Aku membuka mata, sedikit menguap kecil dan melihat ke arah jam di kamar ... pukul dua siang?
Aku sedikit terkejut karena baru sekarang bangun sebegini telat. Rasanya itu pertama kali aku tidur nyenyak semenjak tiba di dunia ini.
Mendadak terbesit kejadian tadi malam---
"Astaga!"
Aku langsung beranjak duduk, karena teringat semalam menangis dan Fate---astaga, memalukan sekali!
Refleks aku menutup wajah menggunakan kedua tangan dan meringkuk-ringkuk di atas kasur lantaran mulai berpikir aneh-aneh.
Bagaimana kalau nanti bertemu Fate? Pasti canggung, atau Fate pikir aku cengeng?
Aaaah, tidak-tidak! Kalau Fate tak mau melihatku lagi bagaimana? Bisa-bisanya aku menangis di depannya dan ... kupeluk!
"Sen pasti membunuhku. Sen pasti membunuhku. Sen pasti mem---"
Bip! Bip!
Suara ponsel yang berdering menarik perhatianku sepenuhnya.
Aku langsung bangun dan mendekati meja belajar yang ada di sisi kanan kasur. Kebiasaan meletakkan ponsel di sini agar tidak mengganggu ketika istirahat---tunggu dulu, semalam aku tertidurkan?
Siapa yang membawaku kembali ke kamar?
Dan semua peralatan persis di mana aku biasa meletakkannya. Fate tidak mungkin tahu karena aku tak pernah mengajaknya masuk ke kamarku.
Aku menutup mulut menggunakan telapak tangan kanan, suatu kebiasaan ketika mencoba berpikir ... siapa kira-kira yang membawaku kembali ke kamar sebari mengecek ponsel.
'Sesuatu yang genting terjadi beberapa hari belakangan! Segera temui aku di kafetaria. Aku harus memberi tahukan kabar ini secara langsung, empat mata.
Kamu harus datang! Kamu sangat HARUS datang!'
Eh, Cecil? Tak biasa menghubungiku seperti ini. Kafetaria akademi, ya?
Lantas aku bergegas menyiapkan diri; mencuci muka; melakukan hal lainnya hingga selesai. Tanpa memakan waktu aku pun menuruni tangga club.
Ruang utama sedikit sepi, hanya ada beberapa anggota duduk di sana melakukan aktivitas normal mereka.
Sepertinya orang-orang mulai sibuk dengan misi mereka masing-masing terbilang sudah memasuki awal bulan Maret. Maka aku meninggalkan gedung dengan segera.
Meski gedung-gedung club dan kafetaria tidak begitu jauh, aku harus cepat menemui Cecil. Tidak tahu apa yang nanti ia sampaikan, sepertinya cukup serius.
Ah, ternyata siang ini salju turun. Tak banyak; tak lebat; tak begitu dingin.
Lantas aku memasukkan kedua tangan ke saku celana, sungguh tidak menduga ini akan terjadi lantaran sebentar lagi musim semi.
Dari kejauhan terlihat Cecil berdiri di bawah pohon dekat kafetaria, membuat kakiku berlari-lari kecil.
Rasanya sudah lama tidak berpapasan langsung seperti ini, Cecil sangat ... pendek, tingginya hanya seperut---ah, segera aku menggeleng.
Ada hal lebih penting yang harus dibahas.
"Ada apa?"
Cecil langsung mendongak, entah mengapa terasa canggung dan kasihan melihat dia kesulitan menatapku.
Namun, Cecil masih berwajah datar dan berkata, "Kita duduk di meja itu, paling pojok."
Lantas kami menuju ke tempat yang dia tunjuk.
Di bawah meja dengan dua bangku berhadapan dan payung besar meneduhi, kami bertatapan.
Baiklah. Sebenarnya kami ingin membahas masalah serius, tetapi ... dia kecil sekali. Astaga. Ketika duduk, badannya tidak terlihat. Tuhan, hanya kepala saja yang tampak!
Cecil meletakkan binder merah mudanya ke atas meja, lalu membuka pada lembar hampir belakang.
"Kamu baca gosip yang ada di forum? Di Kota Rhodes banyak orang yang tertidur dan enggak bisa bangun lagi. Kabarnya mereka memiliki kesamaan: masa lalu yang buruk dan berdoa sekali di gereja utama kota. Walau hanya gosip, tapi terdengar seriuskan?"
Aku menutup mulut menggunakan tangan kanan, terdiam beberapa saat dan bertanya, "Kenapa memberitahukan saya masalah ini? Tidak lapor kepada profesor?"
Dia menggembungkan pipi dan mengerutkan dahi. Ah, ternyata Cecil lucu juga.
"Dengar ya! Satu, itu cuma gosip. Gooosip! Kita enggak tahu itu sungguhan atau enggak. Ke dua, satu bulan yang lalu kamu ke Kota Tran 'kan? Jarak Rhodes dan Tran itu enggak jauh, siapa tahu kamu mengerti masalah ini. Ke tigaaaa, kamu Grade S di club. Aku sempat menghubungi Fate tadi, tapi ia balas pesanku katanya enggak bisa datang. Sibuk dengan misi."
