Disebuah salah satu bangku panjang dekat lapangan sekolah, nampak seorang siswa tengah duduk sembari menatap cemas ke arah gerbang.
Pandangannya tak pernah berpaling dari gerbang, memperhatikan siswa-siswi yang silih berganti memasuki sekolah. Namun, pandangan kecewa jelas terlihat dimata hitam gelapnya.
Ting-Nong ... Ting-Nong ...
Sampai ia mendengar suara bel berbunyi yang menandakan ia harus segera meninggalkan tempatnya berada dan menuju kelas.
Dengan langkah berat, ia memaksa dirinya untuk pergi meninggalkan bangku tempat ia duduk. Sesekali ia menoleh kebelakang dan menatap gerbang penuh harap. Namun, apa yang ia tunggu tak kunjung ada.
Ia tak tahu, bertepatan saat ia berdiri dan mengalihkan pandangannya dari gerbang tadi. Sosok yang mungkin ia nanti sudah memasuki sekolah dengan tergesa. Sampai, ketika ia ditikungan koridor ...
Brukk..
"Aww!!" Pekik gadis didepannya yang tak lain adalah Intan.
Intan menubruk dadanya dengan cukup keras, sampai dapat ia lihat tubuh kecil Intan terpental mundur beberapa centi dari tempatnya semula. Ia juga melihat Intan tengah mengusap dahinya pelan yang ia yakini cukup sakit setelah bertabrakan dengan dirinya.
Beberapa saat ia terpaku menatap gadis berkuncir kuda yang berdiri didepannya. Matanya membulat karna terkejut, namun jelas terlihat sorot mata bahagia disusul dengan senyum dibibirnya. Ia mengulurkan tangan hendak menyentuh bahu Intan ..
"Maaf!" Seru Intan, sembari membungkuk kan tubuhnya kemudian kembali berlari pergi meninggalkannya.
Ia menatap punggung Intan yang semakin menjauh dan akhirnya hilang masuk ke sebuah kelas diujung koridor.
Deg ... Deg ... Deg
"Sudah sangat lama aku tak melihatmu sedekat ini, tapi jantungku masih berdebar dengan keras seperti sebelumnya." Ucap pelan siswa itu sambil memegang dadanya.
Aku tak akan melepaskanmu lagi mulai sekarang. Tunggu aku ... Aku akan datang mencarimu.
"Setya!"
Siswa itu pun menoleh karna merasa namanya dipanggil.
"Lagi ngapain disini? Gak masuk uda bel loh." Tegur seorang siswa sembari merangkul bahu Setya dan mulai membimbingnya untuk berjalan ke arah kelas bersama.
"Ya tau, ini juga mau ke kelas." Jawab Setya acuh, ia masih menikmati sensasi debar jantungnya setelah bertemu Intan.
"Tapi, kenapa wajahmu seperti itu? Habis liatin cewek ya?" Tebak Bayu, nama siswa itu. Ia adalah satu-satunya sahabat dekat Setya sejak dari Sekolah Dasar.
"Iyaa ... Dan dia terlihat semakin cantik." Jawab Setya dengan mata berbinar diikuti senyum yang merekah lebar. Senyum yang mampu membuat gadis yang melihatnya histeris, terbukti ada beberapa gadis yang tak sengaja melihat senyum itu pun jadi teriak-teriak gak jelas dibuatnya.
"What? Seriously?!" Pekik Bayu tak percaya bahwa tebakannya benar.
Bukan apa-apa, namun ia kenal sekali dengan sahabatnya ini. Bertahun-tahun tak ada gadis yang mampu menggetarkan hatinya. Ia selalu sendiri selama ini, bahkan jumlah gadis yang ia tolak pun tak bisa dibilang sedikit.
Ya, wajar sih karna Setya sahabatnya itu memang memiliki paras seorang idola. Tubuh tinggi putih, postur tegap dan atletis, wajah proporsional dengan iris mata bewarna hitam gelapnya, ditambah dia pintar dan dari keluarga yang cukup berada.
"Kenapa sekaget itu?" Tanya Setya heran.
"Ini sebuah keajaiban lah. Seorang Setya, rajanya penolak tiba-tiba bilang kalau baru saja menatap seorang gadis?! Apalagi ekspresimu mengatakan kalau kau tertarik pada gadis itu. Ini berita besar!" Seru Bayu, antusias.
"Rajanya penolak?"
"Ya, itu julukan mu diantara murid sekolah ini. Karna, sudah entah berapa kali gadis yang kamu tolak dari kelas 10 dulu. Baik yang seangkatan maupun kakak kelas." Jelas Bayu.
