"Aku pulang duluan. Moga sukses broo!" Seru Bayu sembari menepuk bahu Setya sebelum ia melajukan sepeda motor Yamaha Vixion R nya untuk meninggalkan sekolah.
"Ya!" Jawab Setya denga senyum kecil. Sedangkan dirinya tetap menunggu diarea parkir sepeda motor. Dari tempatnya ia bisa melihat dengan jelas siapa-siapa yang masuk dan keluar dari sekolah.
Tak lama kemudian, datang seorang siswa yang tak lain adalah Toni untuk mengambil sepeda motor maticnya. Toni terus menatap Setya, Setya yang merasa diperhatikan menatap kembali Toni. Saat akan meninggalkan parkir, Toni tersenyum sopan pada Setya. Setya membalas dengan aggukan kecil.
"Ada apa dengan anak itu? Senyumnya sopan tapi kenapa tatapannya begitu tajam?! Aku tak tahu dia sebenarnya hormat atau membenciku." Gumam Setya mengingat sikap Toni. Tapi, dia sama sekali tak mau mengambil pusing hal itu. Ia kembali fokus memperhatikan gerbang sekolah.
Beberapa saat kemudian Intan dan Ifa berjalan bersama meninggalkan sekolah dengan sesekali bercanda. Melihat senyum Intan, membuat Setya juga ikut tersenyum.
Setya segera mengikuti Intan dan Ifa dengan berjalan perlahan di belakang Intan dan Ifa dengan jarak yang aman, sampai Intan tak menyadarinya.
Setya terus mengikuti Intan dan Ifa sampai di halte. Ia mengambil jarak yang aman dari halte, namun tetap bisa memperhatikan Intan dan Ifa dari jauh. Sampai ketika bus yang dinaiki Ifa datang yang membuat Intan ditinggal seorang diri. Saat baru naik ke bus, Ifa bisa melihat posisi Setya berada. Ifa tersenyum memberi semangat pada Setya sekilas sebelum bus melaju.
Flashbak on
"Aku punya rencana untuk mendekatkan kak Setya dengan Intan." Seru Ifa pada Setya dan Bayu saat mereka tengah berdiskusi tentang cara kemunculan Setya lagi didepan Intan.
"Apa itu?" Tanya Bayu penasaran.
"Gimana kalau pulang bareng? Jadi kak Setya bisa naik bus yang sama dengan Intan. Kalian bisa mengobrol selama di halte dan di bus. Nanti utuk detailnya, kak Setya tinggal jadi diri kakak sendiri aja." Usul Ifa antusias.
"Boleh juga itu. Rumah kamu dan Intan juga searah, aku rasa ini rencana yang bagus." Ucap Bayu, menimbang-nimbang rencana dari Ifa.
"Tapi, aku kan bawa motor. Bagaimana tentang itu?" Tanya Setya mengingat sepeda motornya.
"Tinggalkan aja di sekolah sehari. Gak bakal hilang kok." Saran Bayu santai.
"Hm, baiklah. Apa ini akan berhasil?" Tanya Setya ragu.
"Kita tidak akan tahu kalau tidak memcoba. Kakak gak boleh menyerah sebelum mencoba. Ingat, ketua kelasku sepertinya menyukai Intan loh." Ucap Ifa memanasi.
"Sungguh?! Kamu yakin?!" Seru Setya terkejut.
"Ya. Aku yakin. Sangat Yakin!" Jawab Ifa penuh penekanan.
"Baiklah, aku akan mencobanya!" Tekad Setya.
Flashback off
Setelah kepergian bus yang ditumpangi Ifa, Setya masih berdiri ditempatnya mengamati Intan dari jauh.
"Rasanya kembali seperti dulu. Aku sangat menikmati momen saat aku memandangmu dari jauh seperti ini." Gumam Setya, mengingat kenangannya.
Tiba-tiba hujan turun yang semakin lama semakin deras. Tak ada pilihan lain bagi Setya selain berteduh di halte bersama Intan. Ia berlari menuju halte.
Sampai ia berdiri tak jauh dari Intan berada, namun kehadirannya sama sekali tak disadari oleh Intan. Ia tengah menatap sendu hujan deras dihadapannya. Dapat Setya lihat sorot mata Intan meredup dan kosong.
"Kamu masih saja tersiksa dengan masa lalumu itu ..." Gumam Setya pelan, hingga hanya dirinya yang bisa mendengarkannya.
Kemudian, Intan menghela nafas panjang dan menunduk sedih. Melihat itu Setya tak dapat menahan dirinya lagi untuk terus berdiam. Ia melangkah mendekati Intan.
