"Eh, aku dengar kita olah raganya gabung dengan kelas 11 ya?"
"Oh ya? Kelas 11 mana nih?"
"Aku denger sih 11 IPA-2"
"Wah, itu sebuah keberuntungan. Jadi gak sabar!"
Obrolan dari siswi kelas 10 memenuhi kamar mandi empat bilik itu. Intan dan Ifa hanya menyimak pembicaraan itu karna tak tahu harus menyahut apa.
Hari ini jadwal kelas Intan untuk pelajaran olahraga. Namun, ada kebiasaan di sekolah ini untuk kelas 10&11 mata pelajaran ini digabung. Karna, secara teori hampir sama dan tentu saja ada harapan menumbuhkan rasa kompetitif dari para murid.
"Hufft ... Aku tak mengerti kenapa mereka senang sekali jika harus digabungkan dengan kakak kelas!" Gerutu Intan kesal.
Semenjak pengalaman buruknya dimasa lalu itu menjadikan Intan malas untuk berhubungan dengan kakak kelas dalam bentuk apapun.
"Aku dengar sih kelas 11 IPA-2 tuh banyak cogannya." Bisik Ifa pada Intan.
"Huh! Bodo amat!" Dengus Intan sebal dan berlalu meninggalkan kamar mandi terlebih dulu disusul Ifa.
"Kenapa marah-marah mulu sih!" Tegur Ifa gemas melihat sikap sahabatnya.
"Aku gak marah tuh. Hanya merasa tak nyaman." Jawab Intan acuh. Ifa hanya menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya itu. Ia tahu, masih sulit bagi Intan untuk kembali membuka hatinya.
Pritt ... Pritt ...
Suara peluit menggema di dalam gedung olah raga itu. Semua murid yang masih terlihat santai duduk dan bercengkrama segera berbaris menurut kelas dan gendernya. Termasuk Intan dan Ifa yang sebelumnya memilih duduk mengobrol di sudut, menjauhi keramaian. Namun, Intan tak sadar bahwa dari tadi ada sepasang mata yang terus menatapnya.
"Selamat siang anak-anak. Perkenalkan saya Dwi, selaku guru olah raga yang akan mengajar kalian selama setahun ini. Sebelum kegiatan inti kita mulai, seperti biasa kita lakukan pemanasan terlebih dahulu. Silahkan, masing-masing perwakilan kelas untuk maju menemani saya memimpin pemanasan teman-temannya." Ucap Pak Dwi.
"Ayo, ketua kelas maju." Seru salah satu teman Intan. Akhirnya, Dharma maju sebagai perwakilan kelas Intan.
"Setya, kamu juga harus maju." Ucap salah satu teman Setya.
"Baiklah." Jawab Setya ramah. Kemudian, ia berjalan maju dan berdiri disamping kanan Pak Dwi. Sedangkan sebelumnya Dharma sudah berdiri disamping kiri Pak Dwi.
Semua murid mulai merentangkan tangan agar tak saling berbenturan saat pemanasan dimulai. Intan dan Ifa seperti biasa selalu mengambil baris paling belakang, menghindari kontak mata dengan banyak orang tentunya. Sebenarnya, ini tentu saja keinginan Intan dan Ifa hanya setia menemaninya.
Kamu tak berubah. Kamu selalu menyembunyikan dirimu dibalik orang lain. Padahal dimanapun kamu berada, kamu tetaplah Intan yang paling bersinar ...
Walau samar, Setya masih bisa melihat Intan yang tampak fokus mengikuti gerakan teman didepannya. Ia tak melihat atau memperdulikan sama sekali Setya yang terus menatapanya.
Setelah pemanasan, saatnya pelajaran inti. Hari ini materi yang akan diajarkan adalah tentang permainan basket. Pak Dwi, sebelumnya menjelaskan beberapa istilah dalam bola basket dan teknik-tekniknya beserta contoh memainkannya. Baru setelah itu meminta para murid untuk satu persatu mencoba teknik-teknik tersebut.
"Serius nih, nyobanya didepan kakak kelas begini?!" Gumam Intan takut. Ia terus gelisah saat satu-persatu temannya dipanggil maju kedepan untuk mempraktikkan bersama dengan kakak kelas.
"Asyik tau! Barangkali aja aku sama kakak kelas cowok, dapet cogan kan lumayan. Hehe. Tuh, kelas 11 IPA-2 , cogannya banyak. Pantas saja temen-temen tadi heboh. Ini mah beneran keberuntungan!" Seru Ifa kegirangan.
