Waktu terasa begitu cepat berlalu.
Sudah 1 minggu berjalan dari hari itu.. Hari dimana Aku merasakan rasa penasaran yang begitu tinggi atas seorang yang kuanggap aneh... Dion Si Mr. Aneh dan sepotong jaketnya.
Kulirik meja belajarku, sebuah bungkusan dengan kertas berwarna biru. Aku beranjak dari sisi tempat tidur, kuraih bungkusan itu, kupandangi, dan kubuka kembali. Aku
merasa tidak enak hati jika harus memberikan jaket itu dengan bungkusan yang terlalu manis. Seperti remaja yang sedang dimabuk asmara menurutku. Aku meremas kertas biru itu, dan membuangnya ke keranjang sampah dibawah meja belajarku, aroma harum dari pewangi pakaian tercium dari jaket tersebut, karena memang sebelumnya Aku cuci dulu menggunakan banyak sekali pengharum pakaian. Setidaknya, ada alasan kenapa baru Aku kembalikan.
Akupun membuka laci mejaku mencari-cari sesuatu yang bisa kupakai sebagai ganti si kertas biru. Aku meraih kantong plastik bergambar hellokity berwarna pink. Aku berpikir sejenak...
"Apa langsung kumasukkan ke plastik ini saja ya?? ah..tapi rasa-rasanya tidak sopan"
Aku mengernyitkan dahiku...mencoba berfikir lagi, lalu kuputuskan mengambil beberapa lembar kertas surat kabar lama milik Papa. Aku lalu membungkus jaket tersebut, dan memasukkannya kedalam kantong pink bermotif hellokity.
"Fiuhh...akhirnya selesai.."
Aku berkacak pinggang merasa lega, Aku mendongak kan kepala melihat jam dinding yg tergantung di bagian atas salah satu dinding kamar, jam menunjuk kan pukul 06.30 masih terlalu pagi..
Aku keluar dari kamarku, kulihat Papa sedang berlari- kecil didepan rumahku. Setiap hari minggu Papa selalu menyempatkan diri untuk berolah raga, meski cuma sebentar. Karena dihari lain beliau kerja. Kami bukan dari keluarga kaya raya.
Papaku hanya seorang buruh di sebuah perusahaan property, dengan gaji seadanya tetapi itu cukup untuk membiayai kehidupan kami dan sekolah ku. Alasan itu lah yang membuat ku tidak terlalu menuntut orang tuaku untuk suatu keinginanku.
Aku melangkahkan kaki menuju kursi di depan televisi, kuraih remot dan mencari siaran yang kusukai.
"Din, kamu gak latihan??"
Tanya Mama yang masuk membawa kantong belanjaan, sepertinya baru pulang dari tukang sayur.
" Bentar lagi Ma"
Jawabku dengan masih dalam posisi awal setengah rebahan di depan televisi.
"Mama beli nasi uduk Din, yuk Kita sarapan dulu"
Ujar mama sembari mengeluarkan 3 bungkusan kertas dari dalam kantong belanjaannya.
"Iya Ma"
Jawabku sambil beranjak menyusul Mama ke dapur, belum sampai ke dapur tiba-tiba
"Ajak Papa sekalian Din"
Teriakan Mama kembali, yang membuatku putar arah menuju depan untuk memanggil Papa.
"Pa..sarapan yuk"
Panggilku pada Papa yang tengah duduk sambil menyeka keringat yang mulai mengkilapkan wajah dan lengannya.
seketika Papa menolehku dan menjawab
"Iya Nak.."
Dalam hitungan menit kami pun sudah menikmati nasi uduk yang disiapkan Mama.
setelah membereskan meja makan, serta mencuci peralatan makan, Aku bergegas mandi, bersiap dan berkemas untuk pergi latihan ke Balai Kota.
Jam saat ini menunjuk kan pukul 07.45.
ketika klakson yang begitu Aku kenal berdentin 2 kali.
"Ma ... Pa.. Dina berangkat ya.."
Pamitku sembari mencium tangan kedua orang tuaku.
Mama mengantarku ke depan, baru saja keluar pintu, Aku menepuk dahi dan putar balik masuk kamar, secepat kilat kuraih bungkusan yg tergolek manis di meja kamar.
Sayup kudengar Mama sedang tertawa bersama Ari di depan, ketika Ari berkata
" Pasti ada yang ketinggalan ya Buk"..
Dalam hitungan detik Aku telah berada kembali disisi Mama yang masih berdiri di depan pagar.
"Kami berangkat ya Bu.."
Pamit Ari, yang kala itu kudapati tengah memperhatikan bungkusan yang kubawa.
Aku melambaikan tangan pada Mama, yang tengah menutup pagar dan berjalan masuk kedalam rumah.
Diatas sepeda motor,
"Itu apa Din?"
