Jam istirahat berbunyi. Intan dan Ifa segera menuju ke kantin seperti biasa.
"Hari ini kamu mau menyendiri atau ingin melihat pertandingan olah raga lagi?" Tanya Ifa setelah keduanya selesai membeli jajanan yang mereka inginkan.
"Hm, aku akan menemanimu." Jawab Intan pelan.
"Haha. Aku tau, akhirnya kamu tertarik melihat cogan juga." Seru Ifa senang.
"Bukan untuk melihat cogan sepertimu. Hanya saja, aku ... Aku sedang bosan sendiri." Ucap Intan mencari alasan.
"Yah, terserahmu. Yuk!" Ajak Ifa sembari menarik tangan Intan untuk menuju tepi lapangan basket.
Intan dan Ifa mengedarkan pandangan mencari sosok yang mereka inginkan, tentu saja Setya dan Bayu. Tak lama kemudian Setya, Bayu dan beberapa teman mereka lainnya menuju ke lapangan basket.
Setibanya di lapangan, Setya mengedarkan pandangan ke arah tepi lapangan mencari sosok yang ia rindukan, siapa lagi kalau bukan Intan. Dan senyumnya merekah lebar saat melihat Intan ada diantara gadis-gadis itu.
Begitu juga dengan Bayu ia juga tersenyum saat melihat Ifa berada diantara kerumunan itu bersama Intan dan sedang menatapnya dengan senyum lebar.
"Manisnya.." Gumam Bayu.
"Hei kawan, pujaan hatimu datang." Bisik Bayu pada Setya, dapat ia lihat juga senyum lebar sudah menghiasi wajah sahabatnya itu.
"Ya, tentu aku tahu." Jawab Setya tak mengalihkan pandangannya pada Intan. Intan dari tempatnya dapat melihat Setya yang seolah menatapnya dengan senyum lebar.
Namun, Intan berusaha keras untuk mengelaknya dan meyakinkan diri bahwa disekitarnya banyak gadis-gadis lain. Mana mungkin Setya tersenyum padanya. Walaupun begitu, Intan tetap jadi salah tingkah saat melihat tatapan dan senyuman Setya. Ia pun menunduk dan tak menatap Setya lagi.
"Lihatlah kak Setya dan kak Bayu tersenyum ke arah kita."
"Wah, lihat senyuman mereka itu. Gak baik buat jantung deh."
"Mereka pasti tersenyum padaku."
"Tentu saja tidak, tentu padaku!"
Para gadis disekitar Intan dan Ifa pun saling berdebat, seakan mereka yakin bahwa mereka adalah yang jadi tujuan senyum dari Setya dan Bayu.
"Indah, sepertinya Setya tersenyum ke arahmu." Seru Rini antusias sambil mengguncang pelan lengan Indah.
"Ya, tentu saja. Perlahan dia pasti sudah terpesona padaku." Jawab Indah percaya diri.
"Kalau Bayu tersenyum pada siapa ya? Apakah padaku?" Tanya Rini antusias.
"Ku rasa begitu. Karna, kamu selalu bersamaku pasti lama-kelamaan Bayu akan melihatmu." Jawab Indah masih dengan percaya diri.
Intan dan Ifa juga mendengarkan perdebatan dan obrolan antara Indah dan Rini. Ifa di buat kesal mendengarnya.
"Dasar kakak kelas keganjenan. Percaya diri sekali mereka kalau kak Setya dan kak Bayu sedang menatap ke arah mereka." Ucap Ifa kesal.
Intan melirik sekilas ke arah Indah dan Rini. Kemudian, ia menundukkan kepalanya.
"Wajar saja. Mereka memang sangat cantik. Siapapun pria yang melihat mereka, pasti akan terpesona." Ucap Intan lirih. Entah, kenapa ia merasa sedikit kecewa.
Ifa tersenyum sekilas mendengar dan melihat ucapan Intan juga ekspresi kecewanya.
Sepertinya, Intan mulai memiliki perasaan pada kak Setya..
Permainan pun dimulai. Beriringan dengan suara riuh dari para siswi yang memberikan dukungannya pada idola mereka. Untuk pertama kalinya Intan benar-benar mengamati permainan Setya.
"Dia sangat hebat ... Sepertinya, tak bisa saat ini buatku untuk mengembalikan jaketnya." Gumam Intan menatap Setya.
Setya yang menyadari Intan mengamati permainannya untuk pertama kalinya, tentu tidak menyia-nyiakannya. Ia pun menunjukkan peforma terbaiknya. Begitu juga Bayu, tanpa dirinya sadari Bayu menjadi lebih bersemangat dari biasnya. Dan senyum lebar terus masih menghiasi wajah keduanya yang tentu hal itu membuat gadis-gadis disana lebih histeris dibuatnya.
...****************...
Setelah istirahat usai, Intan dan Ifa bergegas berjalan menuju kelas mereka. Setya sebenarnya ingin menghampiri Intan, namun ia tahan. Karna ia sangat mengenal karakter Intan. Kalau ia menghampiri Intan saat ini, maka Intan akan malah menjauhinya.
"Bagaimana, bukankah rasanya menyenangkan melihat permainan cogan-cogan itu? Seperti mendapat energi baru." Seru Ifa senang.
"Mungkin ..." Gumam Intan pelan, karna sebenarnya Intan masih tak mengerti bagaimana perasaanya setelah melihat pertandingan tadi. Dia hanya menikmatinya dan tidak membiarkan pikirannya membayangkan hal yang lain.
...****************...
Saat jam pulang sekolah, Intan menyimpan paper bag berisi jaket Setya itu ke dalam lokernya.