"Dasar, mentang-mentang uda jomblo. Huh!" Ujar Intan kesal. Ya, Ifa saat ini statusnya sendiri. Ia sudah putus dengan pacarnya bertepatan saat kenaikan kelas 9 dulu dengan alasan sang mantan ingin fokus belajar. Tapi, nyatanya tak lama setelah itu Ifa memergoki mantannya itu berpacaran dengan orang lain. Emang dasar buaya!
"Jelas dong. Aku tuh uda move on. Gak kayak seseorang." Sindir Ifa. Mendengar itu Intan hanya acuh dan tak menanggapinya.
kemudian, mereka kembali menunggu giliran untuk maju. Rasa cemas dan takut terus menyusup kedalam diri Intan. Ia tak tahu, bahwa ia selemah ini.
Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja..
Intan terus berusaha menenangkan dirinya, namun ia semakin gugup. Keringat dingin sudah membasahi tangannya. Tubuhnya juga terus bergerak tak tenang.
Setakut itu kah kamu?
Setya beberapa kali mencuri pandang pada Intan dan ia ikut cemas melihat Intan yang gugup dan ketakutan. Ia tahu, Intan tak pernah nyaman berdiri di depan umum disaksikan banyak orang. Terlebih, sepertinya rasa tidak sukanya bertambah setelah kejadian setahun lalu. Ya, Setya mengetahuinya. Semuanya.
"Ifa-Indah" panggil Pak Dwi.
Sampai, ketika nama Ifa dipanggil. Memang absen Ifa sebelum Intan tepat. Senyum kecil terukir dibibir Intan saat mengetahui bahwa kakak kelas yang maju bersama Ifa adalah wanita. Dan dia sangat cantik.
"Hufft ... Aku harus mencemaskan diriku sendiri, sebentar lagi aku yang akan dipanggil." Gumam Intan yang sesaat lupa akan ketakutannya dan malah menertawakan Ifa.
Namun, ia terus menatap permainan Ifa yang cukup bagus. Walaupun ia tak bisa memasukkan bola ke dalam ring. Sedangkan kakak kelas yang bersama Ifa berhasil memasukkan bolanya.
Prok ... Prok ... Prok
"Wah, hebat!"
"Indah memang luar biasa!"
Suara riuh dari barisan kakak kelasnya saat melihat teman mereka berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Dan itu didominasi oleh para lelaki.
"Dasar pilih kasih. Dari tadi ada banyak kakak kelas perempuan yang juga berhasil memasukkan bola ke dalam ring, tapi gak seheboh sekarang. Cowok memang selalu hanya melihat fisik!" Gumam Intan kesal.
Tanpa sadar, sepertinya Intan teringat dengan masa lalunya. Ya, cinta pertamanya berulang kali meninggalkannya karna lebih memilih gadis yang jauh lebih cantik dari dirinya.
"Intan-Irhas"
Kekesalan Intan seketika berhenti saat menyadari kini dirinya sudah dipanggil. Ia melihat teman-temannya yang menatapnya bingung karna tak segera maju.
"Apa yang kamu lakukan? Cepat maju sana!" Bisik Toni yang kebetulan duduk didepannya waktu itu.
"Oh ... I-Iya ..." Jawab Intan gugup.
Dengan perlahan Intan melangkahkan kakinya untuk maju kedepan. Sesampainya dia didepan, Pak Dwi memberikan bola padanya. Intan sempat menatap kedepan dan melihat banyak sekali pasang mata yang sedang menatapnya. Ia segera menunduk kembali.
Tenang ... Aku pasti bisa ...
Abaikan mereka dan fokus pada bola ini ...
Intan, semangat!!!
Intan memejamkan mata sebelum memulai aksinya. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. Jujur, setelah kejadian pembullyan Intan sewaktu SMP sebelumnya, sedikit-banyak telah membuat Intan lebih dan lebih takut untuk bereda di depan umum daripada sebelumnya.
Kamu pasti bisa!!
Setya dengan serius menatap ke arah Intan dan memberikan semangat walaupun hanya didalam hati.
.
.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Yoo_Rachel
Hadir Thor☝️3 Like Mendarat 🚀 Semangat selalu Yah..💪 Ditunggu kedatangannya di karya aku..
📗MENIKAHI MUSUH KERAJAANKU
📘THE POWER OF FIRST LOVE
See You In The Comment...🙏
2021-04-02
2
Dhina ♑
#149
2021-03-19
1
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-12
1