Di balik kabut tebal, matahari terbit. Cicit burung menggelitik pendengaran. Ia membangunkanku dengan kecupan.
Senyumnya melebar bagai kelopak mawar mekar satu demi satu beriringan dengan mataku yang terbuka perlahan.
"Selamat pagi." Ia tak pernah bosan menyapaku.
Jika matahari tersenyum cerah--seperti ia--kami mencoba untuk menjelajah. Katanya, ini adalah hal yang tak pernah bisa ia lakukan karena tinggal sendirian. Tapi sekarang ... tidak, aku tak akan meninggalkannya.
Aku bersumpah kepada diriku sendiri.
Ia pun mengenaliku berbagai macam hal.
Putih turun perlahan ini salju. Rasanya dingin tapi ia memelukku, menjadi hangat.
Lalu bola putih melompat itu kelinci; dulu aku sering bertemu dengan kelinci; aku tidak tahu namanya kelinci; maafkan aku tuan kelinci.
Kami habiskan seluruh waktu dengan canda dan cerita.
Di satu waktu, kami berjalan ke sungai.
Airnya jernih dan deras, lantas aku melihat bayanganku di air---oh, jauh sekali berbeda dengannya. Sekarang aku sangat hitam dan ia berwarna.
Seketika ia memelukku, memecah lamunan. Erat sekali, seakan dunia akan hancur jika ia melepasnya.
Lalu kami bertatapan, matanya bersinar seperti langit tanpa mendung.
"Hitam yang membuat warna lain lebih bersinar," ucap lembut dari bibir merahnya, memancing senyum---aku, tersenyum?
Itu pertama kalinya merasakan bahagia; pertama kalinya aku merasa begitu hidup, bernapas; berlari; tertawa.
...****************...
Ada banyak cerita dalam bukunya, semua tertata rapi pada rak besar di rumah.
Ada satu cerita.
Bintang Vega dan Altair; Orihime dan Hikiboshi, mereka hidup bahagia sampai Raja Langit memisahkan. Mereka dipisahkan oleh Sungai Amanogawa--Galaksi Bima Sakti--dan hanya diizinkan bertemu setahun sekali pada malam ke tujuh, bulan ke tujuh.
Kalau hujan turun, Sungai Amanogawa meluap dan tak bisa diseberangi. Sekawanan burung kasasagi akan terbang menghampiri Hikoboshi dan Orihime yang sedang bersedih, berbaris membentuk jembatan supaya mereka bisa menyeberang dan saling bertemu.
Itu cerita yang paling aku suka.
Lalu ia memberiku nama Hikiboshi. Ia memintaku memanggilnya Orihime, agar seperti kisah mereka ... walau sulit bertemu, pasti akan ada pertolongan untuk kembali bersama.
Aku suka nama itu, lebih baik daripada panggilan para manusia berikan yang tak pernah mau aku ucap.
Orihime.
Aku terus memanggil namanya, hari demi hari. Aku percaya, bagaimanapun, kami akan selalu bersama dalam Rasi Bintang Lyra.
Sebenarnya aku tak mengerti apa itu cinta, hal itu terlalu abstrak untuk kumengerti. Namun, jika kebahagiaan ini; kenyamanan ini; kehangatan ini; kebersamaan ini adalah cinta, maka aku ... mencintainya.
"Aku mencintaimu."
Aku berkata seakan ingin merangkul kehidupan dengan cahayanya.
"Aku mencintaimu."
Kami berkata seakan ingin melewati waktu dengan benang-benang kata tersebut.
Orihime menyukai karamel apel, maka Hikiboshi juga menyukainya. Itu sangat manis, semanis bibirnya.
Orihime menyukai begonia, maka Hikiboshi juga menyukainya. Itu sangat harum, seharum dirinya.
Orihime menyukai sutra, maka Hikiboshi juga menyukainya. Itu sangat lembut, selembut kulitnya.
Orihime menyukai susu stroberi, maka Hikiboshi juga menyukainya. Itu sangat berwarna, sewarna rambutnya.
Lalu ia mengajariku mengenai Tuhan.
Tuhan. Jika Engkau mendengarku, aku sangat bersyukur. Terima kasih sudah menciptakanku ke dunia yang penuh dengan warna dan ... ia.
Terima kasih sudah mempertemukanku dengannya.
Itu adalah ucapan syukur dalam sunyi, sesunyi air mata yang meleleh di pipi. Terisak, pelan, sopan.
Terima kasih, Tuhan. Aku tak bisa berhenti bersyukur.
Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih.
Waktu kami banyak, sangat banyak. Aku senang ia tidak menua. Tidak masalah aku hidup abadi. Asal dengannya, ini bukan kutukan, tapi sebuah berkah.