"Sepertinya, aku tak bisa mengembalikan jaket ini hari ini." Gumam Intan menatap paper bag itu.
"Apa itu?" Tanya Toni yang sedang mengambil sesuatu dalam lokernya.
"Kepo!" Jawab Intan acuh.
"Aku tanya baik-baik jawabnya gitu amat." Ucap Toni malas.
"Hahaha. Bukankah kamu biasanya juga begitu, kalau aku bertanya padamu? Anggap saja impas." Sindir Intan.
"Terserah."
"Btw, tas apa itu?" Tanya Intan, saat melihat Toni mengambil tas lain dalam loker. Entah, dia yang tak mengamati atau memang baru pertama kali ini Intan melihatnya.
"Jangan jawab 'kepo!'." Lanjut Intan sebelum Toni menjawab.
"Perlengkapan futsal. Hari ini aku membawanya pulang untuk ku cuci." Jawab Toni acuh.
"Wah, kamu tim futsal? Setiap jam istirahat kamu bermain futsal?" Tanya Intan penasaran.
"Tidak setiap hari, karna aku hanyalah cadangan. Baru beberapa hari ini aku ikut bermain."
"Apakah permainanmu hebat? Kenapa aku meragukannya?"
"Kalau kamu ingin tau kualitas bermainku. Lihat saja besok, besok aku akan bermain. Lagian, aku juga cukup terkenal dikalangan para gadis." Jawab Toni menyombongkan diri. Tapi, memang wajar sih. Paras Toni, cukup dikatakan layak untuk menjadi idola.
"Baiklah, aku akan melihatnya besok. Jangan sampai membuatku malu." Seru Intan mengancam.
"Lihat dulu baru komentar. Kalau aku bisa mencetak gol besok, kamu harus membelikanku minuman." Tantang Toni.
"Deal." Jawab Intan sepakat.
Kemudian, keduanya berjalan bersama keluar kelas dengan Ifa yang sudah menunggu di depan kelas.
"Loh, ngapain kamu ngintilin Intan?" Tanya Ifa bingung.
"Apanya yang ngintilin? Kita barengan ngambil barang kok." Jawab Toni acuh.
"Mana?" Tanya Ifa masih curiga.
"Nih! Baju futsalku, mau ku cuci." Ucap Toni sambil mengeluarkan baju dalam tas dan mendekatkannya pada Ifa.
"Huh! Dasar Toni jorok!" Seru Ifa berlari pergi.
"Hahahaha." Tawa Intan.
"Mau juga?" Tanya Toni mendekatkan bajunya pada Intan.
"Ih, jorok Ton! Pergi sana!" Teriak Intan juga ikut berlari bersama Ifa dan diikuti Toni dari belakang. Tanpa mereka sadari kebetulan Setya dan Bayu yang baru akan pulang melihat itu.
Setya, mengerutkan dahinya melihat kedekatan Intan dengan Toni.
"Apakah itu ketua kelas yang dimaksud Ifa kemarin?" Gumam Setya cemburu.
Sedangkan Bayu, tanpa sadar ia mendengus kesal melihat kedekatan Ifa dengan Toni.
"Siapa dia?" Gumam Bayu kesal.
...****************...
"Toni beneran gila. Baju bau juga dipamer-pamerkan." Gerutu Ifa masih kesal.
"Hahaha. Kamu juga yang nyurigain dia lebih dulu. Kamu seperti tak mengenalnya saja. Dia memang jail." Jawab Intan masih tertawa, walaupun Intan tadi juga kesal seperti Ifa, namun kalau diingat ia selalu tertawa ketika mengingat kelakuan konyol Toni.
"Hm, yah habisnya dia sering banget deket kamu." Ucap Ifa, seperti memberi simbol bahwa Toni berpotensi memiliki perasaan pada Intan, karna ia yakin bahwa Intan sama sekali tak menyadarinya.
"Ya wajar kan? Kita teman sekelas. Apa ada yang salah?" Tanya Intan bingung.
"Huh, ya sudahlah." Jawab Ifa pasrah. Akan sulit menyadarkan Intan saat ini.
"Ngomong-ngomong besok, kamu mau menemaniku melihat Toni bermain futsal? ... Ternyata dia pemain futsal, aku penasaran seberapa hebatnya dia. Aku juga sudah bertaruh dengannya kalau dia bisa mencetak gol aku akan membelikannya minum besok." Cerita Intan.
"Kamu akan melihat permainan Toni besok?" Tanya Ifa memastikan.
"Ya, tentu saja." Jawab Intan santai.
"Kamu mau lepasin tontonan cogan dilapangan basket untuk melihat Toni tengil itu?" Seru Ifa tak percaya.
"Ifa, sudah ku bilang. Aku ikut kamu liat permainan basket bukan untuk liatin cogan kayak kamu. Aku hanya bosan sendiri." Seru Intan mulai kesal.
"Baiklah. Tapi, maaf aku gak bisa ninggalin cogan-coganku." Jawab Ifa santai.
"Kalau begitu aku akan melihat Toni sendiri." Jawab Intan acuh.
Sepertinya, masih panjang sampai Intan mau jujur dengan perasannya..
Tapi, kak Setya harus bergerak cepat. Intan sama sekali belum peka dengan orang-orang yang mendekatinya..
.
.
.
Bersambung..
...----------------...
Bonus Visual (3)
>> Indah <<
.
.
>> Rini <<
..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Nona Bucin 18294
semangat updatenya kak 🤗😊💜
2021-08-11
0
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
top
2021-04-26
1
Sis Fauzi
oke 👍 lanjuut
2021-04-20
2