"Bolehkah aku duduk disini?" Tanya Setya pada Intan. Seketika, Intan mendongak menatap padanya. Mata mereka pun bertemu.
...****************...
"Bagaimana, apakah aku boleh duduk disini?" Tanya Setya sekali lagi, saat Intan tak menjawab pertanyannya.
Intan tersadar kalau ia sudah terlalu lama menatap Setya. Ia pun membuang muka ke arah lain dengan cepat.
"Ini tempat umum. Aku tak memiliki hak untuk melarang orang lain untuk duduk disini." Jawab Intan acuh.
"Hm, baiklah. Aku anggap itu jawaban untuk iya." Ucap Setya dengan tersenyum.
Beberapa saat hening diantara mereka, sampai Setya membuka suara lagi.
"Bagaimana keadaanmu sekarang, apa sudah lebih baik?" Tanya Setya menatap Intan.
"Ya. Kakak tak perlu mencemaskanku lagi." Jawab Intan dingin.
"Syukurlah kalau begitu ... Tapi, kenapa aku tak boleh mencemaskanmu?" Tanya Setya bingung.
"Alasan pertama karna aku sudah baik-baik saja. Alasan kedua karna aku dengar bukan kakak yang menyebabkan aku terluka. Dan alasan ketiga, karna aku tak mau berhubungan terus dengan kakak!" Ucap Intan dingin tanpa menatap Setya sama sekali.
"Walau bukan aku yang mencelakaimu, tapi aku bagian dari permainan itu. Jadi, sudah sewajarnya aku mencemaskanmu ... Lalu, apa salahku sampai kamu tak ingin berhubungan denganku? Ku rasa aku tak memiliki kesalahan apapun?" Tanya Setya menatap Intan dalam.
Intan kebingungan untuk menjawab pertanyaan Setya. Karna, memang kenyataannya Setya sama sekali tak memiliki kesalahan pada dirinya. Seketika, perkataan Ifa terngiang kembali dibenak Intan. Bahwa, ia tak boleh menyamakan semua orang dengan kesalahan satu orang. Bukankah itu tidak adil?! Akhirnya, Intan memilih diam dan tak menjawab.
Melihat Intan yang hanya diam dan mengalihkan wajahnya ke arah lain, membuat Setya sadar bahwa Intan tak memiliki jawaban yang tepat. Setya, sedikit tersenyum dibuatnya.
"Baiklah, kamu tak perlu menjawabnya dan aku juga tidak memaksamu memiliki hubungan denganku." Ucap Setya penuh perhatian.
Intan masih diam dan mencoba mengabaikan perkataan dan keberadaan Setya. Ia kembali menatap hujan di depannya. Lagi-lagi dengan tatapan sendu yang sangat nyata.
"Apakah kamu membenci hujan?" Tanya Setya, ia tak bisa menahan diri untuk bertanya pada Intan.
Intan tak langsung menjawab. Ia teringat kenangannya bersama Bagas, dimana Bagas menanyakan hal sebaliknya.
"Dulu aku sangat menyukai hujan, tapi sekarang setiap kali melihat hujan dadaku terasa sesak!" Jawab Intan tanpa sadar.
Apa yang ku katakan. Kenapa, aku malah curhat padanya?! Kamu sudah gila Intan!! ... Gerutu Intan dalam hati.
"Hm, begitu. Aku rasa kamu pasti memiliki kenangan yang buruk saat hujan kan, sampai ketika kamu melihat hujan kamu akan merasa sesak seperti saat kenangan buruk itu terjadi?" Ucap Setya yang membuat Intan terkejut karna tebakannya benar. Tapi, Intan berusaha menyembunyikan keterkejutannya itu dan memilih diam tak merespon.
"Apakah sesakit itu kenangan yang kamu miliki saat hujan?" Tanya Setya sekali lagi.
"Aku rasa, aku tak memiliki alasan untuk memberitahu kakak!" Seru Intan tajam.
"Benar. Aku memang tidak memiliki hak untuk mengetahuinya ... Tapi menurutku tidak adil jika satu kenangan buruk membuatmu membenci hujan sampai dirimu sendiri juga tersiksa. Hujan akan terus turun disaat ada dan tidaknya kenangan burukmu itu, karna hujan adalah salah satu skenario Tuhan untuk memperindah ciptaannya. Tak adil bukan, jika kita membenci hujan karna kenangan pribadi. Padahal hujan pasti memiliki tujuannya sendiri saat turun ke bumi. Bahkan, mungkin kenangan indah yang kamu miliki saat hujan lebih banyak daripada kenangan buruk itu." Ucap Setya sembari menatap hujan didepanya.
