Jam pulang sudah berbunyi, Intan yang kebetulan hari itu piket membersihkan kelas tidak bisa langsung pulang.
"Tan, aku ke kantin bentar ya, bosen nunggu kamu disini. Mau nitip sesuatu gak?" Tanya Ifa.
"Ehm, belikan bolu coklat dong." Jawab Intan cepat.
"Baiklah, ku tinggal dulu yaa." Ucap Ifa sambil berlalu pergi meninggalkan Intan. Setelah kepergian Ifa, Dharma mendekati Intan.
"Kamu bisa minta teman-teman lain untuk menggantikan piketmu kalau masih sakit." Saran Dharma.
"Tidak apa-apa Pak Ketu, aku sudah merasa jauh lebih baik. Ini tanggung jawabku." Jawab Intan meyakinkan.
(Pak Ketu adalah panggilan yang telah disepakati oleh anggota kelas untuk memanggil Dharma selaku ketua kelas)
"Baiklah, kalau begitu. Andai, aku tak memiliki janji aku akan membantumu. Tapi, aku harus segera pergi sekarang." Ucap Dharma.
"Gak masalah Pak Ketu, aku tau kamu memang sibuk. Sangat sibuk." Canda Intan.
"Haha, aku tak sesibuk itu. Baiklah, aku pergi dulu. Sampai ketemu besok." Pamit Dharma.
"Ya, hati-hati Pak Ketu awas oleng. Hehe." Ucap Intan dengan senyum lebar.
Intan sendiri tengah membersihkan kelas seorang diri, karna yang lain sudah menyicil piket mereka saat jam istirahat. Ia sedang menyapu dan membersihkan kolong-kolong meja, tiba-tiba sapu yang ia pegang direbut dari tangannya.
"Eh, apa'an sih?!" Seru Intan kesal, ia menatap orang yang merebut sapunya dan itu adalah Toni.
"Ada apa sih Ton?!" Tanya Intan tajam.
"Biar aku yang sapu. Sana tuh hapus papan tulis. Aku gak tahan debunya." Seru Toni sambil mengarahkan dagunya ke arah papan tulis yang sedikit ada tulisan.
"Ton, itu whiteboard kita pakai spidol. Debu darimana?" Gerutu Intan sebal.
"Debu ya debu. Maksudnya tangan ku bakal jadi item semua. Aku gak suka. Kamu aja sana!" Perintah Toni tanpa mau bantahan.
"Ya nanti, aku mau selesaikan nyapu dulu. Aku yang piket hari ini, Toni." Ucap Intan penuh penekanan.
"Aku juga sedang piket, nih amanah dari Radit. Aku gantikan dia piket hari ini. Uda hapus aja papan tulisnya terus isi ulang tinta dan tata barang-barang yang ada dimeja guru tuh." Perintan Toni lagi.
"Tapi ..."
"Uda bawelnya, cepet bersihin mau gak selesai-selesai?" Tanya Toni memotong sanggahan Intan.
Dengan bibir mengerucut, Intan berjalan ke arah papan tulis dan mulai membersihkannya. Intan bisa menyelesaikannya dengan cepat, karna hanya sedikit tulisan disana. Setelah itu ia hendak mengisi spidol, ia sudah menggurutu karna biasanya tutup spidolnya akan susah untuk dibuka, tapi anehnya kali ini sangat mudah. Ia mengamati spidol-spidol itu yang ternyata tutupnya memang sudah sedikit terbuka.
"Kamu yang bukain ini Ton?" Tanya Intan sambil menunjukkan spidol-spidol ditangannya.
"Yaiyalah, mau siapa lagi?! Aku tau kamu terlalu lemah buat buka itu sendiri, daripada teriak-teriak minta bukain aku bukain aja langsung." Jawab Toni acuh.
"Ish. Katanya gak mau tangannya item semua. Dasar!" Gerutu Intan namun senyum mulai menghiasi wajahnya.
Toni sedikit melihat itu dan ikut tersenyum. Kemudian, ia kembali melanjutkan aktivitas menyapunya. Ini cukup melelahkan, ia harus mengecek kolong meja satu persatu, kemudian menggeser-geser bangku agar tertata kembali. Tentu jauh lebih melelahkan daripada mengisi spidol.
Tanpa Intan sadari, sebenarnya Toni lah yang memaksa Radit untuk bertukar jadwal piket dengannya. Untuk alasannya, hanya Toni yang tahu.
...****************...
Di luar kelas, saat Ifa hendak menuju kantin, tiba-tiba ada yang memanggil namanya. Ia pun reflek menoleh. Dapat ia lihat Dharma berlari ke arahnya.
