Saat Intan turun dari bus, hujan sudah tidak terlalu deras, hanya gerimis kecil. Ia pun tetap berjalan dibawah hujan dan tetap mengenakan jaket dari Setya, ia membungkus semua tubuhnya dengan jaket itu, termasuk tudung untuk kepalanya.
"Assalamu'alaikum ... Intan pulang." Seru Intan sesampainya dia di rumah.
"Wa'alaikum salam. Intan, bukannya diluar masih hujan kenapa gak telpon bunda buat jemput ka ...?" Omel bunda yang berjalan dari dalam rumah, namun ucapanya terhenti saat melihat Intan yang mengenakan jaket kebesaran yang membungkus tubuh mungil putrinya itu.
"Hujannya sudah hampir reda kok bun. Hanya gerimis, jadi Intan tetap jalan aja." Jawab Intan lembut.
"Ya ... Ya, sudah kamu segera mandi pakai air hangat. Bunda akan menyiapkan coklat panas dan pisang goreng coklat untuk kamu." Ucap bunda sedikit kikuk.
"Wah, terima kasih bunda. Kalau begitu Intan akan mandi dulu." Seru Intan sembari mencium pipi sang bunda singkat sebelum berjalan ke lantai 2 menuju ke kamarnya.
"Apa aku salah lihat? Intan tak memiliki jaket model seperti itu dan kalau dilihat itu pasti jaket pria. Ukurannya juga sangat besar. Kalau benar jaket seorang pria ... Jaket siapa yang digunakan Intan?" Gumam bunda bingung mengingat jaket yang dikenakan Intan sebelumnya.
Sedangkan Intan di kamar sedang menatap bayangan dirinya di depan cermin.
"Aku terlihat sangat kecil mengenakan jaket ini. Kakak itu jelas jauh lebih besar dariku, dia juga cukup tinggi. Dan ... Ah! Apa yang ku pikirkan?! Sadar Intan! Sadar!! ... Aku akan mencuci jaket ini dan akan segera aku kembalikan pada kakak itu!"
Intan merasa kesal dengan pikirannya saat itu. Ia segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, sekaligus mencuci jaket Setya. Mana mungkin, ia mengembalikan jaket yang sudah ia kenakan tanpa mencucinya terlebih dulu pada seoarang pria bukan?
"Tapi, aroma ini ... Hm, kenapa membuatku sangat nyaman, rasanya hangat ..." Gumam Intan, saat hendak melepas jaket Setya, namun ia seperti keberatan akan itu dan malah memeluk tubuhnya sendiri merasakan kehangatan dari jaket Setya itu.
"Ah! Aku sudah benar-benar gila!" Teriak Intan merutuki perbuatan bodohnya. Ia segera melepas jaket itu dan mencucinya.
20 menit kemudian.
Intan sudah selesai mandi dan mencuci jaket Setya. Ia sudah mengeringkan jaket Setya, hanya saja karna cuaca tak bersahabat diluar sana akhirnya membuat Intan memilih cara lain untuk mengeringkan benar-benar jaket itu supaya tak berbau apek. Ia menggunakan pengering rambut. Setelah benar-benar kering ia mensetrika dan memberi parfum pada jaket itu.
"Oh, apa yang ku lakukan? Ini kan parfum wanita! Bagaimana ini, apakah kakak itu akan marah? Tapi, kalau tidak diberi parfum wangi molto juga tak akan bertahan lama. Baunya tidak terlalu menyengat ku rasa tak apa-apa." Gumam Intan lagi.
Setelah selesai semua, ia menggantungkan jaket Setya disudut kamarnya.
"Aku akan segera mengembalikan jaket ini besok! ... Oh, besok kan libur?! Ah, sepertinya jaket ini akan sedikit lebih lama bersamaku." Ucap Intan menatap jaket Setya.
"Ok, lupakan itu! Sekarang yang paling penting adalah coklat panas dan pisang coklat buatan bunda." Seru Intan senang dan berlalu ke dapur mencari sang bunda.
"Kenapa lama sekali?" Tanya bunda saat menyadari kedatangan Intan.
"Oh, Intan habis cuci jaket juga." Jawab Intan santai, sembari duduk di meja makan untuk menikmati segelas coklat panas dan coklat pisang yang baru saja dari penggorengan. Sangat cocok disuasana dingin seperti saat itu.
"Hm, sayang ... Kalau boleh bunda tanya, yang kamu kenakan itu jaketnya siapa?" Tanya bunda, ia sudah tak tahan untuk tidak bertanya pada Intan.
"Kakak kelas." Jawab Intan singkat.
"Kakak kelas? Tumben Intan tak menolaknya?" Tanya bunda heran.
"Belum sempat Intan tolak. Kejadiannya sangat cepat dan terjadi begitu saja." Jawab Intan dingin.
"Hm, baiklah. Bunda harap dia anak yang baik." Ucap bunda tak lagi bertanya dengan detail. Terlihat dari respon Intan, bahwa ia masih belum ingin membagi cerita lengkapnya.
Bunda hanya berharap agar kakak kelas yang dimaksudkan Intan itu adalah orang yang baik dan tidak akan membuat Intan bersedih lagi.
Bunda mengingat betapa sedih Intan setelah ditolak Bagas waktu itu. Setelah kejadian itu, Intan baru menceritakan semua pada orang tuanya.
Dan semenjak itu pula, Intan tak pernah membahas pria lain. Dan setelah sekian lama, hari ini tiba-tiba Intan pulang mengenakan jaket seorang pria, tentu saja sebagai serang ibu, bunda sangat mencemaskan Intan, ia takut melihat putrinya akan bersedih lagi.