Mendengar jawaban Setya, Intan seketika dapat mengingat kenangan-kenangan indah yang ia miliki saat hujan dan betapa ia sebelumnya saat menyukai hujan. Kenangan-kenangan itu terlalu berharga, jika ia harus melupakannya hanya karna satu kenangan buruk. Tanpa Intan sadari, ia tersenyum mengingat kenangan-kenangannya sambil menatap hujan.
Apa aku baru saja tersenyum? Aku tersenyum kembali saat menatap hujan?
Seakan ... Seakan ada sebuah tangan yang menarikku dari kegelapan ... Rasanya hatiku sangat lega ...
Intan bingung dengan perasaan lega yang ia rasakan saat ini. Ia menatap Setya dalam, seakan bertanya 'Siapa kamu? Kenapa perkataanmu dapat menghangatkanku?'
Merasa bahwa dirinya sedang ditatap oleh Intan, Setya menoleh dan balas menatap Intan dalam. Sorot matanya memancarkan kehangatan.
Ada apa dengan tatapan itu?! aku merasa hangat ...
Perasaan apa ini? Walaupun kami tak saling mengenal sebelumnya, tapi seakan dia sangat mengenalku ... Gumam Intan dalam hati.
Tersadar kembali, kalau dirinya lagi-lagi terlalu lama menatap Setya. Kali ini Intan memilih bangkit dari duduknya dan berdiri ditepi halte membelakangi Setya.
Intan kembali menatap hujan, perlahan ia mengulurkan tangannya, membiarkan butir hujan membasahinya. Perlahan ia menutup matanya merasakan bulir-bulir hujan mengenai wajah dan tubuhnya. Rasanya nyaman dan tenang. Perlahan, senyum indah mulai terukir diwajah Intan.
Setya tetap ditempatnya mengamati apa yang dilakukan Intan. Walaupun, ia tak melihat ekspresi Intan sekarang, namun ia yakin bahwa saat ini Intan sudah bisa menerima hujan. Ia juga ikut tersenyum menatap punggung Intan. Ia mengeluarkan ponselnya lalu memotret Intan dari belakang diam-diam.
Sampai saat bus yang dinaiki Intan berhenti didepan halte, namun Intan yang terlalu asyik dengan dunianya tak menyadari itu. Akhirnya, Setya berdiri mendekati Intan.
"Apakah kamu tak mau pulang?" Tanya Setya sembari menepuk bahu Intan.
Intan yang masih asyik dengan dunianya pun terkejut saat merasakan tangan berat menyentuh bahunya. Ia menoleh manatap Setya bingung.
"Huh?" Pekik Intan.
"Apakah kamu tak mau pulang?" Tanya Setya sekali lagi, sembari mengarahkan dagunya ke arah bus dibelakang Intan.
Intan yang masih belum sepenuhnya sadar dari keterkejutannya pun mengikuti arah yang ditunjuk Setya. Ia melihat bus nya sudah datang, disitulah Intan baru sadar bahwa ia harus pulang.
"Oh tentu saja." Jawab Intan canggung.
Intan berbalik dan mulai menaiki tangga dalam bus. Namun, di tangga pertama tangannya ditarik oleh Setya hingga membuatnya menghadap kembali pada Setya. Belum sempat ia protes, tiba-tiba dengan gerakan cepat tubuhnya sudah dibungkus oleh jaket milik Setya.
"Pakailah ini. Bajumu hampir basah, nanti kamu masuk angin." Ucap Setya lembut.
Setelah itu ia berjalan mundur membiarkan pintu bus menutup dan bus mulai melaju meninggalkan halte. Intan menatap Setya yang masih berdiri ditempatnya dengan bingung. Saat Setya sudah tak terlihat lagi, ia mengalihkan tatapannya pada jaket biru tua yang kebesaran ditubuhnya saat itu. Namun, ia merasa hangat disana.
Ada apa denganku? Dan siapa kakak itu sebenarnya?Kenapa daritadi perasaanku terus merasa hangat saat bersamanya? Kata-katanya, tindakannya seperti ia sangat mengenalku ...
Seakan, ia berusaha mengeluarkanku dari kegelapan dalam hatiku? ...
Intan pun berjalan mencari tempat duduk yang kosong dalam bus, kemudian ia menyandarkan kepalanya pada kaca bus sembari menatap hujan.
Setelah sekian lama, akhirnya aku bisa keluar dari rasa tersiksa saat menatap hujan ...
Terima kasih ...
.
.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
aku mampir lagi kak dengan slow
2021-04-20
1
Sis Fauzi
semangat up Thor ❤️ lanjuut
2021-04-16
1
Perjuangan cinta Tuan Muda
lanjjt thor. salam dr asisten pribadi tuan muda
2021-04-12
1