Aku terus berdoa hingga merasa ... lelah. Mengantuk. Aku terjatuh dan meringkuk dalam pelukannya.
"Selamat tidur."
...****************...
Ah.
Takut. Takut sekali.
Apa yang aku lakukan?
Harusnya menyadari ini dari dulu, aku tak layak mendapatkannya.
Fana, semuanya bohong.
Ilusi, tak nyata.
Harusnya aku sadar lebih awal, maka aku---
"Tapi kamu berbeda." Seketika terasa lengan bajuku ditarik.
Mataku mengerjap untuk kesekian kali karena kupikir, aku melihatnya lagi. Namun, ini hanya gadis tadi siang ketika Profesor Kaidan mengenalkannya kepadaku.
Aku memijat dahi dengan tangan kanan.
Delusi, aku hampir tidak bisa membedakan mana pikiranku dan mana kenyataan. Terlebih, suka mengingat masa-masa itu.
Bersama orang tercinta yang ... kubunuh!
Ck!
"Maaf melamun, sepertinya karena lelah. Saya mau beristirahat." Segera aku bangkit dari duduk, tetapi lagi-lagi bajuku ditarik, membuatku terjekut dan menoleh kepadanya.
Gadis itu memadangku dalam-dalam, entah apa yang dia pikirkan.
Mungkin aku tidak bisa lepas dengan mudah darinya.
"Siapa namamu?"
"Fate," jawabnya dengan genggaman pada bajuku makin dia eratkan.
"Dari mana kamu berasal?"
Dia terdiam dengan menggigit bibir bawah, wajahnya berubah ... sedih? Tak lama, hingga menjawab, "Tidak ingat."
"Bagaimana dengan Kota Wright? Atau Tran yang tak jauh dari sini? Atau---"
"Tidak ingat, aku juga tidak tahu ini di mana dan dari mana asalku."
Apa dia hilang ingatan? Dari ekspresinya ....
Sekilas terlihat sepertiku dulu. Tidak tahu dari mana; tidak tahu di mana; tanpa ada orang menemani.
Kesepian.
Seketika teringat ucapan Profesor Kaidan kalau dia sama sepertiku. Apakah dia juga dari dunia lain? Misi itu, aku harus menemaninya. Jika aku tinggalkan sendiri, maka dia akan ....
Aku mencoba menyentuh pipi si gadis yang masih menunduk---ah! Tidak jadi.
Bagaimana jika berakhir melukainya? Bagaimana jika kejadian itu terulang lagi? Namun, aku juga tidak mau dia merasa kesepian, karena itu menyakitkan. Apa yang harus aku lakukan? Aku---
"Kamu berbeda," ucapnya lagi dengan bangun dari duduk.
Meski wajah si gadis terus datar, tapi di bawah sinar rembulan matanya bercahaya abu bersih kebiruan seperti raja malam.
Aku terdiam, antara tidak mengerti dengan apa yang dia ucapkan atau tatapan itu begitu mengagumkan. Aku menjadi teringat ketika bercerita, dia tahu kalau itu tentangku.
Apa dia bisa membaca pikiran?
"Bagaimana bisa tahu kalau cerita itu tentang saya?"
"Bukannya kau sendiri yang katakan?"
Aku sedikit memiringkan kepala, masih tak mengerti apa maksudnya. Aku tidak mengucapkan itu tentangku, lebih tepatnya tak sempat karena sudah dia potong terlebih dulu.
"Katamu itu kisah nyata dan kau tahu persis detail ceritanya, jadi ...."
Seketika aku tertegun, pemahamannya tajam sekali. Kalau begitu, seharusnya dia juga tahu seberapa berbahayanya diriku.
"Kamu mengertikan kalau saya berbahaya?"
"Kamu berbeda, aku bisa merasakannya." Wajahnya berekspresi sedih sekilas, membuat aku ragu apa itu hanya perasaanku saja atau benar sempat kulihat.
Namun, sigap aku mundur ketika dia mencoba menyentuh dadaku.
Dengan menepis genggamannya dari baju, aku terus menjauh. "Pertama kali melihat anak yang terlahir dari iblis?"
......................
...Sejarah mengenai dunia ini yang masih banyak pertanyaan; sejarah mengenai dia yang terlalu menyedihkan. Tetap saja, dia berbeda....
...(Sudut pandang Fate ketika mencari tahu sejarah dunia dan mendengar masa lalu Red)...
...https://trakteer.id/applelikecaramel/showcase/historia-fate-pov-bYLAs...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
John Singgih
ada kenangan yang indah dalam penderitaannya
2022-05-20
0
☞︎︎︎🥨🥨🥨☜︎︎︎
suka ksian sndri
2021-10-29
0
Ritsu 73
bakagss
2021-10-29
0