"Oh, aku tak tau kalau aku mendapatkan gelar seperti itu ... Yang jelas, kali ini aku tak akan menolaknya, justru aku yang akan mengejarnya." Ucap Setya yakin, nampak jelas ada kesungguhan disorot matanya.
"Ini benar-benar berita besar. Sampai ada yang tahu, para gadis yang menyukaimu pasti akan patah hati ... Tapi, ngomong-ngomong siapa gadis yang bisa menggetarkan hatimu ini? Aku sangat penasaran bagaimana gadis itu. Tunjukkan padaku!" Seru Bayu meminta.
"Dia adalah kekuatanku ... " Gumam Setya kembali mengingat Intan, ia pun kembali tersenyum dibuatnya.
"Oh my! Aku makin penasaran!" Teriak Bayu mengguncang lengan Setya.
"Sudah jangan kepo! Nanti kau juga bakal tahu." Jawab Setya sambil menarik lengannya dari Bayu, kemudian ia segera menyeret sahabatnya itu memasuki kelas.
.
.
Di kelas Intan.
"Hari ini, kita akan memilih pengurus kelas yang akan bertugas selama setahun ini." Ucap wali kelas Intan.
Kebetulan mapel jam pertama adalah wali kelasnya sendiri dan karna permintaan dari teman-temannya pertemuan pertama digantikan dengan pemilihan pengurus.
"Baik, siapa disini yang ingin mencalonkan diri sebagai pengurus kelas?" Tanya Pak Paino atau yang akrab di panggil Pak Pin oleh para murid, wali kelas Intan.
"Kamu mau jadi pengurus kelas?" Bisik Ifa pada Intan.
"Gak mau. Merepotkan." Jawab Intan juga berbisik pada Ifa.
"Saya, Pak." Seru seorang siswa, teman kelas Intan.
"Ok, Dharma ... Yang lain?" Tanya Pak Pin lagi.
Suasana kelas masih hening, tak ada yang mau mencalonkan diri. Mungkin, mereka terlalu malas untuk ikut mengurusi kegiatan kelas.
"Karna, tidak ada yang mengajukan diri dengan berat hati, saya akan menunjuk beberapa murid. Yang namanya saya sebut akan menjadi kandidat pengurus kelas selama setahun ini. Sisanya nanti bisa melakukan voting untuk menentukan posisinya." Ucap Pak Pin pada akhirnya.
"Aish. Kenapa temen-temen gak ada yang angkat tangan sih. Kalau kita ketunjuk gimana?!" Gerutu Intan kesal. Ia benar-benar tak tertarik untuk menjadi pengurus kelas.
"Toni, Didit, Linda, Rizka, dan Intan."
Mendengar namanya disebut membuat Intan semakin menggerutu kesal.
"Fa, gantiin aku mau ya? Pliss, aku beneran gak mau nih jadi pengurus kelas." Pinta Intan pada Ifa.
"Yah, tapi aku juga males Tan." Jawab Ifa acuh.
Karna, Intan juga tak berani protes akhirnya ia hanya bisa diam dan menunggu keputusan posisi apa yang akan ia dapatkan sebagai pengurus kelas.
Voting pun berjalan dengan lancar. Satu-persatu murid maju dan memberikan suaranya pada calon pilihannya. Dengan usil tentu saja Ifa memberikan suaranya pada Intan. Akhirnya, setelah dilakukan perhitungan. Sudah didapatkan posisi untuk masing-masing kandidat.
Dharma : Ketua Kelas
Linda : Wakil Ketua Kelas
Toni : Sekreteris 1
Intan : Sekretaris 2
Didit : Bendahara 1
Rizka : Bendahara 2
"Tugas sekretaris itu melelahkan ... Tapi, lebih baik lah daripada wakil ketua yang harus siap sedia saat ketua gak ada, apalagi bendahara bayangin harus narik uang kas ke temen-temen yang lain uda kayak penagih utang ... Lumayan lah." Gumam Intan seakan mencari alasan dia harus senang dengan hasil voting hari itu.
Di kelas lain, juga sama seperti di kelas Intan yaitu sedang menetapkan pengurus kelas.
"Selamat, Setya. Kamu terpilih menjadi ketua kelas." Ucap teman-teman sekalas Setya.
"Terima Kasih." Ucap Setya tulus.
"Wah, bakal asyik nih. Kelas kita di ketua'i oleh cogan."
"Iya, pasti kelas lain bakal iri kalau kebetulan lagi ada kumpul. Wkwk"
Bagaimana denganmu Intan, apakah kamu juga menjadi pengurus kelas?
.
.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Sis Fauzi
suka banget kisahnya 👍
2021-04-06
1
Dhina ♑
#147
2021-03-19
1
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-10
1