Tanya Ari penasaran.
"Oh... Ini baju teman mau dibalikin."
Jawabku.
"Kamu pinjem?"
Sambung nya lagi.
"Iya minggu kemarin lupa bawa baju ganti" Sahutku lagi.
"Wahh... Untung teman kamu bawa dua ya"
Aku seperti ingin tersedak ketika mendengar Ari bicara seperti itu.
Seketika Aku seperti tengah berada dalam kebohongan.
Aku ingin sekali cerita padanya tentang yang Aku alami, tapi Aku takut ada kesalah pahaman, dan Aku lebih memilih diam, toh hari ini setelah jaket ini Aku kembalikan, semua akan selesai, dan hubunganku dengan Ari akan baik- baik saja. Aku menghela nafas memantapkan diri.
"Non.. kok melamun.."
Goda Ari yang diam-diam memperhatikan Aku dari spion motor nya.
Aku tersentak, dan melihat ke arah spion lalu tersenyum.
Tak berapa lama, akhirnya kami tiba.
Aku turun lalu bertanya pada Ari,
"Mau nunggu atau pulang dulu??"
sembari menyerahkan helm.
"Aku pulang dulu aja, jam 11 Aku jemput.
Aku belum mandi"
Sontak saja Aku membelalakkan mataku, rasa tak percaya hal itu membuat Ari terbahak...
"Kenapa?? masih wangi ya??"
Ledek nya lagi.
Aku membalas dengan mendarat kan cubitan dilengannya. Kami sama-sama tertawa.
Hingga akhirnya nya motor Ari melaju meninggalkanku.
Aku bergegas melangkah setengah berlari memasuki Balai Kota, sesekali mataku berkeliling dan kepalaku menoleh ke kanan lalu ke kiri.
"Dimana Dia"
Ucapku dalam hati.
Sampai di dalam ruangan tempat kami berkumpulpun Aku tak melihat Mr.Aneh bahkan pasukan nya sekalipun.
Aku kembali keluar setelah ransel kuletakkan, memperhatikan sekeliling lapangan,
kali ini lebih teliti..tetap tak kutemukan.
Aku berjalan keluar mendekati Andika dan Bayu serta Fitri yang lagi memperagakan tendangan yang baru di ajarkan minggu lalu.
"Ada yang lihat Dion"
Tanyaku tanpa basa basi.
mereka nampak keheranan, Fitri menghentikan aktifitasnya dan mendekatiku.
"Dari tadi belum nampak Din, mungkin belum datang"
Ternyata percakapan kami di dengar Bang Andi pelatih kami.
"Dion, Daka sama Reno mereka mengundurkan diri Din, minggu kemarin mereka bilang."
Aku terpaku mendengar penjelasan Bang Andi, lalu berjalan menghampiri Bang Andi yang tengah mengikat tali sepatunya untuk memulai latihan.
"Ini seriusan Bang?"
Tanyaku masih rasa tak percaya.
"Iya mereka ada bimbel katanya, jadi gak bisa latihan dulu."
Jelas Bang Andi kepadaku yang masih berada dalam kebingungan.
latihan dimulai..
Tepat jam 11 kulihat Ari sudah nangkring di motornya di depan gerbang Balai Kota.
Aku dan Fitri berjalan beriringan.
"Fit... besok Aku mau kesekolahnya Dion mau balikin jaket nya"
Aku memulai percakapan sembari berjalan.
"Kamu mau bolos ya? emang kamu udah tau sekolahnya dimana?... Apa mau Aku temenin"
Menawarkan diri.
"Dia sekolah di SMA setia darma Fit... kan sekolah itu masuk nya siang, gak jauh dari sekolah kita, jadi pulang sekolah Aku langsung kesana."
Jelas ku panjang lebar.
"Lalu....Ari??"
Tanya Fitri lagi seolah ragu.
Aku hanya menoleh nya sambil mengangkat bahu, menandakan bahwa Aku belum tau harus bagai mana.
Belum sempat Fitri menjawab lagi, Aku buru-buru berlari kecil ke arah Ari yang menungguku, sambil melambaikan tangan pada Fitri.
"Duluan ya....bye..".
Sembari mengedipkan sebelah mataku pada Fitri.
Dia hanya tersenyum membalas lambai tanganku.
"Kok bungkusannya dibawa pulang lagi Din?"
Tanya Ari heran.
"Orangnya gak masuk."
Balas ku.
"Apa kita antar kerumahnya aja?"
Tawar Ari padaku.
"Ehm gak usah..besok aja disekolah"
Lalu sepanjang perjalanan kami cuma diam.
Sampai dirumahku, Ari ikut masuk ke dalam pagar memarkirkan motornya dan duduk di teras. Aku masuk lalu mengambilkan segelas air jeruk dingin dan meletakkannya diatas meja disamping kursi yang diduduki Ari.
