Aku mengikuti sang vikaris dari belakang.
"Akhir-akhir ini banyak orang tertimpa penyakit aneh. Mereka sering melihat bayangan mencurigakan. Ketika kau tiba ke tempat ini, Sang Uskup Agung bisa merasakan keganjilan dalam tubuhmu, tapi kau tampak tidak berbahaya."
Orang-orang mengatakan aku memiliki aura mencekam, maka dari itu mereka tak mau mendekat. Namun, aku tidak sadar sebegitu kuat keberadaanku hingga menarik perhatian sang uskup.
"Orang-orang yang menderita penyakit ini tidak pernah bangun dari tidurnya. Itu sangat mengerikan. Sang Uskup berada tak jauh dari sini," lanjutnya.
Selama di perjalanan, aku menyadari kami tidak memasuki gereja. Syukurlah. Aku tak mau menodai tempat suci itu dengan keberadaanku.
Namun, secara aneh kondisi di sekitar berubah. Bergerak menjadi sangat ... lambat.
Bahkan penglihatanku menjadi buram; seluruhnya berwarna abu-abu.
Ugh. Tiba-tiba napasku terasa begitu mencekik, tetapi aku tetap berusaha mengikuti sang vikaris. Hanya saja, langkahku semakin pelan.
Aku mulai berkeringat dingin.
Di depan, samar-samar aku menyaksikan dua anak kembar.
Satu rambut hitam persis seperti sang vikaris, bahkan wajahnya juga mirip, hanya tampak lebih muda.
Satu lagi gadis rambut biru laut.
Aku tak mengerti kenapa mereka bisa muncul tiba-tiba, tetapi aku terus saja menyeret langkah---uh, sesak.
Kulihat anak perempuan rambut biru ... menangis?
'Jangan menangis.'
Tubuhku tidak bisa bergerak sekarang. Ada sebuah tekanan yang kuat sekali.
'Sudah-sudah. Kita sudah berjanji akan selalu bersamakan? Ayo pergi.'
Si gadis rambut biru menangguk. 'Kita berjanji akan selalu bersama!'
Mereka melangkah menjauh seraya bergandengan tangan dan aku hanya bisa menyaksikannya. Hingga mereka melangkah menjauh, dan ... hilang.
Seketika keadaan di sekitar juga kembali normal.
Akhirnya aku bisa kembali bernapas dengan normal. Langsung aku memegang dada, mencoba teratur mengambil udara.
Apa-apaan itu tadi ....
Mungkinkah serpihan memori?
"Kau baik-baik saja?"
Aku mengerjap berkali-kali, mencoba mengumpulkan fokus dan menjawab, "I-iya, saya baik-baik saja. Maaf sedikit melamun."
Kami kembali melanjutkan perjalanan sampai tiba di halaman belakang. Cukup luas.
Di depan aku melihat sosok orang tua mengenakan jubah hitam polos semata kaki dan sabuk sutera ungu.
Beliau berbalik menyadari kehadiran kami sehingga terlihat salib pektoral dengan rantai dan cincin di tangan kanan. Tatapan matanya sangat teduh.
Tuhan, ini sungguh Sang Uskup Agung! Aku langsung membungkuk.
"Oh, tidak perlu terlalu formal."
Mendengar itu aku mencoba menatap beliau yang tersenyum lembut. Namun, tetap saja aku merasa segan.
"Hmmm, apa kau melihat hal aneh selama perjalanan ke sini?"
Sontak terbesit saat melihat sosok dua gadis kecil. Aku pun menjawab, "Saya melihat ilusi."
"Hmmm, begitu." Beliau mengangguk sesaat. "Kau anak spesial yang mempunyai ingatan tak terlupakan, itu terkunci jauh dalam hatimu. Itulah sebabnya ...."
Keanehan yang beliau rasakan dariku ... adalah ini?
Namun, mungkin ada benarnya. Aku mulai melihat kedua telapak tangan.
Head Master setia dengan organisasi Vaughan dan terus membasmi naga karena dendam terhadap mereka, membuat manusia terlebih keluarganya sengsara karena penyiksaan tanpa ampun dari sosok King.
Sedangkan aku ... tentu kita sangat marah ketika orang terkasih direnggut, tetapi bagaimana jika yang merenggutnya adalah diri sendiri?
"Mungkin juga takdir yang membawamu ke sini. Saya akan memberikan jimat lentera minyak, nyalakan itu di tempat yang penuh kenangan untukmu," lanjut beliau.
Ketika kami berbicara, ternyata sang vikaris telah menyediakan benda yang beliau maksud.
Aku menerima lentera tersebut dan mengeceknya sesaat.
Untung saja masih menyimpan pemantik api listrik dalam tas pinggang, tetapi di mana tempat penuh kenangan untukku?
Maksudku, selama ini aku hanya menghabiskan waktu di dalam akademi; pun keluar sekadar menjalankan misi.
Lagi pula aku baru saja satu setengah tahun berada di dunia ini.
Samar-samar aku bisa mendengar sang uskup bergumam, "Mungkin ini bisa berakhir buruk ...."
Aku menoleh ke arah beliau, memastikan apa yang didengar itu benar atau tidak karena suaranya pelan sekali, tetapi beliau hanya tersenyum kepadaku.
"Nak, jika terjadi sesuatu, kau bisa kembali untuk melaporkannya."
Aku mengangguk dan kembali berpikir tempat apa yang berarti untukku.
Sontak teringat kejadian jauh-jauh hari ketika aku dan Fate melawan Elite yang mencoba menjadikan gadis kecil sebagai Pawn.
Mungkin bisa berkunjung ke sana.
