu bisa melihatku?" Gumam Setya, mengingat posisinya yang pasti terlihat sama dengan lelaki lain dimata Intan.
"Tidak! Aku tidak akan menyerah! Aku akan membuat Intan melihatku." Tekad Setya dalam hati.
"Hei, kamu dari mana saja tadi?" Tanya Bayu yang baru saja selesai bermain basket.
"Aku bermain futsal." Jawab Setya santai.
"Futsal. Kenapa? Jangan katakan karna ...."
"Ya. Aku ingin diperhatikan oleh Intan. Aku ingin dia melihatku." Jawab Setya serius.
"Wah, aku gak nyangka. Temen ku ini kalo uda cinta jadi bucin maksimal." Seru Bayu tak percaya.
"Aku akan berusaha lebih keras, agar Intan melihatku." Tekad Setya. Sedangkan Bayu hanya menepuk-nepuk bahu Setya memberi kekuatan.
...****************...
Malam harinya, entah kenapa Intan tiba-tiba teringat perkataan Dharma tentang Toni dan Setya. Alhasil, ketiga pria itu kini muncul dibenak Intan.
Intan mengingat sikap Dharma sebagai si sempurna. Sempurna dalam nilai dan sikap. Murid kesayangan guru, nilai bagus dan teman yang disukai banyak orang. Dia juga ketua kelas yang baik, peduli dan bertanggung jawab. Intan mengingat beberapa kali Dharma yang memperdulikannya.
Kemudian, Intan mengingat Toni. Si jail dan tukang buat onar. Tapi, anehnya sikap Toni itu mampu membuat Intan merasa nyaman dan tak canggung dengannya. Terbukti, Intan bisa akrab dengan Toni seperti pada Ifa. Namun, jika diperhatikan baik-baik lagi dibalik sikap cengengesannya Toni, dia juga orang yang care pada teman. Hanya saja, dia tak langsung menunjukkannya. Intan juga mengingat bagaimana Toni menolongnya saat piket setelah ia pingsan terkena bola basket.
Dan yang terakhir Setya. Intan sama sekali tak mengenal dan tahu banyak tentang Setya. Bertatap muka dan mengobrol dengannya juga karna tak sengaja. Bahkan, kesan awal sangar buruk. Intan masih merasa bersalah akan kata-kara buruknya di UKS waktu itu. Namun, anehnya lelaki yang sama sekali tak ia kenal, justru seperti orang yang sangat mengenalnya. Bahkan, ia berhasil mengeluarkan Intan dari salah satu belenggu masa lalu yang menjeratnya. Dan itu membuat Intan merasa hangat dan merasa ingin lebih jauh untuk mengenal Setya.
"Ahh ... Apa yang aku pikirkan dari tadi? Kenapa tiga pria itu muncul dipikiranku sih?!" Gumam Intan frustasi, ia mengacak rambutnya kesal.
"Aku tak ingin berhubungan atau menyukai seseorang lagi. Aku masih takut ..."
.
.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
lanjut terus thor😘👍
2021-05-08
1
Perjuangan cinta Tuan Muda
makin seru thor critanya. semangat upnya. aq udh ksh 2 jempol lg nih. salam dr Asisten Pribadi Tuan Muda.
2021-04-21
1
Sis Fauzi
jangan menyerah 💪👍🙏❤️
2021-04-20
1