"Sepertinya begitu ..." Gumam Intan pelan, merespon perkataan bundanya.
"Oh ya, ayah hari ini puang jam berapa bunda?" Tanya Intan mengalihkan topik pembicaraan.
"Sepertinya agak terlambat dan gak bisa makan malam di rumah. Ada kontrak kerja yang perlu diselesaikan hari ini katanya." Jawab Bunda.
"Yah, kasian ayah. Cuaca lagi dingin seperti ini, tapi harus lembur." Ucap Intan lirih.
"Tenang saja. Ayah punya daya tahan tubuh yang kuat. Dan tentu bunda gak bakalan biarain ayah sakit." Seru bunda yakin.
"Baiklah, Intan percaya dengan bunda. Hehe."
...****************...
Di rumah Setya.
"Assalamu'alaikum" Ucap Setya saat memasuki rumah.
"Wa'alaikum salam. Ya ampun Setya, kamu basah nak. Cepet mandi pakai air hangat ya. Mama akan siapakan sesuatu yang hangat juga buat kamu." Seru mama Setya denga khawatir.
"Setya gak papa ma. Makasih ya." Jawab Setya dengan senyum tulus.
Setelah itu, Setya berlalu ke kamarnya di lantai 2. Ia mengingat waktu yang ia habiskan dengan Intan tadi. Ia mengambil ponsel dan menatap foto Intan yang ia ambil tadi.
"Apakah sekarang kamu mulai memikirkanku?" Gumam Setya mengingat wajah Intan saat ia memakaikan jaketnya tadi.
"Sangat menggemaskan!" Seru Setya sembari tersenyum lebar.
Kemudian, Setya segera mandi dan menemui sang mama di dapur yang sudah menyiapkan sesuatu yang hangat untuknya.
"Ini teh susu hangat dan bolu pisang yang baru saja mama buat." Ucap sang mama sambil memberikan camilan itu untuk Setya.
"Makasih ma." Jawab Setya dengan senyum lebar.
"Wah, ada apa nih? Kelihatanya putra tampan mama sedang bahagia banget." Seru sang mama melihat binar mata Setya.
"Mama paling peka deh. Hehe ... Hm, hari ini untuk pertama kalinya Setya mengobrol dengan Intan dan sepertinya Intan akan mulai memikirkan Setya sekarang." Ucap Setya meceritakan pada sang mama. Seperti keluarga Intan, dikeluarga Setya juga sudah dibiasakan untuk terbuka satu sama lain. Dan orang tua Setya sudah mengetahui Intan.
"Benarkah? Mama ikut senang mendengarnya. Mama yakin, Intan pasti akan mulai memikirkan Setya. Siapa sih yang gak bakal takluk sama pesona putra mama yang gantengnya turunan dari mama ini. Hehe" Ucap mama yakin.
"Haha. Mama mau membanggakan Setya atau diri mama sendiri sih?" Tawa Setya mendengar ucapan sang mama.
"Dua-duanya. Hehe ... Pokoknya, mama do'akan yang terbaik ya. Kalau uda jadian, jangan lupa kenalin ke mama." Ucap mama mengingatkan.
"Pasti dong ma. Tidak akan lama lagi ..." Jawab Setya penuh keyakinan.
...****************...
Malam hari, nampak seorang pria paruh baya memasuki kamar yang sudah gelap dan hanya ada lampu tidur di nakas yang menyala. Ia berjalan mendekat ke arah tempat tidur, ditatapnya seorang gadis yang sudah terlelap dibalik selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Ia duduk ditepi ranjang dan membelai lembut rambut gadis itu.
"Ehm ... Ayah?" Ucap pelan gadis itu yang tak lain adalah Intan.
"Apa ayah membangunkan tuan putri ayah?" Tanya ayah lembut. Intan segera bangun dan duduk menatap sang ayah.
"Tidak apa-apa. Apa ayah baru pulang? Sudah makan?" Tanya Intan cemas.
"Sudah setengah jam yang lalu. Ayah sudah makan, lalu bunda juga membuatkan camilan juga. Perut ayah sangat kenyang." Keluh ayah.
"Ayah harus makan yang banyak. Ayah gak boleh sakit. Sekarang ayah juga harus istirahat." Perintah Intan.
"Haha. Baiklah tuan putri ayah. Ayah akan keluar, kalau tuan putri ayah ini sudah tidur lagi. Biarkan ayah menemani Intan sebentar ya." Pinta ayah.
"Baikah!" Seru Intan senang.
Ia merebahkan lagi tubuhnya. Intan memejamkan mata menikmati sentuhan lembut sang ayah yang membelai kepalanya dengan sayang. Sampai ia benar-benar terlelap.
Mendengar nafas Intan yang sudah teratur, ayah yakin kalau putrinya sudah tidur. Ia bangkit dan hendak meninggalkan kamar Intan, namun langkahnya terhenti saat melihat jaket Setya yang Intan gantung di sudut kamarnya. Ayah mendekati jaket itu dan mengingat apa yang diceritakan sang istri tadi.
"Kali ini siapapun yang mendekati putriku, harus berhadapan dulu denganku. Aku tak kan membiarkan siapapun membuat putri kecilku bersedih lagi." Gumam ayah dengan sorot mata tajam. Ia tak ingin melihat putri kesayangannya itu sedih seperti setahun yang lalu.
.
.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
mau donk ayahnyaaaa satu😭✌
2021-04-22
1
Sis Fauzi
Selasa pagi hadir Thor ❤️
2021-04-20
1
Dhina ♑
#110
😬😬🤔🤔👍👍👍
2021-03-19
1