Syukurlah Fate sibuk, jika tidak aku tak tahu bagaimana menghadapi---tunggu, pantaskah aku berpikir demikian?
Dan satu bulan yang lalu--tepatnya awal Februari--aku memang pergi ke Kota Tran bersama Fate untuk melaksanakan misi Guidence, tetapi setelah itu kami tidak berkunjung ke kota mana pun karena---Tuhan, jika diingat lagi rasanya memalukan, sering salah tingkah di dekat Fate!
Aku langsung menunduk.
"Y-ya ... walau Rhodes di sebelah selatan Tran, tapi saya tidak ke sana. Saya tidak tahu---"
Brak!
Aku terkejut lantaran Cecil membanting meja dengan kedua tangan.
"Kamu tuh jarang buka medsos jadi ketinggalan berita! Lebih baik kamu cek tempat itu! Kalau itu ada hubungannya dengan para naga, kamu tahu bukan naga apa yang bisa mengontrol manusia?"
"Elite, atau yang lebih parah ... General," jawabku.
"Itu kenapa aku beri tahu kamu karena kamu Grade S di club kita! Lagian orang-orang juga enggak menganggap ini serius karena cuma gosip. Mereka lebih mementingkan misi. Kamu enggak ada misi 'kan?"
Aku mengangguk menjawab pertanyaan Cecil.
"Nah, kamu ceklah itu. Kalau memang ada kaitannya sama naga kamu bisa laporkan atau kamu basmi sendiri, toh kamu anggota Departemen Eksekusi."
Cecil mendorong bindernya ke arahku, susah payah merentangkan tangan menunjuk gambar serupa ... peta? Ah, banyak sekali hiasan dan gambar kepala kelinci di sekitarnya.
"Kota Rhodes agak terpencil. Dekat dengan Tran, tapi, ya, di kelilingi hutan jadi enggak bisa teleportasi. Ini sudah aku siapkan gambaran kotanya, jaga-jaga kamu enggak pernah ke sana ... dan ternyata memang kamu enggak ke Rhodes."
Terasa seperti dimarahi ... tetapi Cecil cukup cekatan menyiapkan ini semua. Dia tidak main-main, wajar saja bisa terpilih menjadi sekretaris club.
Akhirnya aku mendengarkan penjelasannya. Tentang letak gereja yang dimaksud, gejala-gejala yang tertimpa korban, dan sebagainya.
Sungguh untuk seukuran gosip, ini terdengar cukup serius dan ... terasa nyata. Ditambah kita sebenarnya masih dalam bayang-bayang para naga, tetapi manusia biasa tidak menyadarinya.
Siapa tahu untuk masalah ini mereka juga tidak menyadari dalam pengaruh naga.
Cecil merobek kertas yang berisi gambaran peta dan memberikannya kepadaku.
Aku mengangguk mengerti dan segera beranjak dari duduk---oh, aku akan membeli beberapa potong roti terlebih dulu. Terasa lapar.
...****************...
Aku melakukan teleportasi---uh, sensasi ini. Aku mengerjapkan mata beberapa kali hingga terasa tiba di gerbang utama taman Kota Tran.
Di balik pilar-pilar besar di taman, aku melihat sekitar ... sepi.
Langsung saja aku mengeluarkan Heart Core, menyiapkannya menjadi motor yang biasa kugunakan--Phoenix--dan bergegas pergi menuju Kota Rhodes.
Aku harap bisa sampai sebelum malam.
Cukup memakan waktu hingga tiba di tempat tujuan.
Motor aku hentikan tepat di depan gereja besar nan megah bak istana. Ukir rumit di sekitar tembok begitu mewah dibandingkan dengan gedung-gedung yang ada di sekitarnya, dan ... memang ini sangat sepi.
Lantas aku membuka catatan dari Cecil, memastikan apa benar sudah sampai pada tempat yang dituju.
"Saya merasa ada hal yang tak biasa dari tubuhmu."
Aku terkejut, mendadak dingin merambat punggung dan spontan menoleh ke asal suara.
Ada wanita mengenakan jubah dan tudung hitam besar, beserta kalung salib yang begitu mencolok di sana--seorang vikaris.
"Bisa bertemu dengan Sang Uskup Agung? Ini mengenai keanehan yang kau miliki."
Jantungku berdetak sangat kencang sekarang, bahkan sampai berkeringat dingin.
Ah, bagaimana ini?
Aku tak berani menatap sang vikaris. Aku lupa ... Tuhan, apa mereka mengetahui kalau aku ini anak iblis?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
John Singgih
baru datang udah dapat masalah
2022-05-29
0
☠️ghostring☠️
komn
2021-11-01
0
☞︎︎︎🥨🥨🥨☜︎︎︎
tidak bukn gosip yng entu
2021-10-29
0