Jika aku kembali menyakiti orang lain, aku semakin tidak bisa memaafkan diri sendiri lebih dari ini. Aku akan merasa susah.
Kalau tidak memiliki apa-apa maka tak akan kehilangan apa pun, lalu mati dengan keadaan sepi.
Seharusnya aku hidup seperti itu.
Sebab sampai sekarang pun masih bertanya kenapa harus hidup, apa gunanya?
Pada akhirnya aku merasa hampa. Ibarat boneka, hanya mengikuti arus panggung sandiwara tanpa arah dan tujuan.
Namun, sampai kapan?
Pasti sungguh menyenangkan mendapatkan sebuat pelukan; sebuah kehangatan; sebuah kasih sayang penenang hati.
Hal itu tiba, yang aku impikan datang.
Ia mengulurkan tangannya padaku, menyeretku keluar dari kegelapan. Dengannya, aku bahagia. Bersama, kami penuh tawa. Seluruh luka ini tertutup, pun kekosongan dalam hati terisi.
Itu pertama kalinya aku bisa menghirup udara dalam-dalam.
Namun, dengan kebodohanku pula kehilangannya.
Sungguh benci; dendam; geram, kepada diriku sendiri.
Benci. Benci. Benci.
Aku masih butuh semua itu, tahu?!
Sakit. Menyakitkan.
Benci.
Aku masih butuh kehangatannya, tetapi kenapa aku renggut? Kenapa aku membunuhnya?!
Benci. Benci.
Benci!
Prang!
Tanpa sadar aku kembali menghancurkan cermin di kamar dengan satu genggaman tangan, entah ini yang keberapa. Aku tak tahan melihat diriku sendiri.
Anak iblis!
Langsung aku membanting raga ke kasur, membiarkan tangan dengan beberapa potong beling masih menancap di sana.
Tidak sakit, atau mungkin aku sudah mati rasa.
Mata terasa berat tapi aku tak bisa tidur.
Bagaimana tidur dengan kondisi seperti ini? Terbebani.
Lantas mencoba menutup mata dengan lengan kiri. Lengan kanan aku biarkan bergelayutan pada samping kasur, darah segar masih menetes di sana.
Mendadak aku teringat kejadian kemarin siang ketika Profesor Kaidan menemuiku.
Gadis itu ... mungkin aku menyakiti hatinya.
Namun, apa ia ... ah, aku tak mengerti.
...****************...
Waktu itu, aku langsung bergegas pergi keluar ruang rawat. Melewati dia yang masih berdiri di dekat pintu; melihatku berlalu begitu saja.
Aku tidak berani membalas tatapan mata perak samar biru tersebut.
Malamnya aku menghabiskan waktu di balkon lantai atas perpustakaan, lantaran bisa melihat langit dengan jelas di sana.
Tanganku mulai mencoba meraih; telapak pucat juga menghadap, keindahan alam di atas sana. Sebab sampai saat ini aku masih berharap suatu saat---
"Star."
Mendengar itu aku langsung mengepal tangan, menariknya kembali ke posisi semula dan menoleh ke asal suara.
Gadis tadi siang.
"Seperti namamu, REDstar."
Aku mengembuskan napas panjang setelahnya. "Bukan, saya tidak punya nama. Itu hanya panggilan dari orang-orang."
Sejujurnya aku benci panggilan tersebut, tidak sesuai dengan diriku.
Tak seindah bintang.
Akhirnya aku mencoba mengganti topik. "Sudah larut, tidak tidur?"
"Belum mengantuk, perpustakaan juga tempat yang aku suka, jadi aku mengunjungi perpustakaan ini. Ternyata buku-buku di sini bagus juga."
Oh? Biasanya kalau aku tidak bisa tidur, ia--orang terkasihku--membacakan cerita dan ... memelukku.
Ah, mana mungkin aku memeluk gadis itu, yang sudah aku sakiti perasaannya ketika pertama bertemu.
"Mau mendengarkan sebuah cerita?"
Dia mengangguk.
Langsung aku duduk di sampingnya dan mulai bercerita ... tentang monster kecil.
Monster kecil yang ingin bebas dan belajar mengenai dirinya tetapi begitu bebas, hanya pedih dirasa.
Monster kecil yang manusia takuti; yang manusia sakiti.
Monster kecil yang hanya mengetahui bahwa manusia hanya memberikan rasa sakit.
Monster kecil yang memutuskan untuk menyendiri, hingga seorang perempuan menemukannya. Untuk pertama kalinya monster kecil merasakan kebahagiaan; cinta; kasih sayang; harapan, berkat perempuan tersebut.
Namun, kebahagiaannya sirna begitu saja ... oleh tangan monster kecil sendiri.
Dan hanya dalam satu hari itu pula, monster kecil kehilangan semuanya.
Putus asa dan ditelan kegelapan.
"Aku tidak kenal dengan cerita itu," ucapnya mendadak.
Sedangkan aku masih melihat langit. "Memang bukan cerita, tapi kisah nyata. Tentang---"
"Kamu."
Sontak aku memandangnya dengan heran, tapi gadis itu lanjut berkata, "Dan aku sangat yakin kau berbeda."
......................
...Dunia lain; ingatan yang samar; sebuah map dokumen hitam, itu semua ... tidak ada yang kebetulan....
...(Kisah Fate menjadi anggota Vaughan)...
...https://trakteer.id/applelikecaramel/showcase/tawaran-fate-pov-vU51s...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
John Singgih
MC ternyata ingin mati
2022-05-20
1
owl_panda
penasaran kok bisa immortal ya
2022-01-12
1
☞︎︎︎🥨🥨🥨☜︎︎︎
dalem bgt kta2ny
2021-10-29
0