Terlebih, tempat itu mengingatkanku pada waktu di mana ia--orang terkasihku--mengenalkanku tentang salju.
Sungguh, itu saat-saat indah yang tak bisa kulupakan.
...****************...
Aku kembali menaiki motor.
Sebelum menyalakan mesin, aku mendongak melihat langit. Sudah sore. Akan memakan waktu pergi dari Rhodes ke Piotr karena jaraknya lumayan jauh.
Aku harus cepat.
Langsung aku beranjak pergi memasuki jalan raya yang tak begitu ramai.
Holografi yang ada di setiap gedung; entah di atas yang menunjukkan reklame atau mengelilingi tembok kaca, menyala terang ketika langit perlahan menjadi gelap. Lampu-lampu juga dihidupkan, menuntun kendaraan dalam lalu lalang kota.
Akhirnya aku memasuki wilayah hutan dan lama kelamaan pepohonan terasa semakin lebat, memaksaku menuruni motor.
Tempat ini masih sunyi seperti biasa, tetapi jauh lebih tenang tanpa ada hibrida waktu itu.
Aku memutuskan mendekati salah satu pohon yang cukup besar dan mengeluarkan korek api listrik untuk menyalakan lentera minyak.
Cahaya kuning lentera bersinar lembut, membuatku merasa tenang.
Mendadak suara tawa menggema dan itu terdengar tak asing, membuatku secara spontan menelusuri sekeliling---di sana!
Tampak rambut panjang warna merah muda terkibas lembut ketika wanita itu berlari di kejauhan.
Mungkinkah itu ....
"Tunggu!"
Tanpa pikir panjang aku mencepatkan langkah mengikutinya berlari ke dalam hutan.
Kulihat napas tergesah-gesahku mulai mengepul karena dinginnya malam.
Ah, tak peduli! Karena wanita itu ....
Sayangnya aku mulai kesulitan untuk mengejarnya karena rimbun pepohonan berserta semak-semak, dan hari semakin gelap.
Lantas aku merentangkan lentera ke depan demi membantuku melihat sekitar.
Samar-samar tampak bayangan seseorang tak jauh dari tempat kuberdiri. Langsung aku mendekatinya.
Justru ... aku menemukan gadis kecil. Tunggu dulu.
Bukankah itu si kembar rambut biru laut yang sebelumnya kulihat?
Apa yang dilakukannya di sini?
Tanpa memakan waktu aku mendekat dan bersimpuh di sampingnya. "Apa yang terjadi?"
Dari kondisinya, tidak bisa dikatakan baik-baik saja.
Dia penuh luka, bahkan suara erangan begitu pelan. Dia kehabisan tenaga.
Namun, sekilas aku bisa mendengarnya merintih, "To-tolong. Se ... rigala."
Refleks aku menoleh ke samping dan tampak serigala putih yang melompat.
Refleks aku mengeluarkan Heart Core, lalu merentangkan tangan dan lingkaran sihir hitam pun muncul.
"Ice lance!"
Batu es runcing langsung menghunjam ke sasaran. Lantas aku menghalau percikan darah dari si gadis kecil karena jarak kami dengan serigala itu begitu dekat.
Kemudian aku berdiri dengan menaikkan lentera sejajar wajah.
Di depan, banyak kawanan serigala mulai bermunculan.
Sigap aku melempar senjata ke arah kumpulan serigala itu.
"Phase Bomb!"
Bam!
Beberapa hewan buas terpental karena ledakan heboh yang dihasilkan senjataku.
Di balik kepulan es, banyak serigala mulai mengejar dengan menampakkan taring-taring mereka.
Bagus, kini perhatiannya tertuju kepadaku.
Saat berlari dari mereka, aku melempar Floating Hourglass ke atas kawanan serigala.
"Azure Circle!"
Lingkaran sihir hitam dengan diameter 5 meter muncul tepat di atas mereka, menghantarkan hujan es runcing.
Seluruh serigala mati saat itu juga. Ini tidak sulit seperti melawan para hibrida.
Namun, kenapa gadis itu bisa berada di tempat berbahaya seperti ini?
Siapa pun yang meninggalkannya dalam hutan sendirian sungguh keterlaluan. Lebih baik aku segera kembali.
Setibanya, kulihat dia ditemani seorang bapak. Mungkinkah itu orang tuanya? Jika iya, syukurlah gadis itu tertolong karena terlihat sungguh kesakitan.
Rasanya ingin membantu mereka, siapa tahu bisa mengantar meleka pulang, tetapi ... seketika badanku tidak bisa bergerak.
Apa lagi yang terjadi?!
"Ritual, tidak boleh gagal," ucap sang bapak dengan merentangkan tangan kanan tepat ke arah gadis kecil. Lingkaran sihir kuning turut muncul di bawah mereka. "Hancur!"
Sontak tubuh gadis itu terkoyak.
Dia pun menjerit kesakitan hingga terdengar melengking.
Menyaksikan itu, seketika aku teringat kejadian terdahulu ketika manusia menyiksaku.
Keji; sadis; kejam, tidak mungkin ada orang tua berbuat keterlaluan seperti ini bukan? Napasku terasa berat karena gejolak dalam dada.
Dalam hitungan detik sosok bapak menghilang bagai abu dan saat itu juga penglihatanku memudar.
Aku merasa ... seperti tenggelam dalam kegelapan.
Samar-samar kudengar suara kecil menggema.
'Apa kita akan selalu bersama?'
'Ya!'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
John Singgih
ilusi atau gambaran dari sesuatu dimasa lalu ?
2022-05-29
0
☠️ghostring☠️
kom
2021-11-01
0
☞︎︎︎🥨🥨🥨☜︎︎︎
ilusi / hlusinasi?
2021-10-29
0