Papa keluar..
"Pa kabar Ri?? gimana sekolahnya?"
Ari seketika berdiri dan menyalami Papa.
"Baik Pak... Sekolah Alhamdulillah lancar aja"
"Kabarnya Kamu udah mulai PKL ya..."
Tanya Papa lagi.
"Belum Pak, mungkin bulan depan."
Jawab Ari.
Tak berselang lama Aku telah selesai berganti pakaian dan menuju teras bergabung dengan Ari dan Papa.
"Dina udah selesai, Bapak masuk dulu ya.."
Papa beranjak dan masuk ke dalam.
Aku menggantikan posisi Papa duduk di kursi bersebrangan sisi dengan Ari.
Kami mengobrol santai siang itu, hingga waktu menjelang makan siang tiba, Mama menghampiri kami.
"Dina makan siang dulu yuk, ajak Ari juga sekalian.."
Aku menganggukkan kepala berdiri dan mengajak Ari turut makan bersama kami.
Selesai makan, Ari pamit pulang.
"Buk.. Pak makasih jadi ngerepotin makan siang disini, Ari mau pamit pulang"
"Gak pa-pa Ri... Gak ngerepotin, kamu hati-hati ya"
Sambung Papa ketika Ari hendak keluar rumah.
"Oh ya Ri, Aku lupa... Besok gak usah jemput ya... Aku sama Fitri mau ke toko alat tulis ada yang mau kita beli. Aku pulang naik angkot aja"
Pintaku agak gugup.
"Oh... Oke... kamu hati-hati"
Ada sedikit lega dalam hatiku ketika mendengar jawaban Ari kala itu.
Senin pagi, di sekolah ku.
"Dina... kamu yakin siang nanti mau nemuin si Mr.Aneh?"
Tanya Fitri kepadaku ketika kami tengah berdiri di lapangan untuk mengikuti upacara.
Aku hanya menganggukkan kepala dengan pandangan tetap fokus kedepan.
Setelah upacara berakhir dilanjutkan dengan jam pelajaran demi pelajaran usai, tibalah saat yang Aku tunggu. Berkali-kali kulirik jam di tangan kiriku, sesekali Aku mengetuk-ngetukkan jariku di meja.
Fitri yang sedari tadi memperhatikan kegelisahanku mendekatiku, dan Aku hanya tersenyum.
Tettt... Tettt... Tettttt.
Bell sekolah akhirnya dibunyikan Pak Ijal penjaga sekolahku. Ada detak yang tiba- tiba saja mendera dijantungku yang tak beraturan. Hari ini tiba-tiba saja kurasakan dua kali lebih panas dari biasa, butir-butiran keringat mulai bermunculan didahiku.
Ya tuhan... Ada apa denganku.
Aku menarik nafas panjang lalu membuang nya perlahan.
Kulangkahkan kaki meninggalkan gerbang sekolah.
Aku menghampiri ojek yang berjejer di depan gerbang sekolah, lalu meminta untuk di hantarkan ke sekolah Dion.
Tak sampai 10 menit, Aku tiba.
Setelah memberikan selembar uang 5 ribuan, Aku memperhatikan sekeliling suasana sekolah tersebut, dan Aku baru menyadari ternyata seragamku berbeda, itu yang membuat semua mata tertuju padaku.
Aku mematung agak lama, antara malu dan bingung, sebab Aku tak tau harus bertanya pada siapa.
Setelah lama mematung, Aku memilih berdiri di samping gerbang sekolah, yang kebetulan saat itu ada kursi kecil Abang penjual gorengan. Kuputuskan untuk duduk disitu.
"Bang boleh duduk disini?"
Sapaku pada Abang penjual gorengan.
"Silahkan mbak.."
Sahut penjual gorengan, sembari memperhatikan seragamku.
"Bukan siswi sini ya.."
Sambung nya.
Aku menggelengkan kepalaku dengan tersenyum.
Mataku tak luput dari para siswa yang satu persatu memasuki gerbang sekolah.
5 menit...10 menit...15 menit.. Tak juga kudapati sosok Dion.
Setengah jam Aku menunggu tak kunjung bertemu. Siswa pun sudah mulai sepi, sepertinya semua sudah datang. Aku menghela nafas.
Aku berdiri... Rasa panas, lelah dan dahaga.
Kuputus kan untuk pulang.
Dimanakah Dia...
Sesulit inikah menemui nya.
Aku berjalan gontai, meninggalkan sekolah itu.
Dengan angkot jurusan kerumahku... aku pulang.
bersambung**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Rasnantara
penasaran ni yeeee
2021-12-23
2
Lisa Aulia
gagal ketemu...padahal udh penasaran.....
2021-12-10
2
rayura
ehmmmmm
2021-11-27
0