"Ifa!" Panggil Dharma.
"Ada apa, Pak Ketu?" Tanya Ifa bingung.
"Ehm, kamu gak bantuin Intan piket?" Tanya Dharma.
"Tidak. Dia mana mau direpotin, lagian aku mau kantin juga." Jawab Ifa santai.
"Oh begitu. Tapi, dia beneran gak apa-apa kan? Bukannya tadi dia habis terkena bola basket?"
"Ya, tapi dia sudah baik-baik saja. Dokter jaga tadi juga bilang begitu."
"Syukurlah. Untung juga tadi ada kak Setya yang nganterin Intan ke UKS. Semua sudah heboh dibuatnya. Apakah Intan memiliki hubungan dengan kak Setya, aku lihat tadi dia terlihat mencemaskan Intan?" Tanya Dharma sedikit canggung. Ifa terkejut mendengar pertanyaan Dharma. Walaupun, misalnya ada hubungan antara Intan dan kak Setya memang apa yang mau Dharma lakukan?!
"Tidak ada. Hanya murni menolong saja." Jawab Ifa pada akhirnya.
"Oh begitu. Baiklah, terima kasih Fa. Aku harus pergi sekarang." Pamit Dharma sambil berlalu pergi meninggalkan Ifa.
"Ya. Hati-hati Pak Ketu." Seru Ifa.
"Aneh ada apa dengan Pak Ketu ya? Kenapa ia bertanya hal seperti itu? Apa jangan-jangan dia menyukai Intan?" Gumam Ifa mencoba memikirkan kemungkinan apa yang terjadi.
"Haih, belum selesai misteri perasaan kak Setya tadi, sekarang ditambah Dharma ... Huh, sudahlah. Aku akan mencari makan dulu, aku butuh tenaga untuk mencerna semua ini." Gerutu Ifa sebal. Ia mempercepat langkahnya menuju kantin untuk mencari makanan agar dapat berpikir lebih dalam lagi.
Setelah membeli makanan yang diinginkan juga pesanan Intan. Ifa segera menuju ke kelas untuk kembali menamani Intan. Saat dijalan ia melihat Setya sedang berjalan menuju parkiran bersama Bayu.
Seketika, Ifa mengingat semua sikap Setya pada Intan hari ini. Tanpa pikir panjang Ifa berlari menuju Setya untuk meminta penjelasan yang sudah membuatnya penasaran dari tadi.
"Kak Setya! Tunggu ..." Panggil Ifa.
Merasa namanya dipanggil, Setya dan Bayu pun menoleh ke sumber suara dan mereka dapat melihat Ifa yang tengah berlari menuju ke arah mereka.
"Kau kenal dia?" Bisik Bayu.
"Ya. Dia sahabat Intan." Jawab Setya.
"Intan?" Tanya Bayu masih tak paham arah pembicaraan Setya.
"Gadis yang kau lihat tadi." Jawab Setya singkat.
"Oh gadis penggetar hati." Gumam Bayu sambil mengangguk mengerti.
"Kak, aku rasa aku butuh penjelasan dari kakak." Ucap Ifa langsung tanpa berbasa-basi setelah sampai dihadapan Setya.
"Baiklah. Memang ku rasa aku tak dapat menyembunyikannya darimu sekarang ... Ayo cari tempat duduk dulu." Ucap Setya yakin sambil melangkah menuju bangku yang tak jauh dari tempat mereka saat ini.
Ifa dan Bayu mengikuti dengan patuh. Tentu Bayu tak akan melewatkan kisah ini. Ia juga penasaran tentang Intan, gadis yang mampu menggetarkan hati dingin dari sahabatnya.
"Apa yang ingin kamu ketahui?" Tanya Setya memulai obrolan saat mereka sudah duduk.
"Aku ingin tahu arti sikap kakak pada Intan tadi, ku rasa itu lebih dari sekedar rasa tanggung jawab setelah melukainya dengan bola basket?! Dan jika ada lagi, aku ingin mengetahui semuanya yang berhubungan dengan Intan yang kakak tahu." Ucap Ifa yakin. Bayu menatap Ifa kagum.
"Dia melakukan ini demi sahabatnya?! Sungguh sahabat yang setia..." Ucap hati Bayu.
.
.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
mampir
salam dr dokter tampan dan putri mafia
2021-04-17
1
Sis Fauzi
Jumat pagi hadir nikma
2021-04-16
1
Dhina ♑
#116
🤗🤗🤗🤗🤗